BERBAGI CINTA : MENJADI ISTRI KEDUA BOSKU
Suasana pagi ini nampak begitu cerah, langit berwarna biru seperti birunya air laut. Embun pagi mengalir dipuncak dedaunan hijau, cahaya matahari perlahan-lahan masuk melalui celah-celah jendela kamar namun tidak menyilaukan mata sedikitpun. Sesekali terdengar kokok ayam bersahutan, kicauan burung yang hinggap di dahan pohon memberikan semangat baru bagi insan dibumi.
Disebuah rumah kecil dipinggiran kota Jakarta, tinggal lah seorang anak gadis berusia 21 tahun, memiliki postur tubuh tinggi, berambut pendek sebahu dan berkulit kuning langsat ciri khas wanita Asia. Ia anak kedua dari dua bersaudara. Kakaknya sudah lama meninggal sejak masih usia enam tahun. Ayahnya seorang buruh pabrik sementara ibu nya hanya seorang ibu rumah tangga biasa. Kehidupan sehari-hari keluarga gadis itu sangat sederhana, mereka hidup serba pas-pasan sehingga membuat Ameera harus bekerja paruh waktu untuk membantu perekonomian keluarga. Gadis itu bekerja disela-sela waktu senggang.
Mereka tinggal di sebuah perumahan perkampungan padat penduduk dipinggiran kota Jakarta dengan luas bangunan 27 meter dan luas tanah 60 meter. Sangat minimalis namun bagi gadis itu rumah sekecil apapun asalkan bersama kedua orang tuanya akan terasa lapang.
Dari depan kita bisa melihat rumah gadis itu begitu asri karena banyak ditanami pepohonan dan beraneka ragam bunga koleksi sang bunda. Saat pertama kali memasuki pekarangan rumah, kita disambut oleh sebuah pohon mangga yang menjulang tinggi ke awan. Disamping kanan-kiri terdapat beberapa pot bunga yang diletakan di atas meja besi. Rumah itu di dominasi warna merah jambu dan putih. Disudut teras terdapat sebuah akuarium kecil koleksi sang papa.
Di dalam kamar dengan luas 3x3 meter, seorang gadis masih terlelap dalam tidurnya. Ia masih enggan membuka mata padahal sang mentari sudah menampakkan sinarnya.
“Ameera, bangun sayang!” Suara wanita paruh baya menyadarkan gadis itu dari mimpi panjangnya.
“Ehm,” jawab Ameera singkat.
Ia masih belum membuka mata.
“Ameera!” Kali ini wanita itu meninggikan dua oktaf suara baritonenya.
“Iya bun, aku sudah bangun,” jawab gadis itu sambil menggerjapkan kedua matanya.
“Hoam.”
Gadis itu kini duduk diatas kasur. Ia meraba meja belajar mencari keberadaan ponselnya yang ada disamping ranjang.
“Baru pukul enam, kenapa bunda sudah ribut membangunkanku.”
Setelah nyawanya kumpul, ia segera beranjak dan menyambar handuk disudut kamar.
Gadis itu berjalan keluar kamar dan menuju kamar mandi.
~Wush~
Ia menyalakan keran shower dan memulai ritual mandi pagi. Pertama-tama ia menggosok gigi terlebih dahulu, kemudian meratakan busa sabun keseluruh tubuh. Menyapu sela-sela tubuh agar kuman dan bakteri hilang.
Empat puluh menit berlalu, kini gadis itu sudah siap di depan cermin. Ia mulai memoleskan foundation dan meratakannya, menaburkan sedikit bedak padat dengan warna senada dengan kulit wajahnya kemudian memoleskan lipstick berwarna merah jambu sebagai penyempurna penampilan.
”Sempurna,” Ameera nampak puas dengan hasil riasannya pagi ini.
Ameera bukan tipe gadis yang gemar berhias, di atas meja riasnya hanya terdapat dua atau tiga jenis produk kecantikan dan itu semua brand lokal. Bukannya ia tidak ingin mencoba membeli produk kecantikan dengan brand luar negeri hanya saja keadaan kantong gadis itu tidak mampu membeli produk mahal.
“Selamat pagi ayah dan bunda," sapa Ameera ketika ia sudah sampai ruang makan.
“Selamat pagi sayang.”
“Anak gadis setiap hari bangun siang. Mau jadi apa kamu setelah dewasa?”
Bunda Meta protes karena setiap pagi anak gadisnya selalu bangun siang.
“Aku mau jadi seorang sekertaris bun, masa iya dokter.”
Ameera mengalihkan topik karena melihat bundanya kesal dengan kebiasaan buruk dirinya.
“Dasar kamu ya, hobi sekali bersilat lidah.”
Bunda Meta menjewer telinga anaknya.
“Aw!”
“Aduh sakit bun. Ayah, tolongin Meera.”
Ameera mencoba melepaskan tangan bundanya dari telinga.
