Sebagai lelaki bertanggung jawab, Abas mau menikahi pacarnya yang hamil duluan. Mereka menikah di usia muda dan harus rela berhenti sekolah. Sayangnya kehadiran Abas sebagai suami Tari tidak begitu diterima oleh keluarga sang istri. Bisa dibilang Abas tak pernah diperlakukan baik sebagai menantu. Dia terus dihina dan diremehkan.
Hingga suatu hari, karena hasutan keluarga sendiri, Tari tega mengkhianati Abas dan membuang anaknya sendiri.
Abas diceraikan dan harus merawat anaknya seorang diri. Namun dia tak putus asa. Abas mengandalkan keahlian tangannya yang terampil mencukur rambut dan memijat orang. Abas selalu bermimpi memiliki usaha di bidang jasa cukur & pijat yang sukses. Dalam perjalanan menuju kesuksesan, Abas menemukan banyak wanita yang datang silih berganti. Bahkan mengejutkannya, sang mantan istri kembali tertarik padanya. Bagaimana perjuangan Abas setelah dibuang oleh istri dan mertuanya? Berhasilkah dia membangun usaha jasa yang sukses?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Desau, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Chapter 9 - Tangisan Lelaki
Abas dapat mendengar jelas ucapan Tania. Dia bisa menyimpulkan bahwa apa yang dilakukan Tari bersama Ferry sudah diketahui oleh kedua mertuanya.
'Jahanam!' umpat Abas dalam hati. Dia memilih mengabaikan mertuanya dan berjalan menuju motor.
"Sekarang kita bebas dari benalu, Pa!" ucap Tania dengan nada lantang agar Abas bisa mendengarnya.
"Iya. Aku tak menyangka kita akan bertahan selama ini," tanggap Roni.
"Ayo kita temui calon menantu--"
Ucapan Tania terpotong, karena Abas sengaja menggas motornya. Hingga suara mesin motornya berbunyi nyaring.
Tania dan Roni langsung melotot ke arah Abas. Namun Abas tak peduli dan bergegas pergi bersama Denis. Dalam sekejap dirinya pergi meninggalkan rumah sang mertua.
"Sekarang kita akan tinggal dimana, Yah?" celetuk Denis sembari memeluk Abas dari belakang. Keduanya sedang menaiki motor.
"Di rumah nenek. Kau suka kan di sana?" sahut Abas.
"Iya! Aku juga kangen sama nenek. Lama udah nggak ketemu," tanggap Denis.
Deg!
Seketika jantung Abas berdegup kencang. Dia lupa kalau dirinya belum memberitahu Denis kalau nenek sudah meninggal.
Abas mendengus kasar sekarang. Sepertinya dia butuh waktu lagi untuk merahasiakan kepergian sang nenek pada Denis. Mengingat dirinya dan Denis sedang terpuruk.
"Tapi, Den. Nenek kebetulan sedang tidak ada di rumah. Dia lagi pulang kampung," cetus Abas berbohong.
"Benarkah? Yah... Nggak bisa dengar cerita lagi dong," keluh Denis. Memang saat dia bermalam di rumah nenek buyutnya itu, Denis selalu diberikan cerita sebelum tidur. Berbeda dengan Tania, Nenek Asih memperlakukan Denis dengan sangat baik.
Setibanya di tempat tujuan, Abas menyuruh Denis istirahat. Sementara dirinya akan membeli makanan ke warung yang tak begitu jauh dari rumah.
Saat kembali, Abas mengajak Denis makan bersama. Jujur saja, sejak tadi Abas berusaha terus menyembunyikan perasaan sedihnya. Ia juga tak mau membicarakan perihal Tari dan mertuanya pada Denis. Untungnya Denis tidak bertanya apapun terkait masalah Abas dengan Tari. Sepertinya anak itu paham dengan apa yang terjadi.
Selepas makan, Abas menemani Denis belajar. Dia seringkali tidak membuka barbershopnya lagi saat sore. Apalagi di saat hari seperti ini.
Karena kelelahan, Denis tak sengaja tertidur. Bocah lucu itu tidur begitu lelap di atas meja belajar lipatnya.
Abas segera memindahkan Denis ke ranjang. Sebuah senyuman diukir Abas saat melihat wajah tampan Denis terlelap. Mungkin hanya Denis yang mampu membuat Abas tersenyum di saat seperti ini.
Setelah meletakkan Denis ke ranjang, Abas tidak langsung pergi. Ia terus menatap wajah putranya.
Seketika ingatan tentang yang telah Tari lakukan hari ini teringat oleh Abas. Memang bila di hadapan orang lain Abas tampak tangguh, namun pada kenyataannya dia juga manusia. Seorang lelaki bahkan bisa merasakan yang namanya sakit hati.
Rasanya hati Abas hancur sekali. Sulit dijelaskan dengan kata-kata. Pengkhianatan yang telah Tari lakukan padanya telah memberikan luka sangat dalam.
Perlahan air mata menitik dari pipi Abas. Kemarahannya kini berubah jadi kekalutan. Terlebih nenek tercintanya sudah tiada lagi. Hanya Denis yang Abas miliki sekarang.
"Maafkan Ayah, Den... Ayah tidak bisa mempertahankan mamamu. Tapi Ayah janji, Ayah akan melakukan apapun untuk membuatmu bahagia. Ayah akan melakukan apapun agar kau bisa menggapai impianmu," kata Abas sambil terisak. Dia kemudian telentang dan memeluk Denis dengan penuh kasih sayang. Tak terasa Abas jatuh terlelap.
Ketika tidur, lagi-lagi Abas bermimpi yang sama tentang neneknya. Mimpinya sama persis seperti sebelumnya.
Abas langsung memeriksa kedua tangannya secara bergantian saat bangun dari tidur.
"Mimpi itu lagi. Apa mimpi itu menyiratkan kalau nenek mewariskan keahlian memijatnya padaku?" gumam Abas. Dia jadi teringat dengan pijatan yang diberikannya pada Tari terakhir kali.
kalau suka yang hot recommended nih...