Niat menerjemahkan bahasa, berujung fucking!!
Cinta gelap seorang mafia Italia bernama Almo Da Costa pada seorang wanita sederhana bernama Luna Diaz yang berprofesi sebagai penerjemah bahasa.
Pertemuan yang tidak diinginkan harus terjadi sehingga Luna kehilangan mahkota berharganya bagi seorang wanita. Hingga 2 tahun mereka berpisah dan bertemu kembali namun hal yang mengejutkan bagi Luna adalah saat Mr. Mafia itu bertanya.
“Where is my child?”
!SEASON 1&2 DI SINI AJA, TIDAK TERPISAH!
°~°~°~°~°~°~°~°~°~°~°~°~°~°~°~°
Mohon Dukungannya ✧◝(⁰▿⁰)◜✧
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Four, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
M'sDL — BAB 28
NIKAHI AKU
“Be mine!”
Ucapan yang sangat jujur. Luna mengernyit setelah mendengarnya, dia tak bisa percaya begitu saja, dia tahu maksud Almo ingin menjadikan dia miliknya.
“Sejak awal kau yang melanggarnya. Sekarang aku menolak memberikan anak, jadi biarkan aku pergi.” Pinta Luna dengan percaya diri. Tentu, dia memang benar, sejak awal Almo sendiri yang kukuh ingin Cassie, tapi kenyataannya anak itu bukanlah anaknya.
Mendengar ucapan itu, Almo masih diam menatap datar dan tajam. “But I insisted. (Tapi aku memaksa)." Balas Almo yang tak ingin kalah apalagi dikendalikan oleh seorang wanita.
“Apa yang bisa kau lakukan dalam kondisi seperti itu huh?" Almo menyeringai kecil sembari meneguk segelas beer nya.
Luna terdiam melihat ke arah pahanya yang memang masih terluka. Almo benar, dia tak bisa kabur dengan cepat jika seperti ini, apalagi Sisilia sebuah pulau, jikapun dia kabur Almo pasti bisa menemukannya dengan mudah.
“Tugasmu hanya mudah. Berikan aku seorang anak laki-laki, setelah itu aku akan membiarkanmu pergi.” Jelas Almo yang kini menatap ke depan dengan kepala sedikit mendongak sombong.
Luna memperhatikannya dengan seksama hingga ucapan Almo benar-benar keterlaluan. Itu artinya dia memberikan anaknya begitu saja. Hati seorang ibu mana yang akan mau dipisah oleh anaknya.
“Apa kau sadar ucapanmu sungguh keterlaluan. Kau tidak bisa melakukan itu— ”
“Aku bisa karena akulah yang berkuasa di sini.” Potong Almo hingga dia mendekati Luna dan menatap lekat. “Aku masih punya hati dengan melepaskan mu, bukan membunuhmu setelah melahirkan anakku.” Lanjutnya.
Wanita terlihat begitu kesal hingga hanya diam tak berkutik sampai Almo sendiri yang mulai bergerak bangkit dari duduknya. Sedangkan Luna masih diam dan memikirkan sesuatu, ya sesuatu.
“Kalau begitu nikahi aku.” Ucap Luna yang tiba-tiba.
Pria tampan dengan kemeja hitam itu seketika menoleh ke arahnya. Dan Luna yang tadinya menatap ke lantai kini beralih ke Almo dengan wajah penuh amarah yang tertekan.
“Kau ingin seorang anak bukan. Nikahi aku, aku akan memberikannya untukmu.” Luna merasa rendah setelah mengatakannya, dia benar-benar tidak ada pilihan lain lagi. Dia memiliki alasan tersendiri untuk minta dinikahi, agar dia tidak merasa seperti jalang yang memberi anak cuma-cuma tanpa ikatan pernikahan.
Mendengar hal itu, Almo masih diam namun dia menatap lekat wanita cantik yang masih menatapnya dengan berani, mata terbuka lebar dan tajam.
Almo sendiri tak memikirkan sampai ke situ, dia hanya butuh anak, bukan menikah.
Luna mulai berdiri, lalu dia tersenyum miring. “Siapa yang ingin kau bohongi?”
Pria itu masih diam saat Luna mengucapakan nya dengan tebakan yang tepat.
“Bahkan orang mati pun akan tahu bahwa kau hanya menginginkan seorang anak dari ibunya.” Jelas Luna yang langsung membuat Almo teringat dengan mendiang ayahnya yang sudah meninggal.
Benar, Morrone menyuruhnya segera memiliki keturunan karena tidak tahu ada bahaya apa yang akan menimpanya dan rahasia apa yang Morrone sembunyikan darinya.
Almo kembali menatap ke Luna, berjalan mendekatinya sehingga wanita itu mendongak saat menatap dengan jarak dekat.
“Va bene! You asked for it. (Baiklah! Kau yang memintanya).” Jawab Almo yang ternyata menyetujuinya. Entahlah mungkin karena Luna mengingatkan akan ayahnya yang sudah meninggal.