“Awas saja kalau membela Ameera, bunda tidak akan memberikan jatah sarapan untuk ayah.”
Bunda Meta mengancam suaminya.
“Maafkan ayah Meera, untuk kali ini tidak bisa membelamu," ucap Ayah Reza.
“Kamu coba belajar menjadi gadis rumahan dong Meera. Bantuin bunda kerja. Kamu sudah besar masa iya tidak paham dengan pekerjaan wanita,” Bunda Meta melepaskan tangannya dari telinga Ameera.
“Setinggi apapun jabatanmu, kelak kamu harus sadar bahwa kodrat seorang wanita adalah mengurus rumah, merawat suami dan anak.”
"Bunda tidak melarang kamu berkarier seperti wanita diluaran sana tapi harus ingat dengan tugas kamu sebagai seorang wanita.”
“Paham?” Bunda Meta menceramahi anaknya panjang lebar.
“Paham bun. Iya deh, besok aku mulai bangun pagi dan membantu bunda di dapur.”
“Ya sudah, sana duduk dan sarapan setelah itu berangkat ke kantor. Hari ini pertama kali magang kan?"
"Benar bun."
Ameera menghampiri ayahnya yang sedang duduk dikursi makan sambil mendengar ceramah Bunda Meta secara langsung. Pria itu hanya manggut-manggut mendengar istrinya berbicara.
“Ayo sarapan! Ini bunda buatkan nasi uduk, telur dadar, kering tempe dan sambal.”
Bunda Meta duduk disamping ayah Reza, sementara Ameera duduk berdahapan dengan bundanya. Mereka sarapan, menikmati nasi uduk hangat buatan Meta.
***
Hari ini merupakan hari pertama kelompok magang Donny mulai bekerja sebagai mahasiswa magang di perusahaan PT Indah Sentosa. Kelompok itu terdiri dari Donny sebagai ketua, Ameera, Naomi, Barra dan Emon sedang berkumpul di lapangan parkir perusahaan. Mereka sedang menunggu kepala HRD yang tak lain adalah Pak Imam, kakaknya Naomi.
Dua puluh menit menunggu akhirnya Pak Imam datang.
“Maaf sudah membuat kalian menunggu,"ucap Pak Imam setelah ia memarkirkan kendaraannya di parkiran khusus karyawan.
“Tidak apa-apa pak.” jawab Ameera.
“Kalian ikut keruanganku. Nanti akanku beritahu kalian ditempatkan di divisi mana selama magang disini.”
Mereka berlima mengikuti Pak Imam dari belakang.
PT Indah Sentosa merupakan perusahaan yang bergerak dibidang tambang dengan anak cabang dimana-mana. PT Indah Sentosa didikan oleh Ibrahim Pieter berdiri sejak tahun 1990. Gedung perusahaan itu didominasi warna cream, saat memasuki lobi perusahaan kita akan disuguhkan betapa mewahnya bangunan itu. Terdapat sebuah logo perusahaan dibelakang meja resepsionis, beberapa lukisan menempel di dinding dan disudut ruangan diletakan pot besar sebagai pemanis ruangan.
“Tak ku sangka perusahaan ini begitu mewah," bisik Ameera saat mereka menaiki lift.
“Benar, sangat mewah," timpal Naomi.
Saat ini mereka sudah berada di lantai tiga.
“Silahkan duduk.”
Perlahan-lahan Ameera dan teman-temannya duduk kemudian Pak Imam segera membagi job description.
“Sebelumnya, perkenalkan nama saya Imam Hidayat, kalian bisa memanggil saya Pak Imam tapi diluar kantor cukup panggil Mas Imam saja. Saya menjabat sebagai kepala HRD diperusahaan ini.”
"Saya akan membagi tugas dan tanggung jawab selama kalian magang disini."
“Ameera dan Naomi, kalian ditempatkan di divisi administrasi dan keuangan.”
“Barra dan Emon di divisi perencanaan.”
“Sedangkan Donny, divisi pengolahan.”
“Apakah ada yang ingin ditanyakan?”
“Ya sudah kalau tidak ada yang ingin ditanyakan, saya akan memulai mengajak kalian berkeliling. Mari ikut dengan saya!”
Mereka mengikuti Pak Imam dari belakang. Pria itu sibuk memperkenalkan Ameera dan kawan-kawan ke seluruh karyawan. Hari pertama magang, mereka habiskan untuk berkeliling dan mempelajari tugas serta kewajiban selama berada disana.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 172 Episodes
Comments
teti kurniawati
saya mampir... mampir yuk di novel Suami rupa madu mulut racun
2022-12-09
0
Sanie Iza
mampir
2022-09-23
0
Iyusnia Muhtadin
Mampir Kak...sambil nunggu double R "Rumi & Rayyan" update...sepertinya menarik, marathon nih bacanya. seneng dah end ceritanya, jadi ngga perlu nunggu2 up date karna penasaran🤩
2022-08-22
1