Cinta Arumi dan Ryan ditentang oleh Mami Rosalina karena perbedaan status.
Kejadian tidak terduga ketika Arumi menabrak Reyhan yang merupakan kakak dari Ryan. Arumi diminta untuk bertanggung jawab karena Reyhan mengalami kebutaan akibat dari kecelakaan itu.
Tahu Arumi adalah mantan kekasih Ryan, Reyhan memintanya untuk menjadi istri dan mengurus segala keperluannya.
Bagaimana perasaan Arumi ketika tahu laki-laki yang dinikahinya adalah kakak dari Ryan, orang yang sangat dia cintai?
Apa yang akan terjadi kepada mereka ketika tinggal serumah?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Santi Suki, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 22. Gosip Baru
Bab 22
"Apa kamu ingin punya anak, Mas?" tanya Arumi.
"E ... kamu bisa lihat sendiri keadaan aku seperti apa. Aku takut nanti anakku malu punya seorang ayah yang buta," jawab Reyhan. "Selain itu, pernikahan kita belum diumumkan dan belum tercatat di KUA," lanjutnya.
"Kenapa tidak kita urus dokumennya, Mas. Aku mau, kok, mengurus itu agar kita bisa punya akta nikah," kata Arumi.
"Itu bisa kita urus nanti," ucap Reyhan.
Arumi mengerutkan kening karena merasa aneh. Kebanyakan orang ingin pernikahannya tercatat secara sah di negara dan mempunyai akta nikah agar mudah membuat dokumen lainnya.
Namun, Arumi berpikir positif. Dia menduga kalau Reyhan ingin mengurus semua itu setelah kesehatannya pulih lagi seperti sedia kala.
Malam itu Reyhan tidak bisa tidur nyenyak, padahal sudah memeluk Arumi. Ada sesuatu yang membuat perasaannya resah dan gelisah. Pikirannya kacau setelah sang istri ingin mengesahkan pernikahan mereka secara negara.
Jujur saja Reyhan menikahi Arumi bukan karena cinta, apalagi niat untuk menyempurnakan sebagian agama. Dia ingin membalas rasa sakit hati kepada Ryan dan Mami Rosalina. Dia hanya memanfaatkan Arumi yang kebetulan melakukan kesalahan kepadanya.
Di sudut hati kecilnya, Reyhan merasa kasihan kepada Arumi yang sudah dijadikan alat balas dendam olehnya. Perasaan ini semakin besar karena wanita itu selalu memperlakukan dirinya dengan baik dan perhatiannya tulus.
"Maafkan aku yang sudah jahat sama kamu, Arumi," bisik Reyhan sambil menyentuh pipi istrinya.
"Kamu adalah orang yang sangat baik dan berhak mendapatkan kebahagiaan, bukan hanya kesenangan yang semu," lanjut laki-laki itu mencoba menyentuh semua permukaan wajah Arumi dengan lembut.
***
Waktu terus berlalu dan sudah tidak terasa Arumi sudah satu bulan lebih semenjak kembali bekerja. Setiap jam makan siang, dia akan pergi ke kantor Reyhan untuk menyuapinya.
Kedatangan Arumi ke kantor menjadi buah bibir di kalangan para karyawan. Hal ini karena perempuan itu setiap hari menemui Reyhan bukan Ryan. Hanya segelintir orang yang tahu mereka pasangan suami-istri. Hal itu terjadi ketika Bram membuka pintu lift dan di dalam sana Reyhan sedang mencium mesra Arumi. Untuk mencegah informasi yang salah, Bram memberi tahu kalau Arumi dan Reyhan adalah pasangan suami-istri. Dia juga minta kepada karyawan yang menyaksikan itu agar tidak membahas atau membicarakan sebelum pesta pernikahan digelar.
Di belakang tersiar gosip kalau Reyhan adalah pembinor—perebut calon bini orang—dan Arumi di sebut tukang selingkuh. Mereka berpikir seperti itu dan merasa kasihan kepada Ryan.
Apakah Reyhan tahu? Iya. Namun, tidak dengan Arumi. Perempuan itu tidak tahu kalau dirinya jadi bahan gosip karyawan wanita di kantor suaminya.
"Ih, sok cantik dan keganjenan! Sudah dapat adiknya, kakaknya juga di empat," ucap seorang perempuan yang memakai rok span mini dan blazer berwarna hitam senada.
"Siapa?" tanya karyawan lain yang berdiri di sampingnya sedang mencuci tangan di wastafel.
"Itu, wanita yang sering datang ke kantor sewaktu istirahat. Dia, kan, kekasih Pak Ryan. Eh, dengar-dengar sekarang mau menikah sama Pak Reyhan," jawab wanita itu sambil merapikan lipstik di bibirnya.
Arumi yang akan masuk ke toilet berdiam mematung. Dia tidak tahu siapa yang bicara di dalam sana. Wanita itu merasa sedih, sakit hati, dan tidak bisa menyalahkan mereka. Pastinya semua orang yang tahu hubungannya dengan Ryan akan berpikir seperti itu.
