Awalnya Zhea berpikir bahwa perasaannya selama ini kepada dokter tampan putra sulung Will dan Alea—Nathan Willy Coopers hanya perasaan kagum biasa. Namun kenyataannya Zhea salah!
Perasaan itu nyatanya adalah perasaan cinta sejak pertama kali mereka bertemu. Dan siapa sangka seiring berjalannya waktu, perasaan cintanya malah semakin tergila-gila untuk mendapatkan balasan cinta dari dokter nan dingin bernama Nathan itu.
“Aku sudah tergila-gila mencintaimu, Dr. Nath! Dan aku akan berjuang untuk mendapatkan cintamu dan membuatmu berhenti menganggapku sebagai anak kecil. Bahkan meski aku harus bersaing dengan wanita yang kau cintai!” ~Zheara Zaen Xavier~
Akankah Zhea berhasil mendapatkan balasan cinta dari Nathan? Ataukah Zhea harus merelakan cintanya?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Phopo Nira, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 24. Hampir Saja
...“Keluarlah, aku tahu kau terus mengikuti ku sejak tadi! Apakah ada yang ingin kau katakan padaku?”...
...“Apakah kau wanita itu, Zheara Zaen Xavier?”...
“Zhea? Apakah orang ini mengira aku adalah Zhea? Lalu apa tujuannya dia terus mengikuti ku yang dia kira adalah Zhea.” Dalam hatinya Shea bertanya-tanya apa tujuan pria misterius itu, jika memang dia adalah Zhea.
“Ada perlu apa denganku? Sehingga kau terus mengikuti ku seperti penguntit, hmm?”
Dengan santainya Shea membiarkan pria tersebut mengira dirinya sebagai Zhea. Bahkan tanpa memperlihatkan rasa takut sedikitpun, Shea jelas seolah menantang pria tersebut.
“Hahahaa … Memang cucu keluarga Xavier terkenal dengan keberaniannya. Namun, apakah keberanianmu saat ini bisa tetap bertahan setelah aku mengatakan tujuanku mengikuti mu,” ujar pria misterius itu yang tertawa meremehkan dengan sikap Shea.
“Hmmm, aku akan pikirkan nanti setelah kau mengatakan tujuanmu!” balas Shea dengan santainya.
“Kurang ajar! Beraninya kau meremehkan diriku,” umpat pria misterius itu, “Baiklah, akan aku katakan tujuanku mengikuti mu yaitu menjadi malaikat mautmu. Kau tenang saja, aku akan mencabut nyawamu tanpa kau harus merasakan rasa sakitnya. Hahahaa …” sambungnya dengan penuh percaya diri.
“Bwahaha … Astaga, perutku sakit sekali!”
Inilah kehebatan cucu Rayden sekaligus putri dari Levi, dia tidak akan kenal takut dengan ancaman seperti itu. Apalagi ini Shea yang sedang diancam, maka akan menjadi kebalikannya. Bukannya takut atau melarikan diri, Shea malah akan dengan senang hati membuat orang tersebut menjadi samsak tinjunya.
“Kau? Ingin membunuhku? Cucu dari Rayden Cano Xavier sekaligus putri dari Zaen Der Levi dan Lucia Cano Xavier? Jangan pernah bermimpi! Bahkan kau tidak akan bisa menyentuh seujung rambutku sekalipun,” ujar Shea bukannya menantang, tapi karena dia merasa bisa menghadapi pria tersebut seorang diri.
Jangankan satu orang, lima sampai sepuluh orang sekaligus masih sanggup Shea hadapi dengan jurus melarikan diri dan mengadu pada Grandpa dan Daddy nya.
“Dan lagi pula sejak kapan para malaikat maut menerimamu sebagai salah satu anggotanya? Bahkan dengan penampilanmu yang seperti ini, kau bahkan tidak akan lulus dalam ujian penampilan.’ Bahkan Shea semakin memprovokasi pria tersebut.
“Sombong sekali! Bagaimana kalau kita buktikan perkataan siapa yang akan jadi kenyataan? Kau atau Aku?” ucap Pria itu, dimana detik berikutnya dia langsung menyerang Shea.
Jangan harap Shea akan diam saja mendapat penyerangan seperti itu, tentu saja dia dengan sigap dan kelincahannya langsung menghindar dan mencari kesempatan untuk melakukan serangan balik. Jalanan yang sepi itu menjadi saksi keganasan dari seorang cucu Rayden Cano Xavier, sekaligus putri dari Levi dan Lucia.
