Namanya adalah Zhang Yu. Dia anak seorang tetua klan di Kota Qian Gu yang memiliki cukup pengaruh. Akan tetapi karena dirinya terlahir berbeda, semua orang menganggapnya sebagai sampah.
Namun, tanpa diketahui banyak orang ternyata Zhang Yu memiliki tubuh spesial. Beruntung dia bertemu dengan seorang guru yang tahu bagaimana cara membangkitkan kekuatannya. Mengubah dirinya dari seorang sampah menjadi genius berbakat mengerikan.
Ini adalah perjalanan Zhang Yu dalam membuktikan diri sebagai petarung terhebat. Mengemban nama kaisar petarung, mengguncang dunia dan membangun pondasi mencapai puncak keabadian.
Simak kisah lengkapnya dan jadilah saksi sebuah legenda tercipta. Kaisar Petarung!
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Sayap perak, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Chapter... 9 : Kesepakatan
"Pangeran Kelima, Pangeran Ketujuh, silakan duduk." Zhang Lei mempersilakan kedua pangeran untuk duduk di tempat utama.
Xuan Wu--Pangeran Kelima--dan Xuan Yin--Pangeran Ketujuh--mengangguk lalu duduk di tempat tersebut.
Zhang Lei juga duduk, kemudian memberi tanda pada pelayan agar segera datang dan membawakan makanan.
Mulai dari makanan ringan sampai makanan berat, semua dikeluarkan demi memuaskan hasrat kedua pangeran. Tak lupa juga dengan arak sebagai pelengkap yang harus ada dalam sebuah perjamuan.
"Pangeran Kelima, Pangeran Ketujuh, silakan dicoba hidangan kami. Meski terlihat biasa, tapi pria tua ini dapat menjamin rasanya luar biasa."
"Patriark Zhang, jangan terlalu sungkan. Kami tidak terlalu pemilih tentang makanan. Selama enak itu sudah lebih dari cukup. Bukan begitu, Saudara Ketujuh?"
"..."
Xuan Wu mengerutkan kening karena tak mendapat jawaban dari saudaranya. Dia memalingkan wajahnya ke samping dan menemukan Xuan Yin yang sibuk dengan dirinya sendiri.
"Adik Ketujuh, kau sedang apa?" tanya Xuan Wu dengan suara pelan.
"Tidak apa-apa." Xuan Yin menjawab asal. Tapi dia masih tidak bisa tenang dan mengedarkan pandangannya ke sekitar.
Sejak masuk ke dalam aula dia merasakan seseorang terus memperhatikannya. Bukan tatapan biasa seperti yang ditunjukkan oleh sebagian orang lainnya, tapi lebih lekat dan berbahaya.
Namun anehnya, ketika mencoba mencari tahu dengan mengamati setiap orang yang ada di dalam aula, dia tak bisa menemukannya.
"Patriark Zhang, sepertinya aku tak bisa berlama-lama di sini. Aku akan keluar untuk mencari udara segar." Xuan Yin bangkit dari tempat duduknya dan langsung pergi tanpa menunggu jawaban Zhang Lei.
Atas kepergian Xuan Yin, hampir semua orang di sana mengangkat kepala terkejut. Begitu juga dengan Xuan Wu yang spontan meletakkan makanannya kembali di atas meja.
"Saudara Ketujuh, kau tidak bisa pergi sesukamu! Saudara Ketujuh ...." Xuan Wu ingin menghentikan Xuan Yin. Tapi bukannya berhenti setelah mendengar kalimatnya, Xuan Yin malah semakin kukuh meninggalkan aula.
"Pangeran Kelima, biarkan Pangeran Ketujuh mencari udara segar. Mungkin di sini terlalu ramai dan mengganggu." Zhang Lei melambaikan tangan, meminta beberapa orang untuk pergi mendampingi Pangeran Ketujuh.
Xuan Wu pun akhirnya hanya bisa menghela nafas. Dia kembali duduk dengan tenang sambil berusaha mengabaikan apa yang baru saja terjadi.
...
Sementara itu di luar aula. Xuan Yin yang baru saja keluar dengan segera merasakan keberadaan orang lain yang mengikutinya diam-diam.
Langkah kakinya langsung terhenti dan perlahan memutar tubuhnya. "Ini adalah peringatan pertama sekaligus yang terakhir. Kembali dan jangan ikuti aku, atau kalian akan merasakan akibatnya!"
Dua orang yang diperintah oleh Zhang Lei pun mau tidak mau keluar. Mereka langsung membungkuk dan meminta maaf. "Maafkan kami, Pangeran Ketujuh. Kami hanya mengikuti perintah Patriark."
Xuan Yin mendengus. "Pergi! Aku sangat tidak suka dengan pengganggu."
Dua pria setengah baya itu saling pandang sejenak, lalu mereka kembali ke aula.
Melihat hal ini Xuan Yin mendengus. Dia berniat melanjutkan langkahnya, sampai satu suara membuatnya bergeming di tempat.
"Kenapa Pangeran Ketujuh begitu terburu-buru? Sayang sekali makanan yang sudah disiapkan jadi tidak termakan."
Xuan Yin menarik pandangannya ke depan dan menemukan sosok pria yang familiar. Dalam waktu singkat keningnya mengerut.
"Kau- ... Kebetulan sekali dapat bertemu di sini. Aku akan membunuhmu!" Xuan Yin langsung mengeluarkan pedang. Namun saat akan menyerang, satu kalimat membuatnya terdiam
"Pangeran Ketujuh, jika kau lupa, aku mengetahui rahasia besarmu."
