"Maukah kau menikahi ku, untuk menutupi aib keluarga ku?" tanya Jisya pada seorang satpam yang diam menatapnya datar.
Kisah seorang gadis yang lebih rela di nikahi oleh seorang satpam muda demi tidak menikah dengan seorang pengusaha angkuh dan playboy.
Sanggupkah satpam datar itu bertahan di tengah-tengah keluarga istrinya yang sering menghinanya? atau dia memilih pergi saja? dan siapa kah sebenarnya satpam muda itu?
Mari ikuti kisahnya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Salsabilah, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Tak Sengaja
"Arkh!"
Jisya!. Arga segera berdiri dan menghampiri wanita yang berada di depan pintu ruangannya.
Pria itu melihat istrinya dengan kepala yang memerah karena terkena lemparannya.
"Kau tidak apa-apa? Sini aku akan mengobati luka mu, maafkan aku, aku benar-benar tidak sengaja melakukan itu," ucap Arga merasa bersalah kepada Jisya.
Jisya tiba-tiba menarik tangannya yang dipegang oleh pria itu.
"Maaf, saya cuma mau pengantar ini. Anda juga tidak usah khawatir, saya bisa mengobatinya luka saya sendiri." Ujar Jisya memperlihatkan pria itu jas miliknya yang sudah dia bersihkan akibat terkena coklat miliknya kemarin sore.
Iya, alasan Jisya mengetahui kantor pria itu karena alamat yang berada di dalam jas milik Arga.
Ternyata kedatangan Jisya ke kantor MegaGP hanya karena ingin mengantar jas milik pria itu. Dan Jisya juga belum melihat wajah pria di depannya itu, karena seperti biasa Arga sering memakai masker penutup wajah saat berada di tempat kerja.
"Aku akan tetap mengobati mu, hanya sebentar, jika kau tidak mau, jangan pernah berharap kau bisa keluar dari ruangan ini." Ujar Arga tetap memaksa Jisya.
"Maaf, tapi anda tidak bisa berbuat sewenang-wenangnya, Tuan. Yang pertama saya ini istri orang, dan yang kedua, saya bisa melaporkan anda atas tindak pemaksaan karena sudah memaksa saya!" Jisya menjawab dengan tegas karena dia begitu tidak menyukai sikap laki-laki yang pemaksa seperti Rega yang tak dia ketahui ada lah suaminya sendiri.
Arga terdiam menatap kedua netra istrinya. Begitupun dengan Jisya yang menatap pria bermasker itu. Jujur saja dia merasa pria di hadapannya sangat mirip dengan suaminya, tapi saat mengingat kembali suaminya itu hanya lah pria biasa yang bekerja sebagai satpam. Sedangkan laki-laki di depannya ada lah seorang pria yang terkenal dengan kekayaannya. Maka itu dia menepis jauh-jauh pemikirannya.
Arga mengambil jas yang Jisya bawa untuknya.
"Saya minta maaf, Tuan. Karena kemarin saya sempat mengotori pakaian anda. Tapi anda tidak perlu khawatir lagi, karena baju itu sudah bersih sepenuhnya. Saya permisi dulu, Tuan." Jisya langsung keluar dari ruangan Arga dan langsung pergi meninggalkan kantor itu.
Arga menarik nafas merasa bersalah kepada istrinya karena sudah melukai hati dan fisik wanita itu.
"Maaf, Tuan. Sebentar lagi kita ada jadwal keluar kota." tiba-tiba Fina datang dan memberitahu kan tentang jadwal pria itu yang membuyar lamunannya.
"Apa tidak bisa di tunda saja?"
"Mungkin tidak, Tuan. Karena ini untuk yang kesekian kalinya jika kita menunda pertemuan lagi." jawab Fina sopan.
"Kalau begitu, segera siap kan apa saja yang ingin di bawa. Karena aku ingin segera pulang dari luar kota." Titah Arga.
"Siap, Tuan."
,,,
Sudah menunjukkan pukul delapan malam. Tapi Jisya belum juga pulang, dia masih berada di tokonya sambil bersantai.
Sedangkan karyawan yang lainnya, dari sore lagi semuanya sudah pada pulang ke rumah mereka masing-masing. Tinggal hanya dia yang berada di 'Jisya Kosmetik'.
Sebenarnya Jisya sedang lagi malas untuk pulang lebih awal karena malas ingin berdepan dengan keluarga dan juga suaminya yang semalam pergi tanpa pamit.