Setelah mengatakan itu, Almo bergegas pergi meninggalkan Luna yang masih berdiri di sana hingga tanpa sadar dia meneteskan air matanya yang ia tahan. Sungguh! Dia sama sekali tidak mau hidup bersama Almo si pria angkuh dan jahat itu.
Tapi takdir mendesaknya.
“Enzo!!” panggil Almo saat dia berada di halaman depan. Dengan cepat pria itu menghampiri bosnya.
“Pergi dan cari seorang pendeta.” Pinta Almo dengan nada emosi.
Enzo yang faham tak perlu bertanya lagi, pria itu mengangguk dan pamit pergi. Kepergian Enzo masih membuat Almo diam di tempatnya hingga kemarahannya tertekan di ubun-ubun hingga saat berbalik badan— Almo melihat Luna yang berjalan sendirian dengan tertatih hingga kontak mata mereka bertemu.
Tatapan tajam yang Luna berikan sungguh seperti tantangan semata bagi Almo.
Pria itu memperhatikannya hingga ia mengerti, apa yang akan dia lakukan setelah menikah.
...***...
“Bunuh saja mereka yang tidak berguna, itu hanya menghalangi jalanku!" pinta Lorella kepada Bean dengan wajah tak peduli.
“Sesuai perintah Anda Nyonya!" jawab pria itu segera keluar dari mobil menghampiri anak buahnya yang tengah mencoba menghentikan orang-orang yang ingin bertemu Lorella dan berdemo karena lahan yang Lorella pakai untuk membangun club' baru bukanlah miliknya.
Melainkan milik beberapa orang di sana, karena tak ingin diajak bernegosiasi, tentu Lorella memaksanya.
Darr! Darr! Darr! Darr! Tembakan bertubi-tubi bea berikan kepada orang-orang tadi hingga tewas. Mungkin hanya ada 9 orang saja yang tak terima.
“Singkirkan mereka.” Pinta Bean kepada anak buah Lorella yang lain.
Sementara di dalam mobil, wanita itu hanya menjadi tontonan dengan seringai licik sekaligus iblisnya. “Aku suka menjadi orang kaya!" gumam Lorella.
“Menurutmu aku seseksi apa?!" tanya Rebecca kepada Camer. Pria yang selalu menjadi pengganti Sergio di atas ranjang.
Pria itu menatapnya lekat dengan senyuman tipis. “Sangat... Seksi!” Balasnya hingga wanita itu tersenyum miring.
“Apa kau suka wanita berwajah polos?” tanya Rebecca sekedar iseng.
“Kenapa kau bertanya?! Apa kau merasa tersaingi?!” sindir camer menyeduh kopinya.
“Aku hanya bertanya.” Ketusnya dengan lirikan mata.
“Wanita polos biasanya lebih menarik, karena mereka menyembunyikan sesuatu yang membuat orang lain penasaran. Dan aku yakin, 80 persen dari mereka memiliki sifat liar yang sangat menggoda!" jelas camer masih mempertahankan senyumannya sehingga Rebecca terdiam dengan tatapan tak percaya hingga satu alisnya terangkat.
“Ya, kau benar!" gumamnya menyeringai kecil.
...***...
Berada di kamar, Luna duduk di pinggiran jendela besar sembari menatap ke langit malam di Sisilia. Keheningan halaman gelap di belakang Mansion benar-benar menguji adrenalin.
Namun Luna tak fokus ke hal itu, dia tengah memikirkan soal ucapannya kepada Almo yang ingin dinikahi. -‘Bagaimana bisa aku mengatakan itu?’ pikir Luna hingga memejamkan matanya.
Namun jika dia tidak menikah, bukankah itu sama saja menjual harga dirinya. Menjadi pabrik pembuatan anak tanpa ikatan pernikahan? Setidaknya dia berstatus sebagai istri Almo saat melahirkan anaknya, jikapun harus di singkirkan, maka itu terlihat seperti pertengkaran antara istri dan suami.
Di sisi lain, wajah Almo dipenuhi oleh bercak darah ketika dia dengan brutalnya memukuli orang-orang suruhan Monic yang ingin meminta paksa tanah di wilayah Sisilia yang Almo pegang.
Dengan emosi meluap dia seakan-akan mencurahkan kemarahannya ke pria malang itu hingga wajahnya benar-benar hancur.
Setelah puas, barulah Almo berdiri dengan tangan dan wajah penuh akan darah musuhnya. “Singkirkan mereka.” Pinta Almo bersuara dingin sambil berjalan membelakangi Enzo beserta anak buahnya yang lain.
Sementara Almo mulai merokok santai dengan berlumuran darah segar hingga asap mengepul di udara malam ketika dia kembali mengingat ucapan Luna untuk menikahinya, itu sangat bertolak belakang dengan pikirannya.
🤔 sebuah teka" siapakah kali ini musuh yang akan datang dan siapa kah orang yg berada dlm mobil yg misterius itu
sprti luna yg jg suka cemburu..
kpn mereka akan saling mengungkapkan isi hati nya 😍😍🤭🫢