Pukulan, tendangan dan aksi saling serang terus keduanya lancarkan. Tidak ada sedikitpun dari keduanya yang berniat menurunkan intensitas serangan satu sama lain. Shea yang sejak kecil sudah terlatih oleh Jack, Levi dan bahkan Rayden tentu mendapat keunggulan dari cara memanfaatkan kesempatan untuk menyerang dan melumpuhkan lawannya.
Bahkan Shea tidak merasa terdesak sedikitpun, berbeda dengan pria misterius itu yang berulang kali berhasil mendapatkan pukulan penuh semangat dari Shea. Sampai akhirnya Pria misterius itu mulai mengeluarkan sebuah pisau dengan desain yang cukup unik, hingga Shea bisa dengan mudah mengingatnya.
“Kau pasti sudah merasa tersudut sampai harus mengeluarkan senjata tajam yang sudah kau sembunyikan sejak awal? Atau kau memang salah memperkirakan kemampuanku, hmm?” ujar Shea dengan seringai yang jelas meledek pria misterius tersebut.
“Jangan merasa senang dulu, karena setelah ini akan aku pastikan kau berakhir dengan kematian,” ancam pria misterius itu.
“Attutuh … Daddy, tolong atu attut tekalih!” Shea malah semakin bersemangat memprovokasinya, “Cobalah! Tapi jika kau gagal, maka aku yang akan memastikan kau berakhir dengan kematian,” sambungnya membalikkan perkataan pria itu.
“Sialan kau!” umpat Pria misterius itu yang kembali mencoba menyerang Shea dengan senjatanya.
Shea yang sejak awal sudah memperkirakan pergerakan musuhnya, langsung saja membiarkannya untuk melakukan beberapa penyerangan kepadanya.
Tentu Shea tidak menerimanya begitu saja, dia terus menghindari setiap serangan yang dilancarkan musuhnya. Dan begitu mendapat kesempatan yang tepat, Shea segera menjatuhkan senjata tersebut dengan cara menendang tangannya cukup keras.
Tidak hanya itu, dengan gerakan memutar sempurna sembari membiarkan rambut panjangnya tergerai indah Shea dengan sigap menangkap pisau tersebut sebelum jatuh ke tanah. Tanpa membuang waktu sedetik pun, Shea membalikkan keadaan dan mulai melakukan serangan balik dengan menggunakan senjata musuhnya.
Srettt …
“Arghh ….”
Pria itu berteriak kesakitan, ketika Shea berhasil mendaratkan pisau tersebut di lengan kanan pria misterius itu. Namun, Shea juga tidak kunjung berhenti untuk melancarkan aksinya ditambah alasan pria itu menyerangnya karena mengira dia adalah kembarannya yaitu Zhea.
“Beraninya kau berniat membunuh saudari kembarku? Apakah nyawamu cukup banyak untuk bisa menghadapi kami, Hah?” bentak Shea penuh kemarahan.
Srettt …
“Arghhh ….”
Pria misterius itu kembali berteriak kesakitan saat pisau di tangan Shea kembali mengoyak kaki kanannya. Tidak hanya itu, Shea juga menusuk perutnya tanpa rasa belas kasihan sedikitpun seraya berkata, “Sekarang kau tahu, bukan? Perkataan siapa yang menjadi kenyataan?”
“Sebelum kau menyentuh saudariku, maka aku akan membunuhmu terlebih dahulu dengan tanganku sendiri,” sambungnya penuh penekanan. Dan tepat ketika Shea ingin menikam pria misterius itu di jantungnya, tiba-tiba sebuah pelurus melesat hampir mengenai kepalanya jika saja Shea tidak segera menyadarinya.
Dorrr …
“Sialan! Hampir saja aku pindah alam,” umpat Shea yang segera mencari tempat bersembunyi untuk mengamankan nyawanya yang hanya satu.
Shea hampir saja bisa menghabisi pria misterius itu, tapi tiba-tiba saja keadaan berbalik dan dia yang hampir dihabisi kalau tidak cepat menyadari keberadaan musuh lainnya.
“Yakh, kemana saja kalian, Hah? Cepat bunuh wanita sialan itu,” perintah pria misterius itu pada beberapa orang yang datang untuk membantunya.
Bersambung....
semangat terus tho... sehat selalu