Wanita itu benar-benar tak tahu jika orang yang dia temui di kantor MegaGP tadi ada lah suaminya sendiri.
Saat sedang sibuk dengan pikiran-pikirannya, tiba-tiba seseorang menyapanya.
"Hai Jisya." Tiba-tiba terdengar suara laki-laki tak asing sedang mengajaknya berbicara.
Wanita itu tersentak kaget saat mendengar seseorang menyebut namanya. Ketika dia melihat pria tersebut, Jisya merasa heran apa yang pria itu lakukan di tokonya malam-malam.
"Maaf, toko sudah tutup. Jika anda ingin membeli sesuatu, sebaiknya anda datang besok siang saja, Tuan." ucap Jisya sedikit waspada saat menyadari waktu yang sudah malam dan juga tampak di luar lumayan sunyi.
"Kenapa? Apa kau keberatan dengan keberadaanku di sini?" tanya Ryan dengan pandangan yang mana Jisya sepenuh arti.
"Tidak, hanya saja aku ingin segera menutup toko ini." Jisya berdiri dan mengemasi barang-barangnya yang berada di atas meja.
Setelahnya wanita itu ingin keluar. Tapi siapa yang menduga Ryan tiba-tiba saja mendorongnya dan menghimpitnya ke dinding.
"Hei! Apa yang kau lakukan! Lepas kan aku!" Jisya berteriak dan memberontak.
"Kau meminta ku untuk melepaskan mu? Apa kau pikir setelah kau mempermalukan aku di acara pernikahan mu kau bisa lepas begitu saja? Kau salah Jisya, aku hanya menunggu sampai aku memiliki kesempatan seperti hari ini untuk bisa membuat kau menangis berteriak dan memohon ampun karena sudah menolak untuk menikah dengan ku dan malah memilih menikah dengan seorang satpam yang tidak ada apa-apanya jika di bandingkan dengan diri ku!"
Srrrtttt
Pria itu menarik baju Jisya sehingga robek berniat untuk memperkaos wanita itu karena berpikir sudah menolak untuk menikah dengannya dan merendahkan harga dirinya dengan memilih menikah dengan seorang satpam.
"Arkhhhhhhhh lepaskan aku! Tolong!" Jisya berteriak histeris dan berharap ada seseorang yang ingin menyelamatkannya.
"Berteriak lah sepuas hati mu! karena tidak akan ada siapapun yang akan mendengar mu!" Ucap Ryan semakin menjadi-jadi bahkan menarik jilbab Jisya sehingga lepas dari kepalanya.
"Wow... Aku tidak menyangka ternyata kau wanita yang sangat cantik tanpa jilbab yang menutup rambut mu." Ryan mulai meraba paha Jisya dan memaksa menc*um wanita itu yang terus saja memberontak.
"Tidak!" Jisya tak sengaja meraih pasu bunga hiasan dan langsung mengayunkan tepat mengenai kepala Ryan.
Buk!
Karena pukulan yang sangat keras mengenai tempat di kepala Ryan. Pria itu tewas seketika dengan darah yang bersimbah di dalam Jisya Kosmetik.
"Arkhhhhhhhh!" Tetiak seorang wanita yang tadi mendengar keributan di dalam Jisya Kosmetik dan langsung masuk ke dalam, setibanya di dalam betapa kagetnya dia melihat pemandangan mengerikan.
Jisya buru-buru mengambil jilbabnya dan memakainya dengan segera. Dia juga mengambil kain lapisan meja pasu untuk menutupi tubuhnya dari sobekan baju akibat perbuatan Ryan.
Yang tadinya sunyi, tiba-tiba Jisya Kosmetik di penuhi oleh kerumunan orang-orang yang berbondong-bondong untuk datang melihat kejadian pembunuhan yang tidak di sengajakan oleh Jisya demi bisa melindungi dirinya dari ternoda oleh pria bejat seperti Ryan.
"Pembunuh."
"Dia membunuh pria itu."
Ada banyak suara dari orang-orang yang kaget melihat Jisya membunuh seorang laki-laki.
Tak berapa lama polisi pun datang dan langsung membawa Jisya ke kantor polisi untuk dimintai keterangan lebih lanjut tentang kasus pembunuhan yang dia lakukan ke atas Ryan.
yang tadinya hidup Jisya tenang-tenang saja dan terasa damai, tiba-tiba berubah hanya sekelip.
bukan bintang tujuh,puyer 16,..
yg masuk akal dikit dong yg seperti kehidupan nyata gitu lho jadi malas bacanya