Kecelakaan sang kakak membuat dirinya tidak punya pilihan lain selain menikahi calon kakak iparnya sendiri.Pernikahan tanpa cinta yang dia jalani ternyata harus melatih kesabarannya.Dan itulah yang harus dia lakukan.Ali bin Abi Thalib pernah berkata:"Yakinlah,ada sesuatu yang menantimu setelah sekian banyak kesabaran yang kau jalani,yang akan membuatmu terpana hingga kau lupa betapa pedihnya rasa sakit."
Azalea itulah namanya,wanita berkerudung panjang dengan kecantikan luar biasa yang dia sembunyikan dari balik cadarnya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon farala, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Episode 34 : Sesuai dugaan
Brawijaya Hospital.
Seorang anak kecil terbaring lemas di atas tempat tidur pasien.Wajah putihnya terlihat memerah akibat suhu tubuhnya yang mengalami peningkatan.
Dia pasrah,menyerahkan tangan kecilnya pada seorang perawat,tidak ada perlawanan,merengek pun tidak,ia hanya diam saja saat beberapa perawat memegangi tubuhnya,begitupun saat infus baru saja tertancap sempurna di punggung tangannya.Tidak terdengar teriakan sedikitpun dari mulut kecilnya,hanya nama Allah yang beberapa kali ia ucapkan,itupun terdengar lirih.
Wanita cantik yang duduk di sebelah bidadari kecil itu sesekali menghapus air matanya,tentu ia tidak tega,anak yang kesehariannya sangat aktif dan cerewet itu,kini tidak bisa berbuat apa apa.
Barulah gadis berumur enam tahun itu menangis ketika melihat oma nya datang.
"Oma..hiks..hiks.."Azura mengangkat tangan minta di peluk umi Ivana.
Masih dengan nafas tersengal,Umi Ivana memeluk cucu kesayangannya.
"Sayang,,,apa sakit sekali?"
Azura mengangguk,sesekali ia menghapus ingusnya yang berjatuhan.
"Abi mu mana?"Mata umi Ivana memindai ke sekeliling kamar,mencari keberadaan Izel.
"Abi masih kerja oma."Ujar Azura sesenggukan.
"Badan Azura masih sangat panas nak."Ujar umi pada menantunya.
"Iya umi,dokter sudah datang dan perawat juga sudah memasukkan obat penurun panas,semoga demamnya bisa segera turun."Tukas Nadia lembut,tak lupa tangannya mengusap dengan sayang kepala Azura.
"Aamiin.."
Azura di jemput di sekolah oleh Nadia karena laporan gurunya yang mengatakan kalau Azura demam tinggi sampai muntah muntah.Nadia panik,segera menyusul ke sekolah.Ia menghubungi suaminya,tapi tidak di angkat.Umi Ivana tidak ada di rumah saat itu.
Setelah tiba di rumah sakit,barulah Nadia menghubungi mertuanya.Dengan tergesa gesa,umi Ivana segera menyusul Nadia.Karena terlalu panik,ia sampai menabrak seorang wanita di dekat tempat parkir rumah sakit.
Beberapa jam kemudian,Azura kembali demam setelah sempat turun beberapa saat lalu.Umi Ivana dan Nadia kembali resah.Beruntung,Izel segera datang.Ia menghampiri putri tercintanya.
"Zura,ini abi sayang."
Azura membuka mata.
"Abi,,kepala Zura sakit sekali."
"Iya sayang,nanti tante perawat berikan obat untuk Azura.Azura yang sabar ya nak."Izel memijit kepala Azura lembut,hingga anaknya itu bisa tertidur meski suhu tubuhnya masih sangat panas.
"Azura sakit apa bi?"Nadia mulai menangis.
Izel datang dan memeluk istrinya.
"Hasil pemeriksaannya belum keluar,kita doakan semoga ini hanya demam biasa saja.Umi jangan khawatir ya?"Ucapnya lalu mencium pucuk kepala Nadia.
"Abi mu masih ada tamu Zel?"Tanya umi Ivana.
"Iya umi, sebentar lagi pasti abi datang,Izel sudah menghubungi nya."
***
Keesokan harinya.
Lily kembali harus di larikan ke rumah sakit.Muntah sejak semalam di sertai sakit kepala membuat nya tidak bisa bertahan di rumah.Beruntung,kali ini,ia tidak harus ke ruangan intensive,cukup di perawatan biasa saja.
Adam yang baru mengetahui kondisi terkini Lily mengunjunginya di ruang perawatan.
Di koridor menuju kamar VIP,tak sengaja,Adam bertemu dengan Izel.Melihat pakaian nya,Adam tau kalau Izel sedang tidak bertugas.
"Bang Izel."Panggilnya.
Izel menoleh.
"Adam?"
"Siapa yang sakit bang?"
"Azura,kemarin di jemput di sekolah sama uminya,dia demam tinggi."
"Ya Allah,lalu bagaimana kondisinya sekarang?"
"Tadi pagi masih hangat,tapi siang ini sudah tidak,semoga demam ya tidak naik lagi.Sebenarnya bukan Azura yang membuat ku panik,tapi umi nya.Nadia tidak berhenti menangis jika Azura sakit."Izel terlihat menghela nafas.
Adam justru tersenyum.