"Hah? Yang bener! Dari mana kamu tahu itu?" tanya karyawan berbaju kemeja warna pink pastel.
"Ya, dari anak-anak bagian divisi keuangan."
"Wah, aku tidak menyangka dia seperti itu!"
"Tapi, aku juga lebih baik memilih Pak Reyhan. Dia, kan, calon pewaris utama Pak Rendra."
"Bener juga. Pastinya Pak Reyhan lebih kaya daripada Pak Ryan."
Mendengar suara langkah mendekat, Arumi buru-buru membuka pintu toilet, seolah-olah baru datang ke sana. Namun, wajah kedua wanita itu mendadak tegang ketika beradu pandang dengannya.
Arumi tersenyum manis kepada mereka, walau sebenarnya dia sakit hati atas tuduhan tadi kepadanya. Dia bisa apa kalau takdir Tuhan jalannya seperti ini.
Penglihatan Reyhan sudah berangsur membaik. Dia sudah mulai bisa melihat objek agak jelas, walau belum pulih sepenuhnya. Hal ini karena dia rajin melakukan terapi pijat syaraf mata.
Jika bekerja dia menggunakan kacamata agar bisa melihat layar. Karena masih terasa silau jika tidak menggunakan kacamata.
Hanya Bram, Brandon, dan Berry saja yang tahu perkembangan penglihatan Reyhan. Yang lainnya belum tahu karena laki-laki itu menyuruh teman-temannya untuk diam.
Terdengar suara ketukan di pintu. Reyhan melihat jam pada pergelangan tangannya. Senyum dia mengembang karena ini waktunya sang istri datang untuk makan siang bersama. Dengan cepat dia membereskan meja kerja, mematikan laptop dan menyimpan kacamata. Dia kemudian berbaring di sofa.
"Masuk!" teriaknya.
"Assalamualaikum, Mas," ucap Arumi.
"Wa'alaikumsalam," balas Reyhan sambil duduk. Dia mengerutkan kening karena Arumi terlihat datang dengan tangan kosong, tidak membawa makanan apa pun.
"Akhirnya kamu datang juga. Aku sudah lapar," kata Reyhan.
"Bunda menyuruh aku untuk mengajak Mas makan bersama di rumah. Bunda sengaja masak nasi liwet, katanya rindu sama menantunya," balas Arumi.
Mendengar itu Reyhan sangat bahagia. Keluarga mertuanya sangat menyayangi dia dan memperlakukan dengan sangat baik. Jika menelpon Arumi pun sering titip salam untuknya.
"Ayo! Aku sudah tidak sabar untuk makan nasi liwet buatan Bunda," ucap Reyhan sambil menarik tangan Arumi untuk segera pergi.
Arumi jalan dengan cepat karena mengira suaminya belum bisa melihat. Dia jalan merangkul lengan Reyhan dan memintanya jangan jalan cepat, takut jatuh tersandung.
Arumi naik motor dengan membonceng Reyhan. Sebenarnya laki-laki itu malu setengah mati diboceng seorang wanita. Namun, apa boleh buat. Untungnya laki-laki itu menggunakan helm full face yang menutupi mukanya, jadi orang-orang tidak akan tahu siapa dirinya.
"Yang ngebut!" perintah Reyhan sambil mengulurkan tangannya pada stang motor. Dia mengungkung tubuh istrinya.
Tidak sampai 15 menit mereka sudah sampai ke rumah orang tua Arumi. Kedua orang paruh baya sudah berdiri di teras depan rumah untuk menyambut kedatangan anak dan menantunya.
Airlangga datang menyusul di belakang mereka. Dia datang sambil membonceng seorang wanita muda yang memakai jilbab.
Arumi dan Reyhan penasaran dengan perempuan yang dibawa oleh Airlangga. Perempuan itu menundukkan kepala begitu turun dari motor.
"Siapa dia Airlangga?" tanya Bu Seruni.
"Loh, Bunda belum kenal dengannya?" tanya Arumi merasa heran.
"Belum. Sekarang baru pertama kali bertemu dengannya," jawab wanita paruh baya itu.
"Yah ... Bun, kenalkan ini, Naura," kata Airlangga.
Gadis berjilbab itu menangkup kedua tangannya ketika berhadapan dengan Pak Agung. Lalu, mencium tangan Bu Seruni.
"Aku tidak sengaja menabrak neneknya Naura. Sekarang sedang dirawat di rumah sakit. Untuk sementara waktu izinkan Naura tinggal di sini, biar mudah bolak-balik ke rumah sakit jenguk neneknya yang masuk ICU," jelas Airlangga.
"Astaghfirullah, Airlangga!" teriak Bu Seruni.
Naura dan Reyhan beradu pandang. Melihat gadis itu tubuhnya tiba-tiba tersentak.
***
dia sudah menyakiti Arumi padahal Arumi tulus banget sama Reyhan