Mencintai seseorang merupakan suatu fitrah yang berasal dari diri sendiri. Bentuk ungkapan kasih sayang terhadap lingkungan, benda maupun antar manusia. Tidak ada yang melarang jika kita mencintai orang lain, namun apa jadinya jika perasaan itu bersemi dan melabuhkan hati kepada seseorang yang sudah memiliki pasangan?
Ameera Chantika, seorang mahasiswa semester akhir berusia 21 tahun harus terjebak cinta segitiga dimana ia menjadi orang ketiga dalam sebuah hubungan rumah tangga. Ia mencintai seorang pria bernama Mark Pieter.
Akibat sebuah kecelakaan, memaksa gadis itu menerima pertanggung jawaban dari Mark seorang pria yang sudah merenggut kesuciannya. Hingga suatu hari Ameera mendapati sebuah kenyataan pahit yang membuatnya harus ikhlas menjadi istri kedua tanpa dicintai suami.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon senja_90, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
UMUMKAN PERNIKAHAN KITA ATAU...
Happy reading 🤗
"Tapi bagaimana dengan reputasi keluargaku jika relasi dan rekan bisnis mengetahui aku sudah menikahi salah satu mahasiswa magang bahkan kini mengandung anakku."
"Selain itu, media masa pasti akan berbondong-bondong mewawancarai Stevanie menanyakan pendapatnya perihal pernikahan keduaku. Dia akan terguncang dan kondisi tubuhnya drop, aku tidak ingin hal buruk terjadi kepadanya!"
"Jadi, Anda lebih mementingkan reputasi keluarga dan perasaan Nyonya Stevanie?" tanya Ameera.
"Sepertinya Tuan Mark lupa, bahwa saya juga istri Anda dan bayi ini butuh pengakuan dari papanya."
Ameera bangkit dari kursi, ia berdiri tegap dan menatap tajam ke arah Mark.
"Anda sudah membawa saya dalam lingkaran pernikahan yang sulit ini tuan."
"Hanya ada dua cara agar saya terbebas dari jeratan ini. Pertama, Anda mengumumkan ke semua orang tentang pernikahan siri kita."
Ameera menarik napas dalam sebelum melanjutkan ucapannya "kedua, Anda melepaskan dan mengizinkan saya pergi untuk selamanya."
"Apa maksudmu pergi selamanya? Kamu ingin pergi membawa bayi kita?" tanya Mark frustasi.
"Benar, saya akan pergi dan membawa bayi ini dari kehidupan Anda. Lebih baik bayi ini tidak mengetahui siapa papanya, daripada ia hidup tanpa pengakuan dari Anda!"
"Meera, tolong jangan membuat situasi semakin sulit."
Mark bangkit dari kursi dan berpindah ke sofa kemudian menjatuhkan tubuhnya dengan kasar. Hatinya sungguh sakit saat Ameera meminta dirinya melepaskan gadis itu. Tak bisa dipungkiri bahwa kini Mark sudah terbakar oleh api cinta istri keduanya.
"Saya hanya meminta pengakuan Anda saja. Coba bayangkan, semakin hari perut ini semakin membesar, cepat atau lambat semua orang akan mengetahui bahwa saya sedang hamil. Mereka pasti menanyakan siapa papa bayi ini."
Ameera mengatur napasnya kembali, dadanya terasa sesak setiap kali berhadapan dengan suaminya membahas masalah yang sama. Ia hanya meminta Mark mengumumkan statusnya sebagai istri kedua namun pria itu bersikeras untuk terus menutupinya. Bukannya Ameera ingin dihormati oleh karyawan perusahaan atau merebut posisi Stevanie sebagai ratu di keluarga Pieter apalagi menjadi orang terkenal, diliput media masa karena statusnya sebagai istri siri. Ia melakukan ini semua semata-mata demi bayinya agar kelak bayi mereka bisa hidup tenang tanpa mempertanyakan mengapa papanya tidak mengakui pernikahan kedua orang tuanya.
"Tuan, saya melakukan ini demi bayi kita. Apakah di dalam hati Anda tidak ada secuil rasa empati terhadap kami?"
Ameera menurunkan nada bicaranya, kini ia duduk di samping Mark menggenggam erat tangan pria itu.
Mark menatap Ameera secara lembut dan mendalam, ia mengagumi keindahan mata gadis itu. Bentuk mata seperti almond, bulu mata lentik natural serta bola mata berwarna kecoklatan.
"Anda egois jika terus menerus menutupi kebenaran pernikahan kita, tuan dan saya sudah lelah dengan semua ini!"
Ameera beranjak dari sofa, berjalan dengan langkah gontai menuju pintu. Gadis itu meninggalkan Mark sendirian di ruang kerjanya, tak sanggup lagi jika harus mengalah karena ia menginginkan kebebasan. Bebas dalam artian bisa memperlihatkan kehamilannya tanpa harus menutupi perut indahnya dengan pakaian longgar yang serba kebesaran, pergi membeli perlengkapan bayi tanpa rasa takut kepergok teman kantor dan bebas menceritakan ke semua orang bahwa perutnya terasa geli akibat gerakan yang dilakukan oleh si kecil. Ia menginginkan semua kebebasan itu.
