NovelToon NovelToon
Janji CINTA

Janji CINTA

Status: sedang berlangsung
Genre:Percintaan Konglomerat / Menikah Karena Anak
Popularitas:64.9k
Nilai: 5
Nama Author: syitahfadilah

Memiliki anak tanpa suami membuat nama Cinta tercoret dari hak waris. Saudara tirinya lah yang menggantikan dirinya mengelola perusahaan sang papa. Namun, cinta tidak peduli. Ia beralih menjadi seorang barista demi memenuhi kebutuhan Laura, putri kecilnya.

"Menikahlah denganku. Aku pastikan tidak akan ada lagi yang berani menyebut Laura anak haram." ~ Stev.

Yang tidak diketahui Cinta. Stev adalah seorang Direktur Utama di sebuah perusahaan besar yang menyamar menjadi barista demi mendekatinya.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon syitahfadilah, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

BAB 14~ PERMAINAN SEGERA DIMULAI

"Selamat datang di rumah kami. Senang sekali Pak Azka dan Bu Kinan sudi menerima undangan makan malam dari kami," ucap papa Haris tersenyum ramah.

"Terima kasih, kami juga merasa senang dan merasa sangat terhormat mendapati undangan makan malam ini," balas papa Azka seraya menyambut uluran tangan pak Haris, lalu mengatupkan kedua tangannya di depan dada sebagai salam untuk bu Ratih.

Hal yang sama pun dilakukan mama Kinan terhadap pak Haris. Sementara mama Ratih tanpa canggung langsung memeluk mama Kinan sambil cipika cipiki.

"Oh ya, Vano kenapa tidak turun dari mobil?" tanya mama Ratih kemudian setelah mengurai pelukannya.

"Maaf, anak kami tidak bisa datang malam ini. Kebetulan ada urusan penting yang tidak bisa ditunda. Tapi lain kali pasti akan datang," jawab papa Azka.

Mama ratih melirik suaminya, tampak sekali gurat kecewa di wajahnya.

"Ah, gak apa-apa, Pak Azka." Papa Haris tersenyum. "Mari masuk," ajaknya.

Mama Kinan tersenyum dan mengangguk, kemudian merangkul lengan suaminya. Mengikuti langkah pak Haris dan bu Ratih masuk ke rumah yang menuntun mereka langsung ke ruang makan.

"Ma, panggil Indri," bisik papa Haris pada istrinya.

"Iya, Pa." Mama Ratih pun berpamitan sebentar pada mama Kinan dan papa Azka, kemudian segera menuju kamar Indri. Putrinya itu baru selesai berganti pakaian dan membenahi penampilannya saat ia masuk.

"Indri cepat, orangtuanya Vano sudah datang."

Indri berbalik menatap mamanya dan tersenyum lebar. "Aku sudah selesai, Ma. Ayo kita temui mereka sekarang," ajaknya begitu antusias.

"Tapi Ndr, Vano gak datang. Katanya ada urusan penting yang gak bisa ditinggal."

Senyum Indri perlahan pudar, jelas saja ia kecewa Vano tidak datang. Ia sudah berdandan secantik mungkin untuk pria itu. ''Tapi, gak apa-apa. Kata orang kan, sebelum mendekati anaknya, dekati dulu orangtuanya," gumamnya dalam hati.

Indri pun segera mengajak sang mama keluar kamar. Begitu tiba di ruang tamu, ia tersenyum ramah pada kedua orang tua Vano kemudian mencium punggung tangannya bergantian.

"Ini anak kami Indri. Pasti Vano sudah pernah cerita, kan?" ucap mama Ratih.

Papa Azka mengangguk. "Iya, Vano sudah cerita tentang Indri. Dan saya kagum dengan kinerjanya."

"Terima kasih, Om," ucap Indri, senang mendengar pujian itu.

"Cantik, Pa. Tapi ... Mama sedikit kurang suka sama penampilannya," bisik mama Kinan pada suaminya. Ia menilai cara berpakaian Indri sedikit terbuka. Hal yang sangat ia larang keras terhadap Vani, putri satu-satunya. Setidaknya jika tidak berhijab, jangan terlalu memamerkan bentuk tubuh.

Papa Azka hanya menanggapi bisikan istrinya dengan senyuman sambil mengusap punggung tangannya.

"Oh ya, dimana anak Pak Haris yang satunya?" tanya papa Azka, tadi ia melihat foto keluarga saat melintas ruang tengah. Di dalam foto itu Indri berdiri di sisi bu Ratih, dan seorang wanita seusia Indri berdiri di sisi pak Haris yang sudah pasti adalah Cinta.

Mama Ratih melirik suaminya, memberi kode dengan gelengan pelan sebagai isyarat biar dia saja yang menjawab.

"Ah iya, Indri punya Kakak, namanya Cinta. Tapi dia lagi gak bisa ikut gabung makan malam bersama kita. Anaknya lagi kurang sehat dan baru pulang dari rumah sakit tadi siang," ucap mama Ratih.

"Oh begitu. Lalu, suaminya kemana, kenapa gak kelihatan?" Kali ini mama Kinan yang bertanya.

Papa Haris menundukkan pandangan, membiarkan istrinya yang menjawab.

"Cinta memiliki nasib yang kurang beruntung. Dia ditinggal suaminya dan gak tahu kemana. Kasihan, padahal anaknya masih kecil." Mama Ratih memasang ekspresi sedih yang membuat mama Kinan merasa bersalah telah menanyakan hal tersebut.

"Saya turut prihatin. Dan maaf, saya gak bermaksud untuk membuat Bu Ratih jadi sedih."

"Gak apa-apa, Bu. Saya memang suka sedih kalau ingat nasibnya Cinta. Walaupun dia itu bukan anak kandung saya, tapi saya sangat menyayangi dia sama seperti Indri. Saya yang merawatnya sejak usianya 12 tahun, dan sudah saya anggap seperti anak kandung sendiri."

Indri langsung mengangguk membenarkan ucapan mamanya. Sedangkan papa Haris memilih diam membiarkan istrinya yang berbicara.

"Mulia sekali hati Bu Ratih. Jarang sekali ada Ibu sambung yang bisa menyayangi anak sambungnya dengan begitu tulusnya," puji mama Kinan.

"Terima kasih atas pujiannya, Bu Kinan."

Papa Azka tampak mecebikkan bibirnya mendengar setiap kata yang terlontar dari bibir bu Ratih yang terdengar memuakan di telinganya.

Makan malam berlangsung dengan khidmat. Setelahnya mereka berpindah ruang tengah dan melanjutkan obrolan. Dimulai dengan basa-basi tentang kerjasama antara dua perusahaan. Lalu, pembicaraan mulai masuk ke inti dari tujuan undangan makan malam tersebut.

"Kita sudah sama-sama mendengar bagaimana hubungan kerjasama antar perusahaan kita yang masing-masing dipimpin oleh anak-anak kita. Jadi begini, Pak Azka. Jika tidak keberatan, saya ingin menjalin hubungan yang lebih erat lagi selain hanya hubungan kerjasama perusahaan."

Papa Azka tersenyum dan mengangguk mendengar ucapan pak Haris. "Kalau saya sendiri, sebenarnya tertarik dengan salah satu anak Pak Haris untuk dijadikan menantu," ucapnya sengaja tidak menyebutkan nama.

Indri seketika mengembangkan senyum sebab yakin dirinyalah yang dimaksud. Tidak mungkin Cinta yang sudah memiliki anak. Keluarga terpandang seperti keluarga Vano tidak akan mau mempunyai menantu yang bukan lagi seorang gadis.

"Kalau begitu cocok, kebetulan Indri juga tidak sedang dekat dengan laki-laki manapun. Jadi kita tidak perlu menunda-nunda hal yang baik ini," ucap mama Ratih begitu antusias.

"Pasti, tapi saya perlu membahas lagi mengenai hal ini pada anak saya," kata papa Azka.

"Baik, Pak Azka. Kami bisa menunggu." Mama Ratih tersenyum, ia melirik Indri yang tampak tersipu malu.

"Oh ya, sebelum pulang, kami ingin bertemu dengan Cinta dan anaknya. Apa boleh?" tanya papa Azka.

Papa Haris langsung melirik istrinya yang tampak keberatan, tapi ia tidak mungkin tidak mengizinkan pak Azka dan bu Kinan untuk bertemu Cinta dan Laura. Mereka akan berpikir yang tidak-tidak jika ia melarang.

"Tentu saja boleh, Pak Azka. Mari, saya antar ke kamarnya." Papa Haris pun bwrbwnak dari tempat duduknya. Pun dengan papa Azka dan mama Kinan dan langsung mengikuti langkah pak Haris.

"Ma, Papa kenapa sih membiarkan orang tuanya Vano ketemu Cinta!"

"Udah, biarin aja. Mereka cuma mau silahturahmi aja, gak mungkin bakal tertarik sama Cinta yang sudah punya anak. Keluarga Vano gak akan mau punya menantu seperti Cinta."

Ucapan sang mama mampu membuat Indri sedikit lebih tenang.

Sementara itu, Cinta yang sedang duduk melamun di samping Laura yang telah tidur. Tersentak kaget ketika mendengar ketukan di balik pintu kamarnya ya disusul oleh suara sang papa memanggilnya. Ia pun menajamkan pendengarannya, memastikan ia tidak salah dengar. Sebab sejak kehadiran Laura, papanya tidak pernah lagi mendatangi kamarnya.

"Cinta, apa kamu sudah tidur? Ada yang ingin bertemu kamu." Papa Haris kembali mengetuk.

"Sudah, Pak. Sepertinya dia sudah tidur," ucap papa Azka. Sepertinya malam ini ia belum bisa mempertemukan istrinya dengan Cinta. Padahal, itu tujuan awalnya datang.

"Sepertinya begitu, Pak Azka. Beberapa hari ini dia memang terlihat cukup lelah merawat anaknya yang sedang sakit," kata papa Haris.

"Baiklah, kami bisa bertemu Cinta lain kali. Kalau begitu, kami pamit pulang dulu."

"Mari, saya antar ke depan."

Mereka hendak berbalik pergi ketika pintu kamar Cinta tiba-tiba terbuka. Mama Kinan seketika terpaku pada sosok wanita yang berdiri di ambang pintu. Selain cantik, pembawaannya juga terlihat lemah lembut. Ia bisa melihat itu dari aura wajah dan sorot matanya.

"Papa kira kamu sudah tidur. Ini, ada Om Azka dan Tante Kinan mau bertemu kamu dan Laura," kata papa Haris.

Cinta pun tersenyum ramah pada sepasang suami istri itu. "Selamat malam Om, Tante," sapanya. Jadi, ini tamu spesial untuk dimaksud Indri tadi. Mungkinkah orang tua dari laki-laki yang hendak meminang Indri, batinnya.

"Katanya anakmu sedang sakit, bagaimana keadaannya sekarang?" tanya mama Kinan.

"Alhamdulillah sudah membaik, Tante," jawab Cinta.

"Boleh kami lihat sebentar?"

"Boleh, Tante. Silahkan." Cinta pun membuka lebar pintu kamarnya, kemudian mempersilahkan mama Kinan dan papa Azka untuk masuk. Sebelum menyusul masuk, ia melirik sekilas papanya yang hanya berdiri di luar. Setidak sudi itukah papanya untuk sekedar melihat Laura.

"Perempuan rupanya. Duh, gemes banget, Pa. Sayang lagi tidur, coba enggak pengen cubit pipinya." Saking gemasnya, mama Kinan sampai tak sadar mencubit lengan suaminya.

"Mama!" Papa Azka meringis, membuat Cinta menutup bibirnya rapat menahan tawa.

"Maaf, Pa. Habisnya gemes banget." Mama Kinan mengusap lengan suaminya. Ia pun beralih menatap Cinta. "Oh ya, tadi Mama kamu sedikit cerita tentang kamu. Kamu yang sabar ya, laki-laki seperti itu gak usah dipikirkan lagi. Lebih baik cari yang lain yang lebih bertanggung jawab."

Cinta mengerutkan keningnya. Sepertinya mama Ratih mengarang cerita tentangnya. "Iya, Tante. Terima kasih atas empatinya."

.

.

.

"Bagaimana menurut Mama tentang kedua anak Pak Haris tadi?" tanya papa Azka. Saat ini mereka sedang dalam perjalanan pulang.

"Kalau si Indri cantik, sih. Tapi jujur, Mama kurang suka cara berpakaiannya, agak terbuka gitu. Beda dengan Cinta, selain cantik auranya juga kalem banget. Adem gitu ngelihatin nya. Tapi sudahlah, Mama tetap harus terima Indri karena itu yang sudah menjadi pilihan Vano. Walaupun sebenarnya Mama lebih suka sama Cinta, tapi Vano juga gak mungkin mau sama perempuan yang sudah punya anak."

Papa Azka tersenyum mendengar ucapan istrinya. Meski mama Kinan belum tahu kebenaran tentang Cinta, tapi ia merasa lega sebab sang istri lebih condong pada Cinta daripada Indri. Sekarang ia hanya berharap, semoga istrinya tidak akan syok berat setelah mengetahui kebenarannya.

Setibanya di rumah, mama Kinan langsung menuju kamar untuk membersihkan diri. Sementara papa Azka memilih menemui putranya terlebih dahulu untuk menceritakan pembicaraan mereka di rumah pak Haris tadi. Yang mana, pak Haris mengira yang ia maksud lebih tertarik untuk dijadikan menantu adalah Indri.

"Permainan segera dimulai. Lihat saja, Indri. Sekarang bukan aku yang akan mempermalukan kamu, tapi kamu yang akan mempermalukan dirimu sendiri." Vano menarik sudut bibirnya membentuk seringai tipis.

1
Uthie
Wadduuhhhh.... semoga Vano gak mengulang hal sama si Indri iblis itu 😡
🌷💚SITI.R💚🌷
klu vano smp trjebak dan tidur sm inidri sy ga nerusin bacay thoor ga tega sm cunta..
🌷💚SITI.R💚🌷
jangan smp ya thoor vano trjebak sm indri
Mom Ilham
males ih kejebak kok 2x
emma
awas ya thor klo sampe vano sm indri
Heri Wibowo
semoga Fano segera menyadari kalau perempuan itu bukan cinta.
Ibu Khaisah
jangan sampe Vano terjebak sama Indri Thor
Giandra
waw bakal bikin dendeng loundry ni.ayo Thor Kenapa pemeran orang ' kaya tapi otaknya dibikin pendek
LISA
Vano percaya aj sama pesan yg msk ke hpnya pdhl itu dr si Indri yg jahat..moga aj rencananya Indri gagal..Vano segera sadar klo perempuan yg di kamar itu bkn Cinta..
Rian Moontero
yaach masak vano mau ngelakuin kesalahan sprti dulu🤔kasihan cintaa😫😪
Haikal syahputra haykal
rencana Indri bner2 joos, dri sekian org yg pinter gk ada yg ngecek CCTV. bnr2 mantep rencana Indri gk ada tau musuhny pinter ny mnt ampun.. semuany pe ak.. aplgi vano hrs ny jngn buru2 nyamperin cinta bodo
LANY SUSANA: betul ni wah kl Vano sampe ena ena dgn Indri pasti ni Cinta pergi
LANY SUSANA: waduh jangan sampe Vano kuda2 an dgn Indri ya
duh bahaya ni kl sampe Vano unboxing Indri, pasti Cinta minta pisah/Cry//Cry//Cry/
total 2 replies
Anonymous
bodoh ko dipiara sich
LISA
Pasti tuh kelakuannya si jahat Indri biarkan kebenaran yg terungkap
kaylla salsabella
ealah Vano ...Vano
Sukemi Nak Murtukiyo
aduh kasian cinta,,,,
Haikal syahputra haykal
goblokkk semuanya.. kena km sama jebakan Indri vano.. gk bisa kebayang deh setelah ini.. blm mlm pertama sm cinta udah di duluin sm Indri.. jgn smpe deh thor buat rencana Indri gagal
Yayang Coedil: duhhh KLO sampe terjadiiiiiii nyesekkkk akuuuu
total 1 replies
Cookies
baru jg happy thor, kasian cinta thor
Puji Ustariana
ternyata vano yang di jebak 🤭🤭
Puji Ustariana
apakah dugaan akuh benar ? hmm seperti apa kejadian yg sesungguhnya ? apakah cinta di jebak atokah vano yg di jebak jd penisirin
Aan Putra Ranto
jangan ya tor...
Aan Putra Ranto: pasti kepikiran...besok pagi pas uda bangun pasti langsung cek
Nurlinda: 🙈🙈🙈bobok yuk udah malam. 🥱🥱🥱
total 2 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!