Mengisahkan tentang perjuangan hidup seorang gadis bernama Anindyta Kailila .
Dalam menggapai cita-citanya dengan
keadaan hidup yang sederhana.
Bekerja sebagai asisten seorang model papan atas, merupakan batu loncatan baginya untuk mengais rupiah dengan tetap harus pintar membagi waktu mengurus ayahnya yang sakit.
Jangan tanyakan tentang kisah cintanya.
Sebab semenit saja, otak dan hatinya tak pernah kosong, karena perintah dari sang model yang selalu datang bertubi-tubi.
Namun, apalah dayanya jika ternyata kegigihannya bekerja justru mempertemukannya dengan seorang CEO yang ternyata kekasih sang model.
Bahkan perasaan mereka tidak dapat di bendung untuk saling jatuh cinta.
Mungkinkah seorang asisten mendapatkan cinta seorang presdir bahkan kekasih bosnya sendiri...?
Ikuti ceritaku " Di Balik Layar"
Semoga di sukai pembaca.
Salam santun
salam sehat untuk semua
🙏🙏🙏🙏
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon EmeLBy, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
BAB 31 : MENGGALI INFORMASI
"Tumben kamu nyusul aku ke sini ada apa?" tanya Gerald saat hanya mereka berdua di meja itu.
"Susah tidur." Jawab Darel sambil memainkan batu es pada gelas Orange jus pesanannya.
"Makanya main, kerja mulu siih. Jadi orang kok serius banget. Kenapa masih terbayang bayang cinta pertama mu sang model itu ya...?"
"Ku lagi mikir aja... Apa aku tembak lagi terus ku jadikan istri aja dia ya..." Ujar Darel polos
Bruuuussshh...!!! Sekejap Gerald menyemburkan minuman yang baru saja masuk ke mulutnya. "Kamu sudah gila, mau memperistri wanita malam yang liar seperti Felysia itu, hah?" Ujar Gerald dengan nada marah.
"Apa maksudmu bicara begitu."
"Dar ... club ini udah kayak rumah kedua bagiku. Apa yang tidak aku tau di sini. Aku sering liat dia di boking om om di sini."
"Jangan ngarang kamu Ger"
"Siapa yang ngarang..? Sebentar..!!" lalu Gerald memantik api dari mancisnya agar pelayan datang mendekat.
"Ada yang bisa di bantu pa?" tanya seorang pelayan wanita berpakaian sopan itu mendekat.
"Tolong panggilkan Pa Andre manager club ini. Bilang saja di cari Gerald Alexio"
"Baik, tunggu sebenar ya Pak." Jawab pelayan itu sopan.
"Karena kamu tidak percaya padaku, kamu dengar sendiri dari manager club ini. Bahkan dia punya daftar tamu VVIP club ini dan siapa saja wanita wanita yang melayani tamu."
Darel hanya diam dan sesekali menyeruput minumannya.
"Hai Bro... ada apakah gerangan kau memanggilku. Apa layanan wanita wanita itu tidak memuaskan mu...?" tanya Andre yang sudah sangat akran dengan Gerald yang merupakan pelanggan tetap di sana.
"Aku mau di layani oleh Felysia. Sudah lama aku tidak melihatnya ke sini." Pancing Gerald sambil melirik ke arah Darel.
"Oh..Fely si model itu. Hampir 2 bulan dia sudah tidak mampir di sini. Sepertinya dia sudah di bawa kabur oleh sugar daddy nya." Jawab Andre
"Maksudmu apaan?" tanya Gerald agar lebih jelas.
"Sebentar..ku cek dulu." Ujar Andre seolah mencari sesuatu dalam benda pilih layar datar miliknya itu.
"Oh.. iya. 3 bulan lalu dia masih melayani beberapa pria berbeda, tapi 1 bulan terakhir sepertinya ia hanya melayani Dennis Adskhan bos batu bara ini, tambang besar." Terang Andre.
Darel hanya diam menyimak pembicaraan antara Andre dan Gerald.
"Berarti dia sekarang sama itu ya...siapa Dennis...?"
"Iya... kayaknya. Buktinya mereka berdua sudah jarang terlihat di sini. Mungkin sudah menjalin hubungan di tempat lain. Jika kamu berniat main dengannya, ku sarankan cari yang lain saja. Kamu tidak akan mampu mengalahkan kekayaan Bos itu. Super tajir melintir bro." Canda Andre.
"Ah... tidak. Aku cuma penasaran karena biasanya dia duduk di pojokan sana. Dan sekarang tiba-tiba kosong." Ujar Gerald beralasan.
"Oke..jika tidak ada yang bisa ku bantu lagi. Aku ijin mengawasi tempat lain, boleh bro?" pamit Andre sopan.
"Oh iya.. silahkan. Terima kasih infonya ya bro." Jawab Gerald.
"Dar... kamu denger sendiri kan. Dia bahkan sudah jadi simpanan om om. Masih mau jadikan dia istrimu. Kalo aku siih ogah ya. Biar kelakuanku kayak gini, aku tetap ingin menikahi wanita baik baik untuk jadi ibu dari anak anakku kelak."
"Siapa juga yang mau punya istri simpanan orang. Makanya aku mau cari tau kebenarannya dulu. Ger... gimana kalau minggu depan kita lakukan pemotretan lagi ke puncak. Biar lama yah...kita nginap 2 malam gitu."
