Menceritakan tentang gadis lugu yang kerap kali mendapat perlakuan buruk dari orang sekitarnya terutama keluarganya sendiri. Keluarga yang seharusnya menjadi tempat berpulang yang nyaman justru bagaikan jeruji besi penjara bagi sang gadis. Dirinya diperlakukan bak tawanan di rumahnya sendiri.
Tiada baginya tempat bersandar walau hanya sejenak saja. Rasa letih kian menggebu dalam hatinya, rasa ingin membunuh dirinya begitu besar namun semua terhalang oleh impian serta besarnya dosa yang akan ia tanggung.
Hingga menginjak bangku sekolah menengah atas dirinya bertemu dengan lelaki dingin nan ketus yang menggedor pintu hatinya dan menjadikan dirinya seorang istri di usianya yang masih sangat muda.
🥀🥀🥀
Bagaimana kisahnya? Apakah lelaki itu akan membawanya keluar dari lubang penderitaan? Ataukah justru semakin membuatnya terpuruk ke dalam lubang yang sama?
Penasaran? Yuk, langsung baca. Jangan lupa vote dan comment-nya yaw. Happy reading^^
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Dhiya Andina, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Part 12. Diperebutkan Tiga Lelaki
...Harga diri seorang wanita itu mahal, maka jagalah harga dirimu jangan sampai harga dirimu lebih murah dibanding harga cabai di pasar...
...-Most Wanted vs Nerd Girl-...
***
Ratu berjalan dengan langkah kecil sembari terus meremas kuat jaket yang Raja berikan beberapa saat yang lalu. Ia terus menunduk dengan tangan gemetar merasa ketakutan dengan apa yang dilihatnya.
Terdengar pula teriakan demi teriakan dari para peserta MOS lantaran melihat aneka hantu dengan berbagai bentuknya. Ada yang melompat-lompat, berdiri, duduk di atas batu, bahkan ada yang bertengger di atas pohon. Tentu itu bukanlah hantu sungguhan, mereka hanyalah senior yang menyamar menjadi hantu dengan kostum yang sudah dipersiapkan.
Niara, Meyla, Alisya, dan Dylan sudah berlari entah ke mana sedangkan Ratu hanya berjalan pelan melewati berbagai makhluk yang ia takuti hanya berdua bersama dengan Raja. Cowok itu tampak tenang tidak merasa takut sama sekali.
Berbeda dengan Dylan yang sudah ngacir bersama dengan anggota kelompok yang lain. Wajar saja, karena memang senior yang dimasukkan ke dalam kelompok peserta MOS tidak diberitahu tata letak hantu jadi-jadian itu.
"Kak, Ratu takut," lirih Ratu dengan wajah pucatnya.
Raja menoleh, ia sedikit terkekeh melihat wajah gadis di hadapannya yang begitu pucat usai melewati hantu berbentuk lemper, eh, pocong maksudnya. Ratu kemudian mencubit lengan Raja merasa kesal pada cowok itu.
"Kak, Ratu takut jangan diketawain, dong! Kakak gak takut apa? Mereka nyeremin kayak muka Kak Raja," celetuknya polos.
Raja menatap sinis gadis di hadapannya. "Gua gak percaya hantu itu ada, mereka itu senior bukan hantu. Jadi lo gak usah alay, buruan jalan gak usah lelet. Gua gak suka cewek lelet!" tegas Raja kemudian berjalan mendahului Ratu.
Ratu setengah berlari menyusul Raja, namun kaki Ratu justru tersandung dengan kakinya sendiri jadilah ia tersungkur mencium tanah.
Bruk!
Ratu terjatuh tersungkur ke tanah hingga celananya sobek dan lututnya mengeluarkan darah segar. Ratu kemudian mencoba untuk berdiri, namun tiba-tiba sebuah tangan kekar terulur ke arahnya.
Cowok itu berdecak sembari menatap Ratu dengan tatapan tajam. "Lo jadi cewek ceroboh banget. Udah ceroboh lelet juga, nyusahin aja jadi cewek!"
"Kalau Kakak cuma niat ngejek Ratu mending Kakak pergi aja, deh. Ratu bisa kok jalan sendiri, lagian Niara sama yang lain belum terlalu jauh dari sini. Makasih," cetus Ratu dengan nada tampak begitu marah.
Ratu berjalan dengan langkah ragu, suasana begitu sunyi menambah kesan mencekam di malam itu. Ia benar-benar takut dengan hantu lantaran semasa ia kecil dahulu, mamanya mengatakan bahwa hantu suka menculik manusia terutama seorang gadis.
"Kya ... ada nona kuntilanak!" jeritnya kemudian ia berbalik ke arah Raja dan memeluknya erat. "Kakak, Ratu takut banget sama hantu, Kak. Tolongin Ratu."
