Boy Alexander, pria berusia 28 tahun itu adalah seorang asisten yang sudah mendedikasikan hidupnya untuk mengabdi kepada keluarga Keano. Selain itu, dia juga adalah pemimpin tim keamanan dari semua pengawal di keluarga Keano.
Sebelum diadopsi, dia tinggal di panti asuhan, sehingga dia tidak tahu siapa orang tuanya dan dia tidak tahu tentang jati diri dia yang sebenarnya.
Sebuah kesalahpahaman membuat dia harus menikah dengan sang nona muda, membuat Boy dipandang rendah oleh mertuanya, mengingat status Boy hanyalah seorang asisten.
Siapa sangka ternyata Boy adalah seorang pewaris yang berasal dari keluarga terpandang. Ketika Boy baru saja dilahirkan, ayahnya sudah tiada. Boy telah dibuang oleh kakeknya ke panti asuhan karena tidak ingin memiliki cucu yang berasal dari darah orang miskin.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon DF_14, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 22
Jasmine dan Tuan Alam telah tiba di mansion. Tuan Alam nampak mengerutkan keningnya ketika dia melihat Jasmine yang terlihat sedang mencari sesuatu, sampai wanita itu mengeluarkan semua barang yang ada di dalam tasnya di atas meja.
"Kamu sedang mencari apa, Jasmine?" tanya Tuan Alam kepada putrinya.
"Sapu tangan ku hilang, ayah." jawab Jasmine dengan perasaan gelisah.
Tuan Alam pun menghela nafas dengan berat. "Nanti ayah akan membelikan kamu sapu tangan yang banyak."
Jasmine menggelengkan kepalanya, "Gak, ayah. Sapu tangan itu sangat berarti untuk aku. Hanya itu satu-satunya barang yang aku punya dari Adnan."
Sapu tangan tersebut adalah kado ulang tahun dari Adnan. Saat itu Adnan sama sekali tidak memiliki uang untuk memberikan hadiah ulang tahun untuk Jasmine, sehingga dia membuatkan sapu tangan untuk Jasmine dengan menuliskan inisial nama mereka berdua. J&A.
"Aku minta maaf jika aku hanya bisa memberikan sapu tangan ini sebagai kado ulang tahun untukmu. Aku tahu mungkin aku tidak akan bisa selalu berada di sisimu. Mungkin saja suatu saat nanti Tuhan akan memanggil aku. Tapi aku sangat berharap aku akan selalu ada untuk menghapus air matamu ketika kamu sedang menangis dan bersedih."
Kata-kata itu masih terngiang-ngiang di telinga Jasmine ketika Adnan memberikan sebuah sapu tangan berwarna biru untuknya. Karena itulah sampai kini Jasmine masih menyimpan sapu tangan tersebut, tidak akan pernah membuangnya.
Pantas saja jika saat ini Jasmine terlihat sangat panik sekali ketika dia baru menyadari bahwa dia telah kehilangan sapu tangan tersebut. Sebuah benda yang memiliki banyak kenangan antara dirinya dengan pria itu.
"Adnan terus yang kamu pikirkan! Apa kamu lupa saat ini kamu sudah menikah dengan Wilson?" Tuan Alam berkata dengan nada tinggi.
Jasmine menatap ayahnya dengan penuh rasa kecewa. "Sepertinya ayah lupa, aku menikah dengan Wilson karena dipaksa oleh ayah. Selama ini ayah tidak pernah memikirkan kebahagiaan aku. Ayah tidak tahu kan sampai saat ini hatiku masih terasa hancur setelah kehilangan Marshel? Aku sudah mengandungnya selama 9 bulan, tapi aku tidak diberikan kesempatan untuk melihatnya sebentar saja. Aku hanya bisa memandangi kuburannya."
Jasmine berkata sambil menghapus bulir-bulir air matanya, meski jejak basah masih terlihat jelas di pipinya.
Tuan Alam pun terdiam. Dia merasa seakan-akan dia telah menjadi ayah yang jahat untuk Jasmine. Rupanya selama ini Jasmine tidak pernah bahagia dengan pernikahannya bersama dengan Wilson.
Dan yang semakin membuat Tuan Alam sangat merasa bersalah kepada Jasmine adalah ketika dia mengingat kesalahan terbesarnya yang telah dia lakukan. Dia telah tega membuang Marshel, seorang bayi yang baru saja dilahirkan oleh putrinya.
Tuan Alam pun segera pergi meninggalkan Jasmine yang sedang menangis. Begitu sampai di ruang kerja, Tuan Alam segera menelpon Asisten Rozi.
"Bagaimana? Apa kamu sudah menemukan pengurus panti yang dulu?" tanya Tuan Alam kepada asisten kepercayaan itu.
"Belum, Tuan. Saya pasti akan berusaha untuk menemukannya." jawab Asisten Rozi. Kemudian pria itu segera memandangi Wilson yang sedang duduk disampingnya.
"Oke. Aku harap kamu secepatnya menemukan dia!" Tuan Alam berkata dengan nada tegas.
"Baik, Tuan."
Klik!
Setelah selesai berteleponan dengan Asisten Rozi, Tuan Alam pun mendengus dengan kesal. Mengapa asistennya sangat lamban sekali menemukan keberadaan para pengurus panti asuhan Keano Bakti yang dulu. Dia sangat yakin pasti pengurus panti asuhan yang dulu tahu siapa orang sudah mengadopsi Marshel.
Sedangkan di kantor utama Alexander Group, terlihat Wilson yang tertawa puas setelah mendengar percakapan Asisten Rozi dengan Tuan Alam.
"Hahaha... Si tua bangka itu terlalu bodoh. Sebelum dia menemukan keberadaan Marshel. Aku dulu yang akan menemukannya. Akan aku pastikan cucu kandungnya itu tidak ada lagi di dunia ini."
Asisten Rozi hanya diam. Dia tidak memiliki pilihan lain selain berpihak kepada Wilson. Jika dia berani mengkhianati Wilson, Wilson pasti akan melenyapkannya.
semoga itu boy bukan si asisten Rozi 😬😬
Alexa cuma cocoknya sama Boy😘😁