NovelToon NovelToon
Seikhlas Daun Yang Jatuh

Seikhlas Daun Yang Jatuh

Status: sedang berlangsung
Genre:Cintapertama / Keluarga
Popularitas:2.5k
Nilai: 5
Nama Author: latifahsv

Hari hari SMA, adalah hari yang menyenangkan, Namun tidak dengan seorang Adelia Fitriani, masa SMA nya harus terenggut, karena hutang hutang orang tuanya, dia harus putus sekolah, dan itu menjadi awal penderitaan untuknya, akankah dia mendapatkan titik kebahagiannya lagi.
Disamping kesedihannya, ada Mahatur, yang selalu memberinya dukungan, begitupun dengan Meidina, yang sudah ia angap sebagai kakak.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon latifahsv, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Tidak seburuk itu.

Setelah selesai menyuapi adiknya makan, dia mengajak Muni, bermain diruangan tersebut.

"De, tadi jangan keluar kata mama," ucap Lea, pada adiknya, yang hendak mengambil mainan.

"Iya ka, ga akan ko," ucap Muni, dia sudah paham, karena sejak tinggal disana dia selalu ditinggal ayah ibunya.

"Yaudah kamu maen aja sama mobil mobilan kamu," ucap Lea, sambil mengusap kepala adiknya.

"Iya ka, ga papa ko, kemaren kemaren juga muni ditinggal ga papa, soalnya nanti mama udah pulang jam 12 san," ucap Muni, sambil memainkan mobil mobilan nya.

"Wah, Muni hebat ya, walau ditinggalin mama bisa sendiri," ucap Lea, kagum pada adiknya sendiri.

"Kata mama, Muni kan udah umur 4 tahun, jadi Muni harus berani sendiri, nanti juga Muni kan bakalan sekolah, dan itu pasti sendiri jadi itung itung latihan," ucap Muni, dengan polosnya.

"Oh gitu, pinter banget sii kamu," ucap Lea, kagum akan adiknya, yang dipaksa dewasa.

"Tapi, kaka ko ga sekolah, sekarang ada disini jauh," ucap Muni, menatap Lea dengan lekat.

"Kaka, udah selesai sekolahnya," ucap Lea, yang kaget ditanya seperti itu oleh adiknya.

"Tapi kan, kaka kemaren baru masuk sekolah, ko cepet udah selesai aja," ucap Muni, masih penasaran.

"Pinter banget sii nanyanya, kalau udah besar, nanti kamu akan ngerti, kenapa kakak udah selesai sekolahnya," ucap Lea, mencoba menahan air mata yang akan jatuh.

"Kan Muni juga udah besar," ucap Muni, sambil berdiri dan memperlihatkan dia sudah tinggi.

"Iya, sudah besar, tapi kalau Muni sudah sebesar kakak, baru muni akan paham," ucap Lea, yang memperhatikan gerak gerik adiknya.

"Oh,tapi masih lama ya, jadi sebesar kakak," ucap Muni, sambil berpikir.

"Tentu saja, kita saja beda 11 tahun," ucap Lea, dengan senyumnya.

"Oh gitu ya, semoga Muni cepat besar, biar cepat mengerti," ucap Muni.

"Jangan cepat cepat tumbuh besar, bahkan kakak saja ingin kembali menjadi kecil," ucap Lea.

"Kenapa begitu ka," ucap Muni, menatap heran.

"Saat kecil, kamu hanya memikirkan bermain saja, sedangkan ketika sudah besar, banyak yang harus dipikirkan," ucap Lea, pada adiknya.

"Begitu ya, yasudah deh, lebih baik, Muni ga mau jadi besar, cepat cepat," ucap Muni, dengan tawanya.

"Ga papa ko, ikuti aja alurnya, menjadi besar," ucap Lea.

"Baiklah ka kalau begitu," ucap Muni, dia kembali memainkan mainannya.

Tuhan itu baik, sangat baik, ketika aku kehilangan harapan, ketika aku memutuskan untuk tak melanjutkan sekolah ku, tuhan menunjukan bahwa, ada beberapa orang yang begitu peduli akan aku, ada orang yang mendukungku, dengan keputusan ku, mereka sangat mengerti keadaanku, dan tidak meningalkan ku disaat susah.

Lea saat ini sedang saling berkirim pesan dengan Meidina, setelah membiarkan adiknya bermain mobil mobilan di depan nya.

^Sama sama, kenapa ga ngelanjutin sekolah, ayo cerita, ni aku baru pulang ujian.