Mark menatap pilu kepergian istrinya, setiap perkataan Ameera bagaikan kaset kusut yang selalu diputar dalam indera pendengarannya.
"Apa yang harus kulakukan?" ucapnya lirih sembari menyisir rambut dengan jari.
Mark berjalan menghampiri meja kerjanya, kotak makan berwarna hijau muda berisikan rendang buatan mertuanya. Kilas balik kebersamaan pria itu bersama orang tua Ameera masih terekam jelas dalam memori ingatannya, ayah dan ibu Ameera begitu menyayanginya bahkan mertuanya sengaja membuatkan rendang spesial untuk dirinya.
Mark terharu, mendapatkan perhatian dan kasih sayang dari orang tua Ameera, ia hanya menantu di keluarga itu namun seperti anak kandung karena kedua orang tua Ameera memperlakukannya layaknya anak sendiri padahal Mark adalah pria yang telah merampas kesucian Ameera, merusak masa depan gadis itu namun mereka masih bersikap baik padanya. Sungguh tidak adil jika ia terus menyakiti Ameera.
"Aku akan mencari jalan keluar untuk kita semua," gumam pria itu.
Mark mulai mencicipi rendang buatan mertuanya.
"Rendang ini begitu nikmat, Ayah Reza memang mertua paling baik di dunia ini."
***
|| Mansion Keluarga Pieter ||
Sementara itu di mansion keluarga Pieter, Stevanie sedang melakukan yoga. Setiap seminggu dua kali sebelum berangkat bekerja, ia akan meminta instruktur yoga datang ke mansion dan mengajarkannya gerakan yoga. Wanita itu mulai berlatih yoga setelah mengetahui suaminya menikah lagi tanpa sepengetahuannya.
Stevanie mengalami perubahan besar dalam hidupnya. Ia selalu merasa gelisah, lebih mudah stress dan pola tidur berantakan itulah mengapa Mark meminta Martha, sahabat Stevanie untuk mengajarkan istrinya gerakan yoga dasar sebagai salah satu cara meditasi agar kesehatan mentalnya terjaga.
Yoga merupakan olahraga tubuh dan pikiran yang berfokus pada kekuatan, pernapasan dan kelenturan.
Sebagai pemula, Hatha Yoga merupakan jenis yoga yang sangat cocok untuk Stevanie.
Hampir satu jam setengah Stevanie berlatih dibawah instruksi Martha dan kini ia sedang melakukan pose savasana yang biasa dilakukan ketika sesi latihan yoga akan berakhir.
Wanita itu sedang berbaring terlentang di atas matras yoga, kedua mata tertutup rapat, kedua kaki terbuka lebar dan kedua lengan berada di samping tubuh dengan telapak tangan terbuka dan menghadap ke atas.
"Tarik napas dengan lembut dan hembuskan secara perlahan," ucap Martha.
"Rasakan setiap hembusan napas yang keluar dari hidung."
"Buang semua pikiran negatif dan ganti dengan energi positif."
"Lakukan savasana selama kurang lebih sepuluh menit."
Sepulu menit berlalu dan kini latihan yoga telah selesai. Stevanie mengajak Martha duduk di kursi lounger tepian kolam renang.
"Vanie, bagaimana perasaanmu setelah mengikuti yoga selama empat bulan?" tanya Martha.
"Sudah jauh lebih baik dari sebelumnya Tha, kini aku sudah bisa tidur nyenyak tanpa memikirkan gadis s*alan itu!"
Saat Stevanie sedang berbincang dengan Martha, seorang pelayan datang menghampiri membawakan dua gelas jus alpukat pesanan wanita itu.
"Permisi Nyonya Vanie, ini jus yang Anda minta."
Seorang pelayan berseragam hitam putih membawakan dua gelas jus alpukat untuk Stevanie dan Martha.
"Ya," ucap Stevanie singkat tanpa melihat ke arah pelayan tersebut.
"Apa nyonya masih membutuhkan sesuatu?" tanya pelayan sebelum kembali ke dapur.
"Tidak, kamu sudah boleh kembali ke dapur. Minta koki membuatkan sup krim jagung untuk makan siangku nanti dan sup jamur untuk sahabatku. Ingat, tuangkan susu low fat jika membuat sup krim jagung untukku. Mengerti?"
"Mengerti nyonya. Saya permisi," ucap pelayan seraya membungkuk hormat.
"Ada kabar terbaru tentang madumu?"
"Jangan panggil dia madu! Dia bukan madu melainkan racun bagi rumah tanggaku."
Martha terkekeh mendengar sahabatnya begitu emosi saat ia menanyakan kabar tentang Ameera.
"Kamu baru saja melakukan latihan yoga jangan sampai energi negatif masuk kembali ke tubuhmu," sindir Martha.
"Maka dari itu, jangan pancing emosiku!"
Stevanie mendelik ke arah Martha namun wanita itu memilih membuang pandangan ke arah lain.
bersambung...
.
.
.
.
.
Jangan lupa likenya Kak, agar author semakin rajin update. ❤
Author punya 2 buah novel lain nih, siapa tahu ada yang berkenan untuk mampir dan membacanya. Terima kasih. 😊
"Selamat Menikmati"