Pernikahan yang sudah didepan mata harus batal sepihak karena calon suaminya ternyata sudah menghamili wanita lain, yang merupakan adiknya sendiri, Fauzana harus hidup dalam kesedihan setelah pengkhianatan Erik.
Berharap dukungan keluarga, Fauzana seolah tidak dipedulikan, semua hanya memperdulikan adiknya yang sudah merusak pesta pernikahannya, Apakah yang akan Fauzana lakukan setelah kejadian ini?
Akankah dia bisa kuat menerima takdirnya?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon mama reni, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab Dua Puluh Sembilan
Jenazah ayah terbaring di tengah ruang tamu. Ana masih terus menangis. Chelsea yang selalu berada di samping gadis itu selalu menghapus air matanya. Sambil sesekali mencium pipinya.
Banyak tetangga memandangi gadis itu. Mungkin dalam hati mereka bertanya, siapa gadis cilik yang nempel dengannya. Sementara itu Rakha dan Kevin duduk di halaman rumah Ana di bawah tenda sederhana.
Dengan berjalan perlahan Ayu mendekati dua pria itu. Dia membawa baki berisi dua gelas teh hangat dan kue.
"Silakan minum, Mas. Pasti capek perjalanan menuju ke sini," ucap Ayu dengan centilnya.
Rakha tak menanggapi ucapan Ayu, justru membuang muka. Hanya Kevin yang mencoba tersenyum.
"Terima kasih," ucap Kevin.
"Apakah Mas tak ingin masuk?" tanya Ayu. Kevin menjawab dengan gelengan kepala.
Saat ini jenasah sedang di mandikan. Setelah itu kembali di bawa ke ruang tamu. Saat kain kafan akan ditutup, Ana mendekati jenazah. Dia meninggalkan Chelsea sebentar. Untung bocah itu mau di tinggal.
"Ayah, ini terakhir kali aku melihat wajahmu. Sekali lagi, sampaikan pesanku untuk ibu. Katakan padanya aku sangat merindukannya. Semoga ayah dan ibu bahagia di sana.Tunggu aku di surga," ucap Ana dengan air mata yang berderai.
Ayu yang melihat Chelsea duduk sendirian sambil bermain tablet. Dia tak menyadari didekati wanita itu.
"Lagi bermain apa, Cantik?" tanya Ayu dengan ramahnya.
Chelsea mengangkat wajahnya dan menatap Ayu dengan sorot mata tajam. Dia langsung berdiri. Melihat itu, Ayu jadi heran.
"Mau kemana, Cantik?" tanya Ayu lagi.
"Aku mau tempat mami," jawab Chelsea dengan suara yang cukup keras. Hal itu dapat di dengar semua tetangga yang berada di ruangan itu.
Mereka langsung saling berbisik. Membicarakan apa yang ada dalam pikirannya. Ayu menatap dengan sorot mata tajam.
"Mami ...," teriak Chelsea. Dia lalu berjalan tergesa mendekati Ana. Gadis cilik itu langsung memeluknya.
Ana lalu melepaskan pelukannya pada jenazah sang ayah. Mereka lalu menutupi wajah jenazah dan juga mengikat kain kafan. Ibu terlihat sedikit bersedih, entah karena kehilangan ayah atau karena memikirkan tak ada lagi yang menafkahi.
Ayu duduk sambil misuh-misuh. Tetangga yang berada di sampingnya merasa ada kesempatan langsung bertanya tentang Ana.
"Apa Ana sudah menikah?" tanya salah seorang ibu-ibu dengan suara pelan nyaris berbisik.
"Mungkin sudah. Itu anak sambungnya!" jawab Ayu dengan sedikit sinis karena cemburu.
"Jadi dia menikah dengan duda?" tanya Ibu yang satu lagi.
"Dia itu pelakor. Menikahi suami orang. Sengaja mendekati anak kecil itu. Merayu biar suka dengannya dan menghasut agar membenci ibu kandungnya!" jawab Ayu dengan entengnya.
Dia sengaja memfitnah Ana agar namanya juga buruk. Setahun ini dirinya yang jadi bahan omongan karena merebut calon suami kakaknya.
Kedua orang itu jadi berbisik-bisik menggosipkan Ana. Ayu merasa senang karena akhirnya dapat membalas sakit hatinya yang telah di ejek orang sekampung karena menikahi calon kakak ipar.
Setelah jenazah di kafani dan di salatkan mereka langsung menuju tempat pemakaman umum. Ana meminta ayahnya menempati liang lahat yang sama dengan sang ibu.
Saat jenazah ayah diturunkan, tubuh Ana makin terasa lemah karena menyadari kalau ini terakhir kali dia melihat jasad ayahnya. Rasanya sangat sedih.