"Tapi aku ga mau pake acara ngumpet kaya kemaren. Pokoknya dari awal sampe akhir kamu harus ada."
"Iya... Eh Ger kira kira Felysia aku kasih kalung atau gelang ya?? Sebagai tanda aku jadian sama dia gitu."
"Ngapain...kasih barang begituan buat dia?"
"Mau ku taroh alat sadap biar aku tau kebenarannya. Dan dia tidak bisa menyangkal perbuatannya nanti."
"Kamu memang cerdas Dar...Darling wkwkwkwkkk !!!"
Sulit bagi Darel mempercayai yang di katakan Andre tadi tentang Felysia. Dan dia harus mencari bukti untuk memastikan semuanya.
Dua hari kemudian.
Telpon Anin berdering. Yang ternyata telpon itu dari Felysia.
"Anin...buruan ke apartemen. Aku dah pulang."
"Oh Syukurlah. Wait yaaah... bye." Tutup Anin mengakhiri panggilan telepon itu.
Sesampai di apartemen. "Mana ponsel itu ...? Aku mau baca dengan seksama. Eh...itu aku juga ada beli ayam dan sayuran. Kamu masak gih."
"Okeeh... " Sahut Anin yang langsung melangkah ke bagian dapur apartemen itu.
Nampak dari jarak yang tidak dekat, Felysia tersenyum kesenangan membaca chat nya dengan Darel yang di kemas apik oleh Anin.
Tiba - tiba ia berjalan ke arah Anin yang hampir selesai memasak.
"Nih... untuk ganti uangmu beli ponsel ini."
Ujar Felysia menyerahkan 2 ikat uang pecahan 100rb itu.
"20 jt...? Kebanyakan, kemarin aku beli cuma 3jtan kok." Jawab Anin jujur.
"Buat kamu lah sisanya. Aku puas sama pekerjaanmu, anggap saja itu DP."
Anin hanya diam... mau nolak tapi mau...ambil..tapi malu.
"Eh... Anin. Pinjam celemek itu bentar!!
trus kamu geser, foto in aku, ceritanya aku lagi masak, oke."
Anin tetap tidak menjawab dan melakukan yang Felysia perintahkan padanya.
"Iih... Tuh duit geser dong. Buruan masukan di tas mu. Kenapa ..? Kurang? Biar ku tambahin." Ujar Felysia yang mulai mematut matutkan dirinya bak seorang koki handal.
"Ii ... iya, ku terima. Makasih yaa Fe."
"Iya. Sama - sama. Itu ga seberapa jika Darel jadi milikku. Lagian itu duit jajan dari papi, masih banyak sisanya." Ucap Fely sombong.
"Buruan lanjutin masakan mu, terus kamu pulang.
Okeeh."
Oh, iya... pake aja mobilku. Kamu ga usah sering sering pake motormu, kucel kamu nya kalo pake motor terus." Entah itu perhatian atau ejekan. Anin melanjutkan masakannya yang sempat terhenti tadi.
Dan Ayam mentega, Capcay sayur plus sosis, juga bihun goreng tersaji dengan rapi di meja makan.
"Oke, selesai. Nasi ada tempat penanak nasi ya Fe. Aku pulang." Pamit Anin.
"Oke... udah kamu minta untuk kamu bawa pulang lauknya Nin?"
"Ga usah, aku udah masak kok di rumah tadi." Jawab Anin sambil berjalan merapikan pakaian dan memperbaiki ikatan rambutnya.
Anin menengok jam di pergelangan tangannya. Hampir pukul 1 siang. Dan sebenarnya dia sedang lapar. Tapi malas untuk makan di sana tadi. Lagipula, ia memang sudah masak oseng cumi pete di rumah. Sayang untuk di lewatkan.
Di parkiran apartemen itu, Anin berpapasan dengan Darel. "Siang pak" Sapa Anin mengejutkan Darel.
"Eh.. Anin. Mau kemana?" tanyanya gelagapan.
"Mau pulang pa, tadi habis ketemu Bos ku. Bapak mau ke tempat Fely juga?" tanya Anin.
"Oh... tidak. Di sini ada temanku. Katanya lagi sakit, minta dijenguk." Bohong Darel.
"Oke, pa. Semoga temannya lekas sembuh ya pa. Saya duluan."
Tiba tiba Darel menjitak dahi Anin. "Sakit pa.. kenapa?" tanya Anin sambil mengusap dahi bekas jitakan tadi.
"Kamu lupa... ? kalo kita berdua saja ga usah panggil bapak, hah?" ujar Darel bernada marah.
"Oh iya.. maaf lupa Emil. Bang Emil." Ujar Anin sambil nyengir.
"Nah..gitu dong. Kan enak di dengarnya.
Kamu hati hati di jalan ya." Ujarnya sambil berdiri menunggu Anin masuk mobil dan meninggalkannya.
Bersambung
...Apakah yang akan terjadi antara Darel dan Felysia...
...di apartemen itu..???...
...jeng jeng jeng...
...Mohon dukungannya 🙏...
...Komen kalian sangat autor harapkan lho...
...Kasih 👍💌✍️🌹...
...seikhlasnya yaa...
...Biar makin semangat...
...Terima kasih...
selamat membaca yaaak