NovelToon NovelToon
Janji CINTA

Janji CINTA

Status: tamat
Genre:Percintaan Konglomerat / Menikah Karena Anak / Menyembunyikan Identitas / Tamat
Popularitas:1.8M
Nilai: 4.9
Nama Author: syitahfadilah

Memiliki anak tanpa suami membuat nama Cinta tercoret dari hak waris. Saudara tirinya lah yang menggantikan dirinya mengelola perusahaan sang papa. Namun, cinta tidak peduli. Ia beralih menjadi seorang barista demi memenuhi kebutuhan Laura, putri kecilnya.

"Menikahlah denganku. Aku pastikan tidak akan ada lagi yang berani menyebut Laura anak haram." ~ Stev.

Yang tidak diketahui Cinta. Stev adalah seorang Direktur Utama di sebuah perusahaan besar yang menyamar menjadi barista demi mendekatinya.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon syitahfadilah, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

BAB 14~ PERMAINAN SEGERA DIMULAI

"Selamat datang di rumah kami. Senang sekali Pak Azka dan Bu Kinan sudi menerima undangan makan malam dari kami," ucap papa Haris tersenyum ramah.

"Terima kasih, kami juga merasa senang dan merasa sangat terhormat mendapati undangan makan malam ini," balas papa Azka seraya menyambut uluran tangan pak Haris, lalu mengatupkan kedua tangannya di depan dada sebagai salam untuk bu Ratih.

Hal yang sama pun dilakukan mama Kinan terhadap pak Haris. Sementara mama Ratih tanpa canggung langsung memeluk mama Kinan sambil cipika cipiki.

"Oh ya, Vano kenapa tidak turun dari mobil?" tanya mama Ratih kemudian setelah mengurai pelukannya.

"Maaf, anak kami tidak bisa datang malam ini. Kebetulan ada urusan penting yang tidak bisa ditunda. Tapi lain kali pasti akan datang," jawab papa Azka.

Mama ratih melirik suaminya, tampak sekali gurat kecewa di wajahnya.

"Ah, gak apa-apa, Pak Azka." Papa Haris tersenyum. "Mari masuk," ajaknya.

Mama Kinan tersenyum dan mengangguk, kemudian merangkul lengan suaminya. Mengikuti langkah pak Haris dan bu Ratih masuk ke rumah yang menuntun mereka langsung ke ruang makan.

"Ma, panggil Indri," bisik papa Haris pada istrinya.

"Iya, Pa." Mama Ratih pun berpamitan sebentar pada mama Kinan dan papa Azka, kemudian segera menuju kamar Indri. Putrinya itu baru selesai berganti pakaian dan membenahi penampilannya saat ia masuk.

"Indri cepat, orangtuanya Vano sudah datang."

Indri berbalik menatap mamanya dan tersenyum lebar. "Aku sudah selesai, Ma. Ayo kita temui mereka sekarang," ajaknya begitu antusias.

"Tapi Ndr, Vano gak datang. Katanya ada urusan penting yang gak bisa ditinggal."

Senyum Indri perlahan pudar, jelas saja ia kecewa Vano tidak datang. Ia sudah berdandan secantik mungkin untuk pria itu. ''Tapi, gak apa-apa. Kata orang kan, sebelum mendekati anaknya, dekati dulu orangtuanya," gumamnya dalam hati.

Indri pun segera mengajak sang mama keluar kamar. Begitu tiba di ruang tamu, ia tersenyum ramah pada kedua orang tua Vano kemudian mencium punggung tangannya bergantian.

"Ini anak kami Indri. Pasti Vano sudah pernah cerita, kan?" ucap mama Ratih.

Papa Azka mengangguk. "Iya, Vano sudah cerita tentang Indri. Dan saya kagum dengan kinerjanya."

"Terima kasih, Om," ucap Indri, senang mendengar pujian itu.

"Cantik, Pa. Tapi ... Mama sedikit kurang suka sama penampilannya," bisik mama Kinan pada suaminya. Ia menilai cara berpakaian Indri sedikit terbuka. Hal yang sangat ia larang keras terhadap Vani, putri satu-satunya. Setidaknya jika tidak berhijab, jangan terlalu memamerkan bentuk tubuh.

