Soulmate Surprise From Crush

Zia meninggalkan Faza yang memanggil namanya, bukannya gimana-gimana dia memang marah dan kesal, tapi dia lebih kesal pada dirinya sendiri, tadi saat Faza dengan lembut meminta maaf. dirinya tergoda Dan ingin sekali memakan Faza, pertahanan-nya luntur saat didekat Faza.

Zia berhenti disebuah rumah dia langsung masuk begitu saja dan duduk di sofa.

Disana sudah ada Amena,Alena dan sang empunya rumah, Cila.

"Kenapa Zi?" Cila menghampiri Zia.

"Harusnya lo lagi bahagia Zi, kan lo peringkat 1 lagi, dan bakal dapet beasiswa." Elena.

"Ck, " Zia berdecak, "Ini bukan soal itu, ini soal hal lain, kalo beasiswa gue gak permasalahin, gue mau yang negeri bukan luar!" Zia.

"Kalo bukan itu, berarti soal cowo, apa gimana nih? Tanya nih sama gue kalo soal cowok. " Amena.

"Iya deh yang udah sepuh." Cila, sambil cekikikan.

"Udah di coblos berapa kali lo, sama pacar yang sekarang? " Elena , kut ngecengin Amena.

"Anjir, lu pada gak ada filternya kalo ngomong." Amena dengan kesal.

"Kaya kamu punya filter aja, Am," Cila sambil tertawa.

"Ck,bener si, gue aja gak ada filter." Amena .

Elena hanya bisa menggeleng  oleh kelakuan 2 sahabatnya itu,lalu menatap Zia yang masih terdiam dam meminum jus rasa melon.

"Buset Zu, bibir lu jontor kenapa? Perasaan udah sembuh deh luka akibat jatuh kemarin." Elena berteriak.

Membuat Cila Dan Amena melihat bibir Zia.

Zia memegang bibirnya yang emang terasa jontor. Amena  langsung memegang dagu Zia, membolak- balikan kanan ke kiri lalu memegang bibir bawah Zia.

"Lu abis tabrakan bibir sama sapa Zi? Kalo diliat dari cara kecup dan lumatan kek orang dewasa kepala 3," Amena.

" Njirr,,Zia...lu udah dewasa sekarang! " Elena.

"Zia, kok kamu gak bilang-bilang udah punya pacar, om-om lagi." Cila.

"Kata siapa gue punya pacar? Tadi gak sengaja ciuman sama mantan cinta monyet." Zia, acuh tak acuh. Sebenarnya si dalam hati sedang merutuki dirinya, apa lagi sang ahli si Amena nebak bener bangat yang ciuman sama orang udah kepala 3.

"Gila zi, emang lo gak rasain apa-apa gitu pas ciuman, apa lagi kata sepuh kita tuh cowo dewasa." Elena.

"Kampret lu El. Gue di bilang sepuh mulu. " Amena yang tak terima,sementara Alena dan Cila cekikikan.

"Emang gue harus ngerasa gimana? Ya, biasa aja sih, malah gue gigit bibirnya sama tonjok perutnya." Zia.

"Buset Zi, jadi cewek kalem dikit napa, gapapa kok nakal sedikit kalo soal ini, dia ganteng gak?" Amena sambil memainkan alisnya.

"Ye, itu kan lo Am, Zia mah