Layaknya matahari dan bulan yang saling bertemu disaat pergantian petang dan malam, namun tidak pernah saling berdampingan indah di langit angkasa, seperti itulah kita, dekat, saling mengenal, tapi tidak pernah ditakdirkan untuk bersama.
Aku akan selalu mencintaimu layaknya bulan yang selalu menemani bintang di langit malam. Diantara ribuan bintang di langit malam, mungkin aku tidak akan pernah terlihat olehmu, karena terhalau oleh gemerlapnya cahaya bintang yang indah nan memikat hati itu.
Aku memiliki seorang kekasih saat ini, dia sangat baik padaku, dan kita berencana untuk menikah, tetapi mengapa hatiku terasa pilu mendengar kabar kepergianmu lagi.
Bertahun-tahun lamanya aku menunggu kedatanganmu, namun hubungan kita yang dulu sedekat bulan dan bintang di langit malam, justru menjadi se-asing bulan dan matahari.
Kisah kita bahkan harus usai, sebelum sempat dimulai, hanya karena jarak yang memisahkan kita selama ini.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Roshni Bright, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Pinjam Laptop
Aisyah mengingat saat laptop miliknya tiba-tiba rusak disaat beberapa menit sebelum sidang PKL dimulai.
“Haduh! Kenapa pakai rusak kayak gini sih?” tanya Aisyah kesal dan berusaha memperbaikinya, namun tidak bisa.
Aisyah akhirnya memutuskan untuk meminjam laptop milik tetangganya, ditemani oleh Ibunya.
“Bu, boleh pinjam laptop gak? Laptop saya tiba-tiba rusak, saya mau sempro Bu, sidang PKL,” ucap Aisyah.
“Ada sih laptop, tapi dipakai anak saya, kalau mau ngerjain di sini saja,” jawab tetangganya.
“Tapi di sini ramai Bu, masa saya harus sidang sempro di warung sembako Ibu? Gak boleh saya bawa pulang aja Bu laptopnya? Sebentar doang kok Bu!”
“Oh gak bisa, sama yang lain saja ya Aisyah!”
“Hm.. Oke Bu! Makasih!” jawab Aisyah yang langsung pergi.
Aisyah mendatangi beberapa rumah tetangganya, namun Mereka tidak ada yang membolehkan Aisyah meminjam laptopnya, hingga akhirnya Aisyah teringat oleh Ji-hyeon.
Aisyah langsung ke rumah Ji-hyeon dan kebetulan Ji-hyeon ada di depan rumah.
“Ji-hyeon, aku boleh pinjam laptop Kamu gak?" tanya Aisyah.
“Buat apa Aisyah?” tanya Ji-hyeon.
“Buat sidang sempro kuliah aku,” jawab Aisyah.
“Sidang? Lah udah kelewat! Sidang pemerintahan udah dari kapan tahu!”
“Ah Ji-hyeon! Jangan bercanda! Aku serius nih!”
“Aku juga serius sama Kamu!”
“Ji-hyeon!”
“Iya! Iya! Biar Kamu gak tegang, kelihatan tegang banget Kamu!”
“Ya gimana gak tegang coba? sidangnya lima menit lagi!”
“Ya udah sebentar, gw ambil dulu laptop gw,” ucap Ji-hyeon.
Ji-hyeon mengambilkan laptop miliknya dan memberikannya pada Aisyah.
“Lu mau sidang di kamar gw apa enggak? Di kamar gw ada WiFi tuh, tapi nanti teman gw mau pada datang ke rumah sih, kasian nanti lu terganggu sama keberisikan Mereka, bawa pulang saja sana laptopnya,” ucap Ji-hyeon.
“Ini beneran boleh aku bawa pulang?”
“Iya, bawa pulang aja, kayak sama siapa tahu aja Lu! Eh tapi itu laptopnya harus selalu di charger ya, kalau gak di charger, gak bisa nyala,” ucap Ji-hyeon.
“Oh, oke makasih banyak ya!”
“Iya, sama-sama!”
Aisyah berlari membawa laptop Ji-hyeon ke rumahnya dan mengirimkan file sidang sempro miliknya ke dalam laptop Ji-hyeon.
“Udah kayak orang lamaran aja cara ngasihnya,” ucap Ibunya meledek Aisyah.
“Apa sih Bu? Kok jadi lamaran segala?” tanya Aisyah tersipu malu.
“Lagian cara ngasih Ji-hyeon ke Kamu kayak gitu sih!”
“Udah ah Bu! nanti takut sidangku terlewat!”
“Ya sudah!”
Sidang sempro Aisyah berjalan dengan lancar dengan bantuan laptop Ji-hyeon.
Aisyah langsung ke rumah Ji-hyeon untuk mengembalikan laptopnya, namun dihentikan oleh Ibunya.
“Aisyah tunggu!” panggil Ibunya.
“Iya Bu, Kamu bawakan Dia sesuatu, kan Dia udah kasih pinjam laptopnya ke Kamu,”. Ucap Ibunya.
“Tapi kasih apa Bu?” tanya Aisyah.
“Apa Ji-hyeon merokok?”
“Iya Bu, Ji-hyeon merokok, waktu itu aku pernah melihat rokok yang disembunyikan di belakang tubuhnya saat aku melintas,” jawab Aisyah.