Papa Azka hanya menanggapi bisikan istrinya dengan senyuman sambil mengusap punggung tangannya.

"Oh ya, dimana anak Pak Haris yang satunya?" tanya papa Azka, tadi ia melihat foto keluarga saat melintas ruang tengah. Di dalam foto itu Indri berdiri di sisi bu Ratih, dan seorang wanita seusia Indri berdiri di sisi pak Haris yang sudah pasti adalah Cinta.

Mama Ratih melirik suaminya, memberi kode dengan gelengan pelan sebagai isyarat biar dia saja yang menjawab.

"Ah iya, Indri punya Kakak, namanya Cinta. Tapi dia lagi gak bisa ikut gabung makan malam bersama kita. Anaknya lagi kurang sehat dan baru pulang dari rumah sakit tadi siang," ucap mama Ratih.

"Oh begitu. Lalu, suaminya kemana, kenapa gak kelihatan?" Kali ini mama Kinan yang bertanya.

Papa Haris menundukkan pandangan, membiarkan istrinya yang menjawab.

"Cinta memiliki nasib yang kurang beruntung. Dia ditinggal suaminya dan gak tahu kemana. Kasihan, padahal anaknya masih kecil." Mama Ratih memasang ekspresi sedih yang membuat mama Kinan merasa bersalah telah menanyakan hal tersebut.

"Saya turut prihatin. Dan maaf, saya gak bermaksud untuk membuat Bu Ratih jadi sedih."

"Gak apa-apa, Bu. Saya memang suka sedih kalau ingat nasibnya Cinta. Walaupun dia itu bukan anak kandung saya, tapi saya sangat menyayangi dia sama seperti Indri. Saya yang merawatnya sejak usianya 12 tahun, dan sudah saya anggap seperti anak kandung sendiri."

Indri langsung mengangguk membenarkan ucapan mamanya. Sedangkan papa Haris memilih diam membiarkan istrinya yang berbicara.

"Mulia sekali hati Bu Ratih. Jarang sekali ada Ibu sambung yang bisa menyayangi anak sambungnya dengan begitu tulusnya," puji mama Kinan.

"Terima kasih atas pujiannya, Bu Kinan."

Papa Azka tampak mecebikkan bibirnya mendengar setiap kata yang terlontar dari bibir bu Ratih yang terdengar memuakan di telinganya.

Makan malam berlangsung dengan khidmat. Setelahnya mereka berpindah ruang tengah dan melanjutkan obrolan. Dimulai dengan basa-basi tentang kerjasama antara dua perusahaan. Lalu, pembicaraan mulai masuk ke inti dari tujuan undangan makan malam tersebut.

"Kita sudah sama-sama mendengar bagaimana hubungan kerjasama antar perusahaan kita yang masing-masing dipimpin oleh anak-anak kita. Jadi begini, Pak Azka. Jika tidak keberatan, saya ingin menjalin hubungan yang lebih erat lagi selain hanya hubungan kerjasama perusahaan."

Papa Azka tersenyum dan mengangguk mendengar ucapan pak Haris. "Kalau saya sendiri, sebenarnya tertarik dengan salah satu anak Pak Haris untuk dijadikan menantu," ucapnya sengaja tidak menyebutkan nama.

Indri seketika mengembangkan senyum sebab yakin dirinyalah yang dimaksud. Tidak mungkin Cinta yang sudah memiliki anak. Keluarga terpandang seperti keluarga Vano tidak akan mau mempunyai menantu yang bukan lagi seorang gadis.

"Kalau begitu cocok, kebetulan Indri juga tidak sedang dekat dengan laki-laki manapun. Jadi kita tidak perlu menunda-nunda hal yang baik ini," ucap mama Ratih begitu antusias.

"Pasti, tapi saya perlu membahas lagi mengenai hal ini pada anak saya," kata papa Azka.