Ana tak dapat menahan bobot tubuhnya saat melihat jenazah ayah mulai ditutupi tanah.
"Ayah, kenapa aku di tinggalkan. Aku belum sempat berbakti padamu. Ayah, maafkan anakmu ini," ucap Ana sebelum akhirnya pingsan.
Beruntung Kevin yang berada di sampingnya cepat menangkap. Rakha yang tak mau Ana di peluk Kevin, lalu mengambil alih menggendong Ana. Dia meminta Kevin untuk menggendong Chelsea, putrinya.
Rakha menjadi pusat perhatian warga setempat karena memang penampilannya berbeda dari penduduk setempat, tapi dia pura-pura tak melihat.
Ana lalu di bawa ke hotel tempat atasannya itu menginap. Sampai di hotel, dia langsung dibaringkan di atas tempat tidur. Chelsea menemani wanita itu.
Satu jam lamanya Ana pingsan. Dia mulai membuka matanya. Gadis itu heran melihat dia telah berada di sebuah kamar. Dan di sebelahnya ada malaikat kecil yang telah menghiburnya.
Ana akhirnya tersenyum melihat pemandangan itu, dimana sang bocah tidur terlelap dengan memeluknya. Gadis itu lalu mengecup pipi chubby nya.
Saat Ana sedang mengecup pipi si kecil, pintu kamar terbuka, memperlihatkan Rakha yang telah berpakaian rapi.
"Ana, aku telah pesan makanan buat tahlilan nanti malam. Sekarang kamu sebaiknya mandi dan berganti pakaian," ucap Rakha.
***
Setelah Ana mandi dan berpakaian rapi, dia lalu membangunkan dan memandikan Chelsea. Rakha dalam diam memperhatikan semua.
"Sepertinya Ana begitu menyayangi Chelsea. Begitu juga dengan putriku, begitu menyayanginya," gumam Rakha melihat keakraban keduanya.
Malam ini, suasana di rumah Ana sangatlah hening. Cahaya remang-remang dari lampu, yang terletak di sudut ruangan, menyinari wajah-wajah yang sedang berkumpul di sekitarnya. Ana duduk di tengah-tengah ruangan, sambil menghadap datar ke hadapan, dengan Chelsea berada dalam pangkuannya.
Di sisi Ana, Rakha, sang atasan, duduk dengan tenang. Gadis itu menyandarkan dirinya di dinding rumah dan merapal doa sambil menutup matanya. Ana tadi
Ana telah mengundang seluruh tetangga mereka untuk tahlilan di rumah mereka dan sudah menyiapkan makanan begitu banyak buat para tetangga.
Sembari menatap kepada para tetangganya yang terlihat terharu dengan keramahtamahan yang ditunjukkan Rakha, Ana berusaha tetap tenang. Dalam hati, Ana berdoa semoga Allah menjaga dan memberkati setiap langkah yang mereka lakukan untuk mengadakan acara ini.
Sementara itu, tanpa Ana duga, Rakha memutuskan untuk memimpin zikir bersama dengan para tetangga. Suara lantang Rakha menggema di seluruh ruangan, menggetarkan hati setiap orang yang hadir. Doa-doa bagi almarhum pun terdengar begitu khusyuk. Ana mengaminkan doa-doanya dalam diam, sambil menyeka air matanya yang tidak kunjung berhenti mengalir.
Erik dan Ayu hanya bisa memandangi semuanya. Dalam hatinya sangat iri melihat keberuntungan Ana.
"Kenapa dia begitu beruntungnya. Mendapatkan pria tampan dan mapan," gumam Ayu dalam hatinya.
Setelah zikir selesai, Ana mulai memberikan makanan untuk tetangga yang menjadi tamu spesial di rumah mereka. Ana dengan senyum ramah me
Saat malam semakin larut, para tetangga mulai berpamitan satu per satu. Di bibir mereka terukir senyuman bahagia dan di hati mereka terpancarkan rasa syukur. Mereka berhasil merasakan cinta dan perhatian yang tulus dari Ana dan Rakha. Acara tahlilan ini bukan hanya mengingatkan tentang perjalanan seseorang yang berpulang, namun juga menguatkan tali silaturahmi antara tetangga yang hidup bersama.
Setelah para tetangga pulang, ibu Rida mendekati Ana dan Rakha yang duduk berdampingan.
"Nak Rakha, apakah kamu mau menginap di sini?" tanya Ibu Rida. Dia berharap pria itu mau menginap, karena dia ingin buatkan sarapan yang lezat untuk menarik perhatian pria itu.
"Aku menginap di hotel saja dengan Ana dan putriku," jawab Rakha.
"Jadi benar kamu dan Ana telah menikah?" tanya Ibu Rida sangat penasaran.
Kawin..... kawin.... kawin.... kawin...