“Kalau begitu, Kamu belikan rokok saja untuk Ji-hyeon.”
“Iya Bu.”
Aisyah ditemani Ibunya pergi ke rumah Ji-hyeon dengan membawakan sebungkus rokok sebagai wujud ucapan terima kasih padanya.
“Mbak, Ji-hyeon ada?” tanya Ibu Aisyah pada Ibu Ji-hyeon.
“Ji-hyeon lagi pergi sama teman-temannya, baru aja jalan, ada apa?” tanya Ibu Ji-hyeon.
“Aku mau mengembalikan laptop Ji-hyeon Tante! Tadi aku pinjam laptop Ji-hyeon buat sidang sempro kuliah aku,” jawab Aisyah tersenyum memberikan laptopnya.
“Oh gitu, ya sudah kalau begitu,” ucap Ibu Ji-hyeon mengambil laptop itu dari tangan Aisyah.
Ibu Aisyah langsung mendekati Ibu Ji-hyeon dan memberikan sebungkus rokok yang tadi sudah Mereka beli untuk Ji-hyeon. “Buat Ji-hyeon,” bisik Ibu Aisyah.
“Eh apa ini? Gak usah repot-repot! Kayak sama siapa aja Kalian!” ucap Ibu Ji-hyeon.
“Udah gak apa-apa, titip ya Mbak buat Ji-hyeon, bilangin makasih udah meminjamkan laptopnya pada Aisyah, makasih juga Mbak!” ucap Ibu Aisyah tersenyum menganggukkan kepala.
“Iya, nanti saya sampaikan pada Ji-hyeon, makasih lho ini rokoknya!” ucap Ibu Ji-hyeon tersenyum menganggukkan kepala.
“Iya sama-sama,” jawab Ibu Aisyah tersenyum menganggukkan kepala.
“Makasih ya Bu, tolong bilangin nanti ke Ji-hyeon,” ucap Aisyah tersenyum menganggukkan kepala.
“Iya Aisyah,” jawab Ibu Ji-hyeon tersenyum menganggukkan kepala.
“Ya sudah Mbak, Kita pulang dulu ya!” ucap Ibu Aisyah tersenyum menganggukkan kepala.
“Eh.. Mau ke mana? Buru-buru banget! Sini dulu lah main!” ajak Ibu Ji-hyeon menarik tangan Ibu Aisyah.
“Aisyah, Kamu pulang saja duluan Nak! Ganti baju!” ucap Ibu Aisyah menatapnya.
“Iya Bu,” jawab Aisyah tersenyum menganggukkan kepala.
Aisyah pulang dengan suasana hati yang bahagia, walaupun tadi Ia selalu dijebak oleh dosen pembimbingnya dengan berbagai pertanyaan, sangking senangnya Aisyah, sampai ketawa-ketiwi sendiri, lompat-lompat, dan menggigit bibir, serta jarinya sendiri.
“Oh my God! Oh my God! Jantung gw! Rasanya kayak mau copot nih jantung! Huhh! Tenang Aisyah! Tenang!” ucap Aisyah mengatur nafasnya.
“Ah gak bisa tenang!” Aisyah merengek karena tidak tahu harus melakukan apa.
Jantungnya berdetak kencang, hingga membuat tubuhnya gemeteran, dan panas dingin dibuatnya.
“Kamu meresahkan banget sih Ji-hyeon! Kalau gak bisa jadi milik aku, ya seharusnya gak usah kayak gitu dong! Menyusahkan sekali Kamu! Kan kalau kayak gitu, aku yang repot sendiri!
“... hm Ji-hyeon, mungkin gak ya, suatu saat nanti, hubungan Kita akan kembali lagi seperti dulu? Apa mungkin, Kita bisa ke luar dari zona ini? ...”
“... Jika memang bisa, aku harus menunggu berapa lama lagi? Aku merindukanmu Ji-hyeon, aku merindukan Kita yang dulu! Kita dekat, tapi terasa jauh.
“... Kamu memang masih menepati janjimu, yang akan selalu membantuku, disaat aku sedang dalam kesulitan, tapi aku membutuhkan pundak mu yang nyaman itu untuk bersandar, aku lelah Ji-hyeon! Aku lelah dengan Kita yang sekarang! ...”
“... Tolong akhiri semuanya! Aku membutuhkanmu, Ji-hyeon, aku mohon! kembalikan masa-masa indah Kita yang dulu seperti semula, aku butuh tempat bersandar, Ji-hyeon ...”
“... Sejak kepergianmu, hidupku terasa sangat hampa, kita saling menatap satu sama lain, dengan bibir yang terkunci rapat oleh ego masing-masing ...”
“... Ji-hyeon, aku mohon! Kembalilah! Kembalilah padaku! Aku gila! karena hanya berani mengatakan hal ini dibelakangmu, tapi sungguh, bibirku terkunci saat melihat wajahmu ...”
“... Seakan ada sesuatu yang menahanku untuk tidak berbicara kepadamu, mungkin itu adalah takdir Kita! takdir Kita yang hanya bisa saling menatap, tanpa pernah saling menetap,” ucap Aisyah menghembuskan nafasnya untuk sedikit menenangkan rasa kecewa dihatinya.