"Baik, Pak Azka. Kami bisa menunggu." Mama Ratih tersenyum, ia melirik Indri yang tampak tersipu malu.

"Oh ya, sebelum pulang, kami ingin bertemu dengan Cinta dan anaknya. Apa boleh?" tanya papa Azka.

Papa Haris langsung melirik istrinya yang tampak keberatan, tapi ia tidak mungkin tidak mengizinkan pak Azka dan bu Kinan untuk bertemu Cinta dan Laura. Mereka akan berpikir yang tidak-tidak jika ia melarang.

"Tentu saja boleh, Pak Azka. Mari, saya antar ke kamarnya." Papa Haris pun bwrbwnak dari tempat duduknya. Pun dengan papa Azka dan mama Kinan dan langsung mengikuti langkah pak Haris.

"Ma, Papa kenapa sih membiarkan orang tuanya Vano ketemu Cinta!"

"Udah, biarin aja. Mereka cuma mau silahturahmi aja, gak mungkin bakal tertarik sama Cinta yang sudah punya anak. Keluarga Vano gak akan mau punya menantu seperti Cinta."

Ucapan sang mama mampu membuat Indri sedikit lebih tenang.

Sementara itu, Cinta yang sedang duduk melamun di samping Laura yang telah tidur. Tersentak kaget ketika mendengar ketukan di balik pintu kamarnya ya disusul oleh suara sang papa memanggilnya. Ia pun menajamkan pendengarannya, memastikan ia tidak salah dengar. Sebab sejak kehadiran Laura, papanya tidak pernah lagi mendatangi kamarnya.

"Cinta, apa kamu sudah tidur? Ada yang ingin bertemu kamu." Papa Haris kembali mengetuk.

"Sudah, Pak. Sepertinya dia sudah tidur," ucap papa Azka. Sepertinya malam ini ia belum bisa mempertemukan istrinya dengan Cinta. Padahal, itu tujuan awalnya datang.

"Sepertinya begitu, Pak Azka. Beberapa hari ini dia memang terlihat cukup lelah merawat anaknya yang sedang sakit," kata papa Haris.

"Baiklah, kami bisa bertemu Cinta lain kali. Kalau begitu, kami pamit pulang dulu."

"Mari, saya antar ke depan."

Mereka hendak berbalik pergi ketika pintu kamar Cinta tiba-tiba terbuka. Mama Kinan seketika terpaku pada sosok wanita yang berdiri di ambang pintu. Selain cantik, pembawaannya juga terlihat lemah lembut. Ia bisa melihat itu dari aura wajah dan sorot matanya.

"Papa kira kamu sudah tidur. Ini, ada Om Azka dan Tante Kinan mau bertemu kamu dan Laura," kata papa Haris.

Cinta pun tersenyum ramah pada sepasang suami istri itu. "Selamat malam Om, Tante," sapanya. Jadi, ini tamu spesial untuk dimaksud Indri tadi. Mungkinkah orang tua dari laki-laki yang hendak meminang Indri, batinnya.

"Katanya anakmu sedang sakit, bagaimana keadaannya sekarang?" tanya mama Kinan.

"Alhamdulillah sudah membaik, Tante," jawab Cinta.

"Boleh kami lihat sebentar?"

"Boleh, Tante. Silahkan." Cinta pun membuka lebar pintu kamarnya, kemudian mempersilahkan mama Kinan dan papa Azka untuk masuk. Sebelum menyusul masuk, ia melirik sekilas papanya yang hanya berdiri di luar. Setidak sudi itukah papanya untuk sekedar melihat Laura.

"Perempuan rupanya. Duh, gemes banget, Pa. Sayang lagi tidur, coba enggak pengen cubit pipinya." Saking gemasnya, mama Kinan sampai tak sadar mencubit lengan suaminya.

"Mama!" Papa Azka meringis, membuat Cinta menutup bibirnya rapat menahan tawa.

"Maaf, Pa. Habisnya gemes banget." Mama Kinan mengusap lengan suaminya. Ia pun beralih menatap Cinta. "Oh ya, tadi Mama kamu sedikit cerita tentang kamu. Kamu yang sabar ya, laki-laki seperti itu gak usah dipikirkan lagi. Lebih baik cari yang lain yang lebih bertanggung jawab."