Deg!
Wajah Xuan Yin menjadi muram. Dia beberapa saat membisu, tapi sedetik kemudian mulai mengukir senyum yang mengembang. "Selama aku membunuhmu dengan cepat, bukankah kau tidak akan memiliki kesempatan untuk mengatakan pada orang lain?"
Hehe...
Zhang Yu tertawa. Sontak hal itu membuat Xuan Yin menatap penuh peringatan. "Apa yang lucu? Berhenti tertawa!"
"Pangeran Ketujuh seperti sangat yakin dapat mengalahkanku dalam satu serangan. He-he, ini lucu! Oh, anggap saja ini benar. Tapi bagaimana jika ada orang lain yang sudah tahu dan dia akan menggantikanku menyebarkan kebenarannya?"
Wajah Xuan Yin yang putih memerah sempurna. Dia memiliki puluhan kata untuk dikatakan, tapi seolah itu tersangkut di tenggorokan.
"Kau hanya menggertak, bukan?" tanyanya memastikan.
"Silakan mencobanya. Itupun jika Pangeran- Oh tidak, maksudku Putri Ketujuh berani melakukannya."
"..."
Xuan Yin benar-benar marah pada saat ini. Namun, dirinya tidak berani untuk mengambil resiko. Pada akhirnya dia hanya bisa berkompromi.
"Apa yang kau inginkan?"
"Aku tahu kau datang karena memiliki tujuan. Jadi tidak perlu basa-basi dan katakan apa keinginanmu!" Dalam hidupnya, dia tidak pernah dalam situasi seperti ini. Sungguh, dia ingin mengayunkan pedangnya.
Namun sialnya ia tidak bisa melakukan apapun karena ini menyangkut identitasnya. Jangan sampai usahanya bertahun-tahun lenyap hanya karena satu masalah.
"He-he, ini tidak sulit. Putri Ketujuh hanya perlu mengikuti satu keinginanku."
Ketika mendengar ucapan Zhang Yu, air muka Xuan Yin dengan sekejap berubah. Tangannya secepat kilat terangkat untuk menodongkan pedang. "Jangan keterlaluan! Aku masih belum menghitung saat kau mengintipku di danau. Jangan pikir karena kau menyimpan rahasia bisa bertindak seenaknya."
Zhang Yu berdehem pelan sambil menggaruk tengkuk kepala yang tak gatal. "Ehem ... Itu sungguh adalah kesalahpahaman. Jadi tidak perlu mengungkitnya lagi. Dan untuk permintaanku ini, aku hanya ingin kau membantuku di acara kedewasaan."
Kening Xuan Yin semakin mengerut setelah Zhang Yu menjelaskan keinginannya. Dia memalingkan wajahnya yang merona, dan bertanya untuk memastikan. "Apa sungguh hanya itu?"
"Tentu,"
Xuan Yin merenung. Dia ingin sekali menyembunyikan wajahnya karena malu. Berpikir Zhang Yu akan meminta sesuatu yang keterlaluan. Tapi ternyata hanya meminta bantuan saat acara kedewasaan.
"Baiklah, aku akan melakukannya. Tapi sebagai pria kau harus memegang kata-katamu."
"Putri Ketujuh, ...."
"Jangan panggil aku Putri Ketujuh!" potong Xuan Yin menaikkan nada suaranya.
Zhang Yu tersenyum kecut, tapi tetap mengikuti keinginan Xuan Yin. "Pangeran Ketujuh tidak perlu khawatir. Aku tidak akan mengatakan rahasia ini pada siapapun."
"Besok, ketika menjadi juri kau hanya perlu membela dan mendukungku di acara kedewasaan."
"Kenapa kau meminta hal itu? kau merasa tak mampu untuk lolos?" tanya Xuan Yin mencibir.
Namun, Zhang Yu menanggapi dengan enteng. "Karena ada bantuan seperti ini, tentu saja harus dimanfaatkan. Jika tidak, bukankah sangat sia-sia?"
"Kau pria licik yang tidak tahu malu!" dengus Xuan Yin.
"Tentu saja tidak sebanding dengan Putri Ketujuh yang menipu banyak orang."
"Ka-kau ...."
"Saudara Ketujuh, apa yang kau lakukan di sini?"
Sebelum menyelesaikan kalimatnya, Xuan Yin cepat-cepat memutar badan begitu menyadari kedatangan saudara kelimanya, Xuan Wu. Ekor matanya melirik sekilas ke tempat Zhang Yu, tapi sudah tidak menemukan pria itu.
Dia sudah pergi?
"Saudara Ketujuh, aku bertanya padamu." Xuan Wu mendekat. Dia menepuk pundak Xuan Yin hingga gadis itu terlonjak.
"Saudara Kelima, sejak kapan kau sampai di sini? Perjamuan sudah selesai?" Xuan Yin khawatir saudaranya ini mendengar percakapannya. Tapi setelah melihat ekspresinya yang tak berubah, dia menjadi lebih tenang.
"Perjamuan selesai lebih cepat karena kau tidak ada di sana."
"Benarkah? Padahal aku mulai lapar. Tapi sudahlah, kita kembali saja." Xuan Yin melenggang pergi setelah mengatakannya. Dia berusaha menjauh dari saudara kelimanya untuk menghindari pertanyaan.