"Bang Izel itu sangat beruntung,punya pendamping hidup seperti mbak Nadia."Puji Adam.
Izel pun ikut tersenyum.
"Kamu mau kemana?"
"Lily masuk rumah sakit."
Izel menghela nafas.
"Istrimu?"Tanyanya kemudian.
"Masih di Kairo,akhir bulan ini aku akan datang menjemputnya."
"Ya sudah aku keluar dulu,Azura lapar,mau cari makan dulu di cafetaria."
"Iya bang,nanti aku ke kamar melihat anak cerewet itu,aku yakin,dia pasti sudah melupakan ku."Ujar Adam tersenyum.
"Ok,aku akan menunggumu."
***
Malam hari sebelum Adam pulang,barulah ia punya kesempatan menjenguk Azura.Tak lupa ia datang membawa buah tangan.Karena kedekatan yang di miliki Adam dan Izel,sedikit banyak Adam mengenal keluarga pemilik Brawijaya Hospital itu.Namun Izel yang harus keluar negeri melanjutkan pendidikannya,membuat mereka jarang berkomunikasi.
Adam mengucap salam begitu membuka pintu.
Azura menoleh dan menatap tajam wajah Adam yang mendekatinya.
Gadis kecil itu mengernyitkan kening seakan memikirkan sesuatu hal yang terlupa untuk waktu yang lama.
Nadia menyambut kedatangan Adam dengan senyum sumringah,begitupun dengan Izel.
"Wah,siapa nih yang datang?"Ujar Izel.
Anak kecil itu masih terus menatap tamunya.
Dia seperti pernah melihat,tapi lupa di mana,itulah yang di pikirkan Azura saat ini.
"Azura lupa ya sama om Adam?"Nadia ikut menimpali.
Masih berwajah bingung,namun tatapan gadis berhijab itu tidak beralih dari Adam.
Nanti setelah Adam duduk di sampingnya,barulah Azura tertunduk dan tersenyum malu malu.
"Bagaimana sudah ingat?"Tanya Nadia.
Azura mengangguk dan semakin tertunduk dalam.
Adam mengulum senyum melihat tingkah lucu Azura.
Dulu,Azura sangat menyukai Adam,setiap bertemu dengan dokter tampan itu,dia selalu terlihat malu malu,begitupun dengan hari ini,ingatan Azura sangatlah tajam,buktinya,terakhir kali mereka bertemu saat Azura berusia empat tahun.Dan setelahnya,Azura tidak pernah lagi bisa melihat Adam karena di pisahkan jarak yang sangat jauh.Dua tahun kemudian,tepat hari ini,Azura bisa kembali melihat wajah Adam.
"Azura sudah besar ya,jadi tambah cantik."Ujar Adam tersenyum manis pada gadis kecil itu.
"Tumben tidak minta gendong,dulu juga setiap ketemu,Abi dan umi jadi obat nyamuknya."Tukas Izel menggoda Azura.
"Zura malu abi."Azura tersipu malu.
Adam terkadang ingin mencubit dengan gemas pipi kemerahan Azura.Baginya,anak Izel itu sangatlah lucu.Bagaimana tidak,di umur yang baru menginjak empat tahun,Azura sudah meminta Adam untuk menjadi imamnya,dan Adam harus bersedia menunggu Azura hingga tumbuh dewasa.Sungguh sebuah cinta monyet yang terlampau berlebihan.
Keberadaan Adam di kamar rawat Azura,tentu membuat anak itu sangat bahagia,seiring berjalannya waktu,Azura mulai membuka diri,kembali cerewet saat berbicara dengan Adam.Dan seperti biasa,Nadia dan Izel hanya akan menyimak dan mengamati apa saja yang Adam dan Azura lakukan.Bahkan Adam sampai harus menidurkan Azura di pangkuannya karena permintaan bocah itu.
"Mbak Dia tidak pernah berkunjung pesantren?"Tanya Adam.Azura sudah tidur sejak tadi,dan Adam harus memindahkan kepala Azura ke bantal karena pahanya mulai kram akibat tidak mengganti posisi kakinya untuk waktu yang lama.
"Rencana sih akhir bulan ini,mbak belum sempat,masih sibuk urus ini itu."Tukas Nadia yang kini duduk di sebelah Izel.
Tampak ragu,Adam sesekali menatap Nadia dan Izel bergantian.
"Kenapa?Ada yang ingin kamu katakan?"Ujar Izel melihat gelagat Adam yang terlihat gelisah.
Lama Adam berfikir hingga akhirnya ia memutuskan untuk menuntaskan rasa penasarannya.
Adam menghampiri Nadia dan memberikan ponselnya.
"Mbak Dia kenal gadis ini?"
Nadia mengambil ponsel Adam,menatap lekat dan mengamati penuh cermat gambar buram di dalam sana.
"Bukankah ini foto lama?Ini saat aku masih di pesantren."Ujar Nadia membenarkan.
"Iya mbak,dan gadis ini?mbak masih ingat dengannya?"
Foto itu terlalu buram untuk di kenali Nadia,karena Adam memotret foto lama yang tersimpan di album Azalea.
"Ya Allah,kenapa aku sampai tidak bisa mengenalinya?Inikan Aza."
Deg...
Ternyata benar,Nadia mengenal istrinya.
...****************...