Cinta mengerutkan keningnya. Sepertinya mama Ratih mengarang cerita tentangnya. "Iya, Tante. Terima kasih atas empatinya."

.

.

.

"Bagaimana menurut Mama tentang kedua anak Pak Haris tadi?" tanya papa Azka. Saat ini mereka sedang dalam perjalanan pulang.

"Kalau si Indri cantik, sih. Tapi jujur, Mama kurang suka cara berpakaiannya, agak terbuka gitu. Beda dengan Cinta, selain cantik auranya juga kalem banget. Adem gitu ngelihatin nya. Tapi sudahlah, Mama tetap harus terima Indri karena itu yang sudah menjadi pilihan Vano. Walaupun sebenarnya Mama lebih suka sama Cinta, tapi Vano juga gak mungkin mau sama perempuan yang sudah punya anak."

Papa Azka tersenyum mendengar ucapan istrinya. Meski mama Kinan belum tahu kebenaran tentang Cinta, tapi ia merasa lega sebab sang istri lebih condong pada Cinta daripada Indri. Sekarang ia hanya berharap, semoga istrinya tidak akan syok berat setelah mengetahui kebenarannya.

Setibanya di rumah, mama Kinan langsung menuju kamar untuk membersihkan diri. Sementara papa Azka memilih menemui putranya terlebih dahulu untuk menceritakan pembicaraan mereka di rumah pak Haris tadi. Yang mana, pak Haris mengira yang ia maksud lebih tertarik untuk dijadikan menantu adalah Indri.

"Permainan segera dimulai. Lihat saja, Indri. Sekarang bukan aku yang akan mempermalukan kamu, tapi kamu yang akan mempermalukan dirimu sendiri." Vano menarik sudut bibirnya membentuk seringai tipis.

