Dia meninggal tapi menghantui istri ku.
Ku genggam tangan Dias yang terasa dingin dan Bergetar. Wajahnya pucat pasi dengan keringat membasahi anak rambut di wajahnya. Mulutnya terbuka menahan sakit yang luar biasa, sekalinya menarik nafas darah mengucur dari luka mengangga di bagian ulu hati.
"Bertahanlah Dias." ucapku.
Dia menggeleng, menarik nafas yang tersengal-sengal, lalu berkata dengan susah payah. "Eva."
Tubuhnya yang menegang kini melemas seiring dengan hembusan nafas terakhir.
Aku tercekat memandangi wajah sahabat ku dengan rasa yang berkecamuk hebat.
Mengapa Dias menyebut nama istriku diakhir nafasnya?
Apa hubungannya kematian Dias dengan istriku, Eva?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Dayang Rindu, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Merasa kenal Arya
Pagi itu, Eva baru saja keluar dari gubuk bambu dengan rasa penasaran sejak semalam. Mengamati sekitar yang tak pernah benar-benar terang, semakin di perhatikan semakin membuatnya bingung dan penasaran.
Teringat perempuan itu, dia melihat jejak kaki yang berputar mengelilingi gubuk bambu.
"Semalam, dia pergi lewat sini." Eva bergumam sendiri, menelusuri jejak perempuan aneh itu di bawah pohon besar. Namun beberapa langkah ke dalam dia di buat bingung.
"Jelas-jelas, semalam dia pulang ke arah sini!" gumam Eva lagi, jejak kaki searah itu bukanlah menuju hutan, tapi dari hutan ke gubuk, arahnya berkebalikan.
Rasa penasarannya terus saja membuat ia tak berhenti hingga masuk ke dalam hutan yang ternyata seperti jalan-jalan yang sering di lewati manusia. Bedanya hanya tanah basah karena tak pernah ada matahari.
Lalu terdengar langkah kaki kasar dari arah kiri. Eva memilih bersembunyi di balik pohon besar.
Seorang perempuan berambut panjang, memakai kain jarik cokelat sedang berjalan dengan pandangan lurus. Tingginya sekitar seratus centi meter, kira-kira hanya setinggi dada.
Eva semakin merapatkan tubuhnya di kayu besar itu, takut jika perempuan itu menoleh dan mengetahui keberadaannya.
Hingga sosok tersebut sudah melewati pohon tempat ia bersembunyi, Eva sedikit melongokkan kepalanya, menatap punggung perempuan itu lebih jelas. Dan alangkah terkejutnya ia melihat kaki perempuan itu terbalik.
"Kakinya?" Eva menutup mulutnya tak percaya.
Dengan tubuh gemetar ia memilih pergi. Namun naas kakinya tersandung akar kayu yang melintang.
Brugh!
"Aakhh.." Eva terjerembab hingga wajahnya menyentuh tanah lembab.
"Grrrhhhh..."
Sosok yang tadi di lihat sudah menjauh tiba-tiba sudah berada di hadapannya, menatap tajam Eva yang berusaha berdiri.
Eva beringsut mundur.
"Grrrrhhmmmmm... Grrrahhh!" Ia mengibaskan tangannya hingga kayu dan ranting yang berserakan di tanah lembab berhamburan.
perempuan itu adalah perempuan yang sama dengan semalam. Dia memperlihatkan gigi-gigi hitam yang mengerikan. Kukunya panjang tak terawat siap mencakar wajah Eva.
"Jangan! Tolong!" teriak Eva, menutupi wajahnya dengan lengan.
Brakk!
Suara sesuatu terbanting keras terdengar nyata, Eva juga merasa heran mengapa tak ada yang menyentuhnya.
Dan terkejut ketika membuka mata, perempuan aneh yang jahat itu sudah terkapar di tanah.
"Ayo pergi!" ajak seorang perempuan yang sama pendek, namun wajahnya berbeda, dia sudah lebih tua bahkan sudah seperti nenek-nenek.
"Bagaimana bisa kau sampai di sini?" omel perempuan itu membawa Eva berlari menjauh.
Wajahnya keriput, tapi tubuhnya mirip anak-anak. Dia membawa Eva menuju pinggiran sungai.
"Pergilah, tempatmu bukan di sini!" ucapnya.
"Pe...pergi?" eva bergidik ngeri melihat arus air yang berputar mengerikan, perempuan tua itu menunjuk ke sana.
"Ya!" jawab nenek-nenek tersebut.
"Kemana? Tunjukkan jalanya padaku." kata Eva dengan wajah memohon.
"Ke sini!" nenek-nenek tersebut menunjuk lagi arus air yang keruh dan deras.
Eva menggeleng tak percaya, dia berpikir perempuan itu adalah orang jahat.
"Istriku! Ayo pulang!"
Keduanya sontak menoleh kepada seseorang yang memanggil.
"Ar!" Eva bergumam.
"Sedang apa kau di sini? Aku mencarimu sejak tadi." kata Arya dingin. Wajahnya tampak tak suka melihat Eva berdiri di pinggiran sungai yang curam.
"Aku_ Aku sedang bicara dengan_"
Dan Eva kembali dibuat tercengang karena sosok nenek-nenek tadi sudah tak ada.
Ia menatap Arya dengan bingung, tapi untuk menanyakan dia merasa ragu.