^Mei, kamu tau kan, apa yang aku ceritain sebelum aku pergi, dan Mei, aku mikirin orang tua aku, kalau aku sekolah dan pulang kampung, kasian ibuku harus lebih keras lagi bekerjanya, lebih baik, aku bantu ibuku aja.

^Iya aku inget, kamu baik banget, mau bantu orang tua kamu Lea, Lea ga papa, kalau pun kamu harus putus sekolah, walau mungkin, dimata orang, putus sekolah itu sebuah hal yang buruk, tapi dimata Alloh, kamu adalah anak yang baik, kamu mampu berkorban, untuk kedua orang tuamu, kamu tidak membebani orang tuamu kamu hebat Lea.

^Terimakasih Mei, makasih juga kamu mau menghargai keputusan ku, kamu masih tetap mendukungku, dalam keadaan aku seperti ini.

^Tentu saja aku akan selalu ada, dan mendukungmu kok, Ga papa, kamu harus tegar, mungkin ini bagian dari baktimu, pada kedua orang tua mu.

^Aamiin, makasih ya Mei.

^Iya Lea, sekarang kamu lagi ngapain.

^Ini lagi jagain adek aku.

^Oh gitu ya, huh sekarang mah ga akan ada yang bisa aku cubit, kalau aku kesel.

^Ada Owen, kan sekarang.

^Ko dia si, dia kan bukan siapa siapa aku.

^Kan udah deket banget, sampai dikira pacaran, sama orang orang.

^Ga lah, yang ada kamu tuh, sama Artur.

^Ga, aku sama dia, cuman sebatas kaka kelas aja.

^Ya, kan, ga ada yang tau, nanti gimana.

^Aku jadi ngerasa takut, sekarang Mei.

^Takut kenapa?.

^Takut aja, kan sekarang lagi deket sama ka Artur, kalau tiba tiba dia menjauh, karena tau latar belakangku gimana?.

^Kalau orang itu tulus, dia ga akan menjauh ko, dan selagi kalau cuman sekedar temenan, yah pasti, suatu saat akan jadi renggang hubungan nya.

^Iya sii ya, lagian aku juga masih berteman, jadi ya ga papa juga, kalau nge jauh.

^Umur kita masih 15 tahun, udah jangan mikirin cinta dulu, urusan jodoh, ya liat nanti.

^Iya kamu bener, tapi kan kadang, nyesek aja udah deket, tapi malah ga jadi apa apa.

^Itu namanya bukan sekedar deket, tapi ada rasa suka juga.

^Haha iya kali ya.

^Udah lah, kamu sekarang fokus aja jalanani kehidupan kamu sekarang, tata dengan baik, nanti aku bisa belajar pengalaman hidup, dari kamu, yang udah lebih dulu ngerasain dunia yang sesungguhnya.

^Iya okay, siap, pasti nanti aku kasih tau, susahnya hidup.

^Yaudah, udah dulu ya, aku mau mandi.

^Iya Mei, makasih ya udah nasehatin aku.

^Iya siap, tetep saling kontekan ya, harus selalu berkabar.

^Iya Mei, pasti.

Lea, menatap hpnya sambil merenung.

"Aku tak sekolah, mungkin orang mengira aku kehilangan masa depan ku, yah, bahkan aku pun mengira hal yang sama, tapi yang sekolah saja, belum tentu masa depan nya sama, semua yang tau masa depan orang itu, hanya tuhan, baik dan buruknya masa depan kita, adalah menurut pandangan kita, bukan menurut orang lain. Benar kunci dalam hidup bahagia adalah syukur, aku harus bersyukur, karena mungkin lewat putusnya sekolahku, adalah salah satu cara Alloh untuk membukakan pintu surga, lewat orang tuaku, manusia sering kali menilai, apa yang orang lain dapat kan, lebih baik, sampai ia lupa yang ia miliki jauh lebih baik."

"Meidina benar, aku bisa melawati semua ini, apalagi niatku baik, tidak ingin menyusahkan ornag tua ku, dan aku akan membantu kedua orang tua ku. Benar, aku akan bertekad, mencari kerja setelah ini, karena ada beberapa perusahan yang menerima lulusan SMP, ya walau mungkin, sulit sekali, aku akan menghubungi bibiku," ucap Lea, dia lebih ceria, dan tenang sekarang.

Hingga dia tak sadar, sejak tadi ibunya sudah datang dan memperhatikan nya.

1
Savia Anjani
kisah yang sangat sedih, semoga Lea bahagia ya.
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!