Raja mendorong tubuh Ratu kasar membuat gadis itu terjatuh untuk kesekian kalinya. "Gak usah modus, gua gak suka cewek alay kayak lo. Buruan jalan, jangan lelet!" ketusnya.
Ratu terisak menahan tangisnya, lututnya semakin terasa perih. Mata Ratu semakin berkaca-kaca melihat Raja sudah berjalan lebih dulu meninggalkannya.
"Lo gak pa-pa?" tanya seseorang.
Mendengar itu Ratu menoleh ke arah sekitar dan dilihatnya ke arah samping kiri. "Kyaa ... pocong! Jangan dekati Ratu, Ratu gak suka sama kamu, kamu jelek!"
Pocong tersebut justru mendekati Ratu, bukan dengan cara melompat melainkan berjalan. Ratu menautkan kedua ujung alisnya. "Bukannya pocong itu lompat, ya? Atau jangan-jangan kamu belum belajar cara melompat? Mau Ratu ajarin cara melompat kah?" celetuknya.
Pocong tersebut berjongkok kemudian terkekeh dengan suara khasnya. Ratu mengernyit, ia rasa suara itu begitu familiar di telinganya, namun di mana ia mendengarnya?
Pocong dengan kafan lusuh bercampurkan tanah itu kemudian melepas kostumnya dan tampaklah senior berwajah tampan bak pangeran dikutuk menjadi pocong. "Udah gak takut?" tanyanya.
Ratu menggeleng kuat masih tidak percaya dengan yang dilihatnya. "Mama bilang kalau hantu bisa berubah wujud, pasti kamu juga gitu, 'kan? Pasti kamu hantu yang menyamar, 'kan? Ratu gak gampang ditipu, wlek!"
Cowok itu menepuk jidatnya. Bisa-bisanya gadis sepolos Ratu berada di sekolah yang terkenal dengan kedewasaannya, sedangkan Ratu? Masih begitu polos dan kekanak-kanakan.
Cowok itu kemudian menyeringai dan membopong tubuh Ratu dengan santainya. Terdengar pula teriakan dari mulut mungil gadis itu disusul dengan kakinya yang terus memberontak.
Cowok itu kemudian membetulkan posisi gendongannya sebelum melangkahkan kakinya menyusul kelompok Ratu yang lain. "Jangan berontak, nanti lo jatuh. Tolong maafin Raja, dia memang gitu kalau sama cewek," tuturnya.
Ratu mengangguk kemudian menenggelamkan wajahnya di dada bidang milik cowok itu. Rasa nyeri di kakinya kembali terasa akibat terjatuh untuk kesekian kalinya. Belum lagi rasa nyeri di hatinya karena ucapan dari Raja yang begitu menusuk hati-walaupun sudah seperti makanan di setiap harinya.
...🍬...
Sampailah di sebuah tempat di mana sudah ada Niara dan anggota kelompok Ratu yang lain. Terlihat pula Raja yang duduk di bawah pohon sembari menatap sinis ke arah Ratu.
Cowok yang tadi membopong Ratu kemudian menurunkan Ratu perlahan, terasa begitu lembut. Cowok itu menatap ke arah lutut Ratu yang berdarah. "Lo tunggu di sini, bentar lagi gue balik."
Cowok itu kemudian berlari entah ke mana, sedangkan Ratu kembali berdiskusi dengan teman-temannya untuk memecahkan persoalan dari pos yang mereka duduki. Niara sesekali melirik ke arah Ratu yang tengah meniupi lututnya. "Kalau sakit mending gak usah lanjut ada, deh, Cha. Juga katanya perjalanan masih panjang loh," suruh Niara lembut.
Tentu Ratu akan bersikeras untuk tetap mengikuti kegiatan hingga selesai. Dylan yang tadi memeluk lengan Niara kemudian berpindah duduk di samping Ratu sembari kembali menggodanya. "Hai, Kesayangnya Dylan. Masih sakit, ya? Gue gendong aja, yuk," ajaknya.
"Gak mau! Ratu masih bisa jalan sendiri kok, Kak Dylan gak usah repot-repot gendong Ratu," balasnya kemudian kembali berfokus pada soal yang Niara bawa.
"Lo emang ngerepotin orang! Sadar diri makanya," sahut Raja dengan ketusnya.
"Heh, maksud lo apa ngatain sahabat gue cuma ngerepotin orang, hah!?" sambar Niara dengan aura kegalakannya. "Jangan mentang-mentang lo senior terus lo bisa ngehina junior seenak jidat lo!"
