Figo derlangga tidak pernah tertarik dengan wanita manapun, laki laki itu hanya tertarik dengan James, asisten laki laki pribadinya.
Keadaan seketika berubah drastis ketika Figo bertemu dengan maid baru dirumah miliknya .
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon xxkntng, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
5. Rhea
Shearen mengerjapkan matanya, mencoba menyesuaikan diri dengan sinar matahari yang menembus jendela kamar. Kepalanya menoleh ke kiri dan kanan, matanya melebar saat menyadari posisi tidurnya. Refleks, Shearen langsung duduk tegak, mencengkeram selimut dengan kuat.
"Mmph..." Keluhan keluar dari bibirnya, tubuhnya terasa nyeri, terutama di bagian selangkangannya. Oh Tuhan, kenapa rasanya seperti ini?
Di sudut ruangan, Figo menutup laptopnya dan mendekati Shearen dengan langkah yang cukup santai.
"Kau mau pergi ke mana? Itu akan sakit jika kau banyak bergerak," ucap Figo, matanya tetap tertuju pada Shearen yang mulai menggeliat.
Shearen memejamkan matanya, menggigit bibir bawahnya, menahan rasa sakit yang menyiksa. Tangannya meraih tangan Figo, menggenggam erat, seolah rasa sakit itu bisa berkurang lewat sentuhan.
"Rasa sakitnya tidak akan lama. Percayalah," ujar Figo dengan nada tenang.
"Izinkan aku keluar dari kamar ini, aku harus bekerja. Aku mohon, Tuan!" Shearen memaksa.
"Jangan memaksa, kau bahkan tidak bisa jalan saat ini. Aku tidak yakin kau bisa mengerjakan pekerjaan berat yang akan diberikan Valerie nantinya," balas Figo, tetap tenang. "Disini saja sampai kau sembuh."
"Turuti permintaanku sekali ini saja," pinta Figo.
"Dimana bajuku?" Shearen menoleh ke kanan dan kiri, mencari pakaian miliknya.
"Bajumu basah, tidak ada gunanya mencarinya," jawab Figo santai.
"Kalau begitu, aku memakai apa untuk keluar dari ruangan ini, Tuan?" tanya Shearen, panik.
"Pakai kemejaku," ujar Figo sambil menyodorkan sebuah kemeja.
Shearen menggeleng. "Aku tidak mau."
"Aku tak keberatan jika kau lebih memilih telanjang di hadapanku seperti ini," ujar Figo dengan santainya, membuat darah Shearen berdesir.
"Sialan!" seru Shearen, dengan cepat meraih kemeja yang disodorkan dan segera mengenakannya.
"Tuan, keluarlah sebentar. Aku ingin memakai pakaian ini," pinta Shearen dengan nada hampir memohon.
Alih-alih menuruti permintaan itu, Figo justru menarik selimut yang membungkus tubuh Shearen, memperlihatkan lekuk tubuh wanita itu.
"TUANNN!!" Shearen menatap tajam ke arah Figo yang hanya terkekeh pelan.
"Apa kau yakin akan bekerja dalam kondisi seperti ini?" tanya Figo skeptis.
"Aku harus bekerja. Ini hari kedua, Nyonya Valerie pasti mencariku," tegas Shearen.
"Baiklah," Figo menyerah. "Tapi jangan ambil pekerjaan berat nanti," pesannya.
Tanpa basa-basi, Shearen segera mengenakan kemeja milik Figo. Meski kebesaran, ia tidak peduli. Yang penting ia bisa segera keluar dari ruangan ini.
"Izinkan aku pergi," pinta Shearen sekali lagi.
"Give me a kiss on the lips," ujar Figo santai. "Baru aku lepaskan kau dari sini."
Shearen melongo, wajahnya memerah. "Aku tidak mau. Apa ada syarat lain selain itu?"
Figo menaikkan alisnya, memandang Shearen tajam. "Atau kau ingin melakukan hal yang lebih dari sekadar ciuman?" tantangnya.
"T-tidak! Aku tidak mau!" balas Shearen gugup. Dengan cepat, ia menempelkan bibirnya pada bibir Figo, hanya untuk menyelesaikan urusan ini.
Figo tersenyum puas. "Keluarlah lewat pintu samping. Aku tidak mau kau dimarahi Valerie," ujarnya lembut sambil mengusap anak rambut Shearen.
"Kalau ada apa-apa, katakan padaku, Rhea."
"Namaku bukan Rhea!" protes Shearen, kesal.
"Aku tetap akan memanggilmu Rhea," ujar Figo santai.
"Aku bisa melaporkanmu karena mengganti namaku!" ancam Shearen.
Figo hanya terkekeh lagi. "Laporkan jika berani. " ucap Figo sembari memberikan senyum smirk di bibirnya.
Shearen mendengus kesal sebelum melangkah pergi, membiarkan pintu itu tertutup di belakangnya.