NovelToon NovelToon
Titik Balik Kehidupanku

Titik Balik Kehidupanku

Status: sedang berlangsung
Genre:CEO / Ibu Pengganti / Cinta Paksa / Beda Usia
Popularitas:2.1k
Nilai: 5
Nama Author: Aufklarung

Di sebuah kota yang tampak tenang, Alvin menjalani hidup dengan rutinitas yang seolah-olah sempurna. Seorang pria berusia awal empat puluhan, ia memiliki pekerjaan yang mapan, rumah yang nyaman. Bersama Sarah, istrinya yang telah menemaninya selama 15 tahun, mereka dikaruniai tiga anak: Namun, di balik dinding rumah mereka yang tampak kokoh, tersimpan rahasia yang menghancurkan. Alvin tahu bahwa Chessa bukan darah dagingnya. Sarah, yang pernah menjadi cinta sejatinya, telah berkhianat. Sebagai gantinya, Alvin pun mengubur kesetiaannya dan mulai mencari pelarian di tempat lain. Namun, hidup punya cara sendiri untuk membalikkan keadaan. Sebuah pertemuan tak terduga dengan Meyra, guru TK anak bungsunya, membawa getaran yang belum pernah Alvin rasakan sejak lama. Di balik senyumnya yang lembut, Meyra menyimpan cerita duka. Suaminya, Baim, adalah pria yang hanya memanfaatkan kebaikan hatinya.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Aufklarung, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

bab 17

Meyra melangkah pergi meninggalkan Baim tanpa mengatakan sepatah kata pun. Hatinya bergetar hebat, dadanya terasa sesak seakan ada batu besar yang menghimpit. Ia tahu benar siapa Baim. Mantan suaminya itu selalu menghalalkan segala cara demi mendapatkan apa yang ia inginkan. Selama mereka menikah dulu, tak terhitung berapa banyak masalah yang harus Meyra tanggung akibat perbuatan Baim. Kini, ketika hidupnya mulai tenang bersama Alvin dan anak-anaknya, Baim muncul kembali seperti bayangan dari masa lalu yang enggan pergi.

Sepanjang perjalanan pulang, Meyra memegang kemudi dengan tangan gemetar. Nafasnya terasa berat, pikirannya dipenuhi rasa khawatir. Ia takut Baim akan menghancurkan kebahagiaan yang baru saja ia bangun bersama Alvin. Tanpa sepengetahuannya, Alvin pernah memberikan sejumlah besar uang kepada Baim agar Baim mau menceraikan Meyra. Keputusan yang berat bagi Alvin, tetapi ia rela melakukan apa saja demi melindungi wanita yang dicintainya.

Sesampainya di rumah, Meyra masih terdiam. Ia duduk di sofa ruang tamu, memejamkan mata, dan mencoba menenangkan diri. Suara langkah kaki Alvin yang baru saja pulang dari kantor membuyarkan lamunan Meyra. Alvin mendengar suara air dari kamar mandi, menandakan bahwa Meyra sedang mandi. Ia meletakkan tas kerjanya di meja dan hendak bersantai ketika tiba-tiba ponsel Meyra berbunyi di atas meja.

Alvin melirik layar ponsel itu dan matanya menyipit tajam. Nomor yang muncul di layar terasa tidak asing baginya. Tanpa pikir panjang, Alvin mengangkat telepon itu.

"Sayang, aku rindu lagi setelah kita berpisah," suara Baim terdengar di seberang sana.

Genggaman Alvin mengerat. Rahangnya mengatup, menahan amarah yang mendadak membara di dadanya. Tanpa berpikir panjang, Alvin merespons dengan suara dingin, "Dimana kita bisa bertemu?"

Di dalam kamar mandi, Meyra yang sedang membasuh wajahnya mendengar suara Alvin berbicara di luar. Jantungnya berdegup kencang saat mendengar Alvin menyebut kata-kata itu. Dengan cepat ia menyelesaikan mandinya dan mengenakan pakaian seadanya. Meyra bergegas keluar, mengikuti Alvin dari belakang.

Alvin melangkah keluar rumah dengan langkah cepat, menuju mobilnya. Meyra masuk ke dalam mobil kedua dan mengikutinya tanpa diketahui Alvin. Hatinya dipenuhi rasa penasaran dan takut.

Setibanya di lokasi yang disepakati, Alvin turun dari mobil dan berdiri menunggu. Tak lama kemudian, Baim muncul dengan senyum santai yang membuat darah Alvin mendidih. Baim mendekati Alvin tanpa rasa bersalah.

"Hai, mantan istriku. Ternyata suami barumu yang ingin bertemu denganku," ujar Baim dengan nada mengejek ketika Meyra muncul dari balik mobil dan menghampiri mereka.

Meyra menatap Alvin dengan tatapan penuh tanya. "Sayang, kenapa menemui dia?"