Ratu kemudian menarik lengan Niara sembari mengodenya untuk tetap diam. "Udah, Kak Raja benar kok, Ratu itu cuma nyusahin aja. Maafin Ratu yang cuma bisa nyusahin kalian," ucapnya sendu.
"Udah jangan sedih lagi. Lo emang ngerepotin karena lo selalu buat gue terbayang-bayang sama lo dan selalu buat jantung gue berdetak gak karuan," goda Dylan dengan nada sok romantisnya.
Tidak lama terdengar suara deru langkah seseorang dari kejauhan, rupanya itu ialah senior yang membopong Ratu. Cowok itu menyodorkan obat luka pada Ratu sembari tersenyum.
"Obatin luka lo, jangan dibiarin nanti infeksi," cakap cowok itu.
Ratu mengangguk kemudian cowok itu mengobati lutut Ratu dengan penuh hati-hati. Dylan tampak kesal pada cowok itu kemudian sedikit mendorongnya. "Udah puas belum dekat-dekat kesayangan gue? Perlu adu otot?"
Cowok itu terkekeh sembari menepuk bahu Dylan. "Santai, Bro. Gue itu gak suka sama dia, lagian lo bukan pacar dia, 'kan? Dan gue juga yakin kalau dia gak akan suka sama lo," cakapnya santai.
"Nah, Ratu setuju banget. Ratu gak akan suka sama buaya kayak Kak Dylan gitu," sahutnya sembari terkekeh.
Dylan kemudian membetulkan jambulnya. "Buaya tuh setia loh. Yakin gak mau sama gue, hmm?"
"Jangan sok ganteng deh, Kak. Kak Dylan sama monyet di kebun binatang aja lebih cakep monyetnya. Monyetnya imut-imut kalau kakak amit-amit," lontar Ratu lalu dibalas gelak tawa dari kawan-kawannya kecuali Raja.
Dylan kemudian membopong Ratu membuat Ratu terkejut. Detik kemudian cowok yang tadi menolong Ratu lantas mengambil alih Ratu dari gendongan Dylan. "Biar gue yang gendong," cakap cowok itu.
Kemudian terjadilah perdebatan di antara cowok itu dan Dylan. Hingga pada akhirnya Rajalah yang melerainya dengan cara merebut paksa Ratu dari gendongan kedua remaja itu.
"Diam, biar gua yang bawa." Semua terdiam usai mendengar ucapan Raja.
"Kenapa sih cewek kayak Ratu jadi bahan rebutan? Good looking juga enggak, kenapa harus direbutin?" Kali ini Alisya yang bertanya dengan nada yang begitu malas.
"Cuma cowok bodoh yang lebih memilih good looking daripada good attitude," jawab Raja tanpa menatap Alisya sedikit pun.
Tiba-tiba suasana menjadi hening, tidak ada yang berani berkata-kata lantaran Raja sudah menebar aura mencekam di sekitarnya. Sampai akhirnya Niara memecahkan keheningan. "Eh, udah selesai, nih. Kita lanjut aja, yuk!" serunya.
Raja memerintahkan Ratu untuk naik ke punggungnya saja agar terasa lebih nyaman. Akhirnya mereka kembali berjalan secara perlahan menembus gelapnya hutan. Namun tenang saja di setiap tempat akan ada guru yang berjaga sehingga tidak akan ada lagi siswa yang tersesat. Raja membetulkan posisi gendongannya agar keduanya tidak terjatuh.
Ratu memeluk erat Raja masih merasa takut dengan hantu jadi-jadian yang sering tiba-tiba muncul mengejutkannya. Raja membiarkannya selama gadis itu tetap diam tidak berteriak seperti tadi.
Niara, Meyla, Alisya, dan Dylan sudah ngacir melihat kuntilanak yang bertengger di atas dahan pohon yang begitu besar. Kini hanya tersisa Ratu, Raja, dan cowok yang tadi membantu Ratu.
Cowok itu terus mengamati kedua sejoli yang berjalan di sampingnya. Rasa sakit mulai menyerang hatinya seakan ada sesuatu yang tengah menusuknya.
"Hmm ... gue duluan, ya? Tugas gue belum selesai, hati-hati di depan ada hantu beneran," goda cowok itu.
Cowok itu kemudian berlari meninggalkan kedua sejoli. Ratu semakin mengeratkan pelukannya merasa takut dengan candaan cowok itu. Raja kembali membetulkan gendongannya sembari berdehem. "Gak usah takut, dia cuma bercanda. Hantu bakalan takut kalau ada gua," lontarnya membuat Ratu merasa lebih tenang.
"Makasih," cicit Ratu sembari memamerkan senyum manisnya.
semangat...
ayo mampir juga dikaryaku /Smile/