"Ayo pulang, hari sudah malam." kata Arya, menarik pergelangan tangan Eva menuju pondok bambu reyot nya.
Kabut tebal masih menyelimuti hutan, entah hanya beberapa jam waktu siang hari, rasanya waktu berjalan begitu cepat. Entah mengapa semakin kesini dia semakin merasa banyak yang janggal. Bukan hanya perihal Arya yang keluar malam dan pulang di waktu pagi, tapi setiap malam perempuan aneh itu mendatangi gubuk, dan tadi terlihat ingin menghabisinya.
Lalu nenek-nenek tersebut? Eva semakin di buat bingung sendiri.
"Ar, aku ingin pulang." kata Eva.
Arya yang tadinya anteng, hanya fokus dengan alat berburunya tampak marah, lehernya berputar sembilan puluh derajat dengan cepat, menatap tajam Eva.
Eva terkejut melihat sorot mata Arya sama seperti perempuan aneh itu.
"Bersabarlah, tunggu sebentar lagi. Setelah kau benar-benar pulih." kata Arya datar.
Eva mengangguk kaku, tak mampu membantah kata-kata Arya. Takut sudah pasti karena perubahan Arya di malam ini.
"Tidurlah! Nanti aku akan mengantarkan mu pulang. Kita akan pulang bersama-sama." kata Arya lagi.
"Kau? Pulang bersama ku?" tanya Eva.
"Ya, aku akan selalu menjaga mu." Dia mendekat menatap wajah Eva lebih dekat.
Sejenak keduanya saling menatap, mengunci tatapan masing-masing. "Percayalah aku tidak akan menyakitimu."
Menyibak rambut Eva yang menjuntai di wajahnya, kemudian Arya beranjak membuka pintu.
"Ar! " Eva memanggilnya.
Pria yang sudah berdiri di luar itu menoleh. "Apakah kita pernah bertemu?" tanya Eva, merasa hal yang baru saja di lakukan Arya seperti tak asing.
Arya kembali menghadap ke pintu, memandangi Eva yang terus menatap dirinya penuh pertanyaan.
"Bisakah kau tetap di rumah, malam ini, Ar?" lirih Eva lagi, suaranya seperti terbawa angin sejuk menelusup di kesunyian malam.
Arya masih bungkam, namun tatapannya berubah sendu.
Krek
Eva menoleh, suara ranting patah itu membuatnya mengingat perempuan bergigi hitam itu.
"Ar! Aku takut." kata Eva lagi.
Tak menunggu kata berikutnya, Arya kembali masuk secepat kilat, membiarkan pintu tertutup sendiri dan mendorong Eva masuk ke dalam bilik peristirahatannya.
"Tidak ada yang perlu kau takutkan." katanya, meminta Eva duduk di ranjang.
"Tapi dia selalu datang Ar, dia bahkan ingin mencelakai ku."
Obor kecil yang ada di ruang depan memberi pencahayaan remang hingga ke dalam bilik. Wajah Arya terlihat tampan dengan senyum sendunya. "Dia tidak akan berani. Aku akan selalu melindungi mu." kata Arya.
*
*
*
Sementara itu, Kiyai Rasyid dan Seno memutuskan langsung menelusuri sungai dan hutan melakukan jalur kiri yang tidak terlalu terjal, banyak perkebunan dan pemukiman. Keduanya membawa bekal dan persiapan makan lebih banyak kali ini.
"Kita harus cepat!" kata Kiyai Rasyid.
Seno yang mengekor kiyai Rasyid menatap punggung laki-laki bersorban itu. Sejak tadi memang sudah merasa gelisah, tapi kini jadi semakin khawatir mendengar kata-kata Kiyai Rasyid.
"Banyak berdoa, zikir dan bulatkan niatmu. Jangan pedulikan apapun." kata kiyai lagi.
"Baik Kiyai." Seno mengangguk, tak lagi menatap kiri kanan jalan mereka yang penuh dengan penampakan makhluk halus.
Keduanya tak banyak bersuara, hanya berdoa dan terus berdoa memohon keselamatan diri mereka dan juga untuk Eva. Hingga perjalanan mereka mendapati tebing yang buntu.
Di bawah mereka hanya ada jurang.
"Kita putar arah, sepertinya harus lewat arah lain agar bisa menjangkau muara sungai ini." kata Kiyai.
Mereka naik ke atas, memilih mencari perkampungan dan juga kendaraan, berharap tiba di tempat yang mereka tuju tepat waktu.
"Istriku dalam bahaya?" tanya Seno, membuat pria yang tak lagi muda itu menolehnya, namun hanya membalas ucapan Seno dengan senyuman tipis.
"Bersabarlah Nak!"
Yg diacak acak rumh ..yg berantakan hati...gini amat yak jd dewasa...punya banyak kartu ATM tp gak ada saldonya,malam susah tidur ,pagi susah bngun /Facepalm//Facepalm/
/Joyful//Joyful//Joyful//Joyful/
nanti bosa sah negara
masa iya mati berjamaah kan g lucu lah pemeran utama kok mati nya berjamaah
ayo lah arya kasih balik lah si eva jgn oula kau tahan di alam mu kasihan klo di hati mu aq pun ogah kau kan jin.. wkwkwkwkkkk🤣🤣🤣🤣🤣🏃♀️
tp siapa n3nek itu yahhh mau nolong eva
wuihhh keren deh petualangan nua masuk demensi lain