Namun, sebelum Alvin sempat menjawab, tinjunya sudah melayang ke wajah Baim. Pukulan itu membuat Baim terjatuh ke tanah. Meyra menjerit, berusaha mencegah Alvin yang hendak melayangkan pukulan kedua.

"Sudah, Alvin! Cukup! Jangan lakukan ini di depan umum!"

Namun, dalam usahanya menghentikan Alvin, Meyra malah tersandung dan terjatuh. Sakit yang tajam menjalar dari pahanya. Darah mulai merembes melalui celananya.

Alvin menoleh dan wajahnya seketika pucat pasi. "Meyra! Sayang, kamu tidak apa-apa?"

Meyra hanya bisa meringis kesakitan. Alvin segera membopong Meyra ke mobil dan membawanya ke rumah sakit dengan kecepatan tinggi. Dalam perjalanan, Alvin terus melirik Meyra yang semakin pucat. Rasa bersalah mulai menyelimuti hatinya.

Setibanya di rumah sakit, Meyra segera dibawa ke ruang gawat darurat. Alvin mondar-mandir di depan pintu ruangan, menanti kabar dari dokter. Setelah beberapa saat yang terasa seperti selamanya, seorang dokter keluar dengan ekspresi serius.

"Maaf, Pak Alvin. Istri Anda mengalami pendarahan yang cukup hebat. Sayangnya, kami tidak bisa menyelamatkan bayi dalam kandungannya. Kami mohon maaf."

Kata-kata itu bagai petir di siang bolong. Alvin terdiam, merasa dunianya runtuh seketika. Ia baru tahu Meyra sedang hamil, dan kini anak itu telah tiada.

Rey tiba di rumah sakit setelah Alvin menghubunginya. Ketika Meyra sadar, Rey sudah berada di sampingnya, memegang tangannya erat-erat.

"Mana papi, Rey?" tanya Meyra dengan suara lirih.

Rey tersenyum tipis, mencoba menyembunyikan kesedihannya. "Papi keluar sebentar, Mom. Papi yang minta Rey jagain Mommy."

Tak lama kemudian, dokter masuk bersama seorang perawat. Meyra menatap dokter dengan penuh tanya.

"Dok, kenapa perut saya sakit sekali?"

Dokter menarik nafas dalam-dalam sebelum menjawab. "Bu Meyra, kami mohon maaf. Ibu mengalami pendarahan hebat dan bayi dalam kandungan Ibu tidak bisa kami selamatkan. Tapi Ibu harus tetap semangat, ya. Masih ada Rey yang siap menjaga Ibu."

Meyra tersenyum kecut. Air matanya mulai mengalir, namun ia berusaha menahannya.

Rey melihat itu dan langsung meraih tangan Meyra. "Mommy jangan nangis, ya. Tadi papi juga nangis. Rey gak sanggup lihat Mommy nangis lagi."

Namun, air mata Meyra tak terbendung. Rey akhirnya menghubungi Alvin.

"Papi, Mommy nangis..." suara Rey bergetar.

Alvin segera masuk dan melihat Meyra yang berlinang air mata. Ia meraih tangannya dan menangis di pelukannya.

"Maafkan aku, Meyra. Aku telah membunuh anak kita... Aku terlalu gegabah dan ceroboh. Maafkan aku, Sayang."

Meyra mengusap pipi Alvin, berusaha menenangkan suaminya. "Sudahlah, Pa. Itu sudah jalannya. Kita masih punya Rey, Rheana, dan Cessa. Mereka adalah anugerah terbesar buat kita."

Alvin menggeleng, masih merasa bersalah. "Aku hanya ingin kamu hamil anakku, supaya aku tidak pernah kehilanganmu. Aku takut jika ada laki-laki lain yang mendekatimu."

Meyra tersenyum dan memeluk Alvin erat. "Aku tidak akan pernah meninggalkan kamu, Papi. Aku mencintai kamu dan hanya kamu. Kita bisa mencoba lagi nanti."

Meskipun hatinya hancur, Meyra memilih untuk menguatkan dirinya demi Alvin dan anak-anaknya. Dalam hatinya, ia berjanji akan melindungi keluarganya dari siapapun, termasuk dari bayangan masa lalu bernama Baim.

1
Anastasia Silvana
Baik,bisa diikuti alurnya.
Anastasia Silvana
Akhirnya satu persatu menemukan jalannya
Happy Kids
rasain tuh kesepian. salah sendiri diajak jd pasanhan normal saling berbagi gamau. rasain aja tuh. ga perlu sedih sedih
XimeMellado
cerita ini sudah bikin saya merinding dan ingin tahu terus plotnya. Bravo thor!
paulina
Keren banget gambaran tentang Indonesia dalam cerita ini, semoga terus mempromosikan budaya! 🇮🇩
Reana: terima kasih atas dukungannya🙏🙏
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!