1
THAILAND GAERI
salah ketik ya thor😁😁🤣🤣🤣 kurang huruf n...ntar dikira DOG : ANJING🤣🙏
echa purin
👍🏻
Celsi Hura
Mantap juga ceritanya, semoga cinta dan laura anak gadis nya itu bahagia selalu
T-WAFIQ
nasib aja gak keusir
Eli Elieboy Eboy
𝑎𝑞𝑢 𝑠𝑒𝑡𝑢𝑗𝑢 𝑠𝑎𝑚𝑎 𝑢𝑠𝑢𝑙𝑎𝑛 𝑣𝑎𝑛𝑖 𝑑𝑟 𝑎𝑤𝑎𝑙 ℎ𝑎𝑟𝑢𝑠 𝑏𝑎𝑤𝑎 𝑎𝑚𝑏𝑢𝑙𝑎𝑛𝑐𝑒 🤣🤣🤣 𝑏𝑢𝑎𝑡 𝑎𝑛𝑔𝑘𝑢𝑡 𝑒𝑚𝑎𝑘 𝑑𝑎𝑛 𝑎𝑛𝑘 𝑦𝑔 𝑑𝑧𝑎𝑙𝑖𝑚 😂😂😂
Eli Elieboy Eboy
𝑎𝑞𝑢 𝑙𝑒𝑏𝑖ℎ 𝑝𝑒𝑛𝑎𝑠𝑎𝑟𝑎𝑛 𝑠𝑎𝑚𝑎 𝑟𝑒𝑎𝑘𝑠𝑖 𝑠𝑖 ℎ𝑎𝑟𝑖𝑠 𝑠𝑖ℎ 𝑑𝑟 𝑝𝑑 𝑒𝑚𝑎𝑘 𝑑𝑎𝑛 𝑎𝑛𝑘 𝑦𝑔 𝑠𝑜𝑘 𝑘𝑒𝑏𝑎𝑛𝑔𝑒𝑡𝑎𝑛 𝑖𝑡𝑢....
Eli Elieboy Eboy
𝑏𝑎𝑙𝑎𝑠 𝑏𝑒𝑟𝑘𝑎𝑙𝑖2 𝑙𝑖𝑝𝑎𝑡 𝑣𝑎𝑛𝑜 𝑜𝑟𝑎𝑛𝑔2 𝑦𝑔 𝑠𝑢𝑑𝑎ℎ 𝑏𝑒𝑟𝑏𝑢𝑎𝑡 𝑗𝑎ℎ𝑎𝑡 𝑠𝑎𝑚𝑎 𝑐𝑖𝑛𝑡𝑎 𝑑𝑎𝑛 𝑎𝑛𝑘 𝑛𝑦𝑎
Eli Elieboy Eboy
𝑏𝑎𝑝𝑎𝑘𝑛𝑦𝑎 𝑘𝑎𝑦𝑎 𝑡𝑝 𝑔𝑎𝑘 𝑏𝑖𝑠𝑎 𝑛𝑦𝑒𝑙𝑖𝑑𝑖𝑘𝑖𝑛 𝑘𝑒𝑗𝑎𝑑𝑖𝑎𝑛 𝑘𝑛𝑝 𝑎𝑛𝑘 𝑛𝑦𝑎 𝑡𝑖𝑏𝑎2 𝑏𝑖𝑠𝑎 𝑝𝑢𝑙𝑎𝑛𝑔 𝑏𝑎𝑤𝑎 𝑎𝑛𝑘....
𝑘𝑎𝑡𝑎𝑛𝑦𝑎 𝑏𝑎𝑛𝑦𝑎𝑘 ℎ𝑎𝑟𝑡𝑎 𝑡𝑝 𝑘𝑜𝑘 𝑜𝑜𝑛 𝑦𝑎
Surati
bagus ceritanya 👍🙏🏻
Nurlinda: terimakasih kk🙏😍
total 1 replies
Nur Fauzan
👍👍lanjutkan
Nur Fauzan
oce banget seritanya, lanjutkan
Nurlinda: terimakasih kk🙏
total 1 replies
𝐚𝐫𝐢𝐞𝐬 𝐠𝐢𝐫𝐥
𝐠𝐤 𝐩𝐨𝐥𝐢𝐬𝐢 𝐢𝐧𝐝𝐨 𝐠𝐤 𝐩𝐨𝐥𝐢𝐬𝐢 𝐈𝐧𝐝𝐢𝐚,𝐝𝐚𝐭𝐞𝐧𝐠𝐧𝐲𝐚 𝐩𝐚𝐬 𝐮𝐝𝐡 𝐬𝐞𝐥𝐞𝐬𝐚𝐢😭😭😭𝐧𝐠𝐞𝐬𝐞𝐥𝐢𝐧 𝐛𝐧𝐠𝐭 𝐞𝐦𝐚𝐧𝐠
Nurlinda: 🤣🤣🤣🤣🤣
total 1 replies
𝐚𝐫𝐢𝐞𝐬 𝐠𝐢𝐫𝐥
𝐦𝐬𝐡 𝐛𝐧𝐲𝐤 𝐭𝐞𝐤𝐚 𝐭𝐞𝐤𝐢 𝐬𝐚𝐦𝐩𝐞 𝐞𝐩𝐬 𝐢𝐧𝐢 😊😊
murni l.toruan
ya ampun deh mak n anak sama-sama orang dajjal..Indri hati2 dengan dendam yang tidak alasan untuk menghancurkan Cinra, kamu yang akan hancur.
yumna
kira"udah tayng blm ka autor
Nurlinda: belum y kak. yuk mampir jg ke novel ku yg lain 🙏
total 1 replies
yumna
laura kah....🤭🤭🤭
Hariyanti
terima kasih Thor 🥰 aku suka sama karyamu🥰🥰🥰🥰🥰
Hariyanti
wah...sdh tamat aja Thor
Hariyanti
Evan itu menyebalkan😤 mempermainkan sisi lemah vano😔
Hariyanti
Vano itu terlalu cemburu dan posesif jadi akalnya macet🤔😔 sedikit 2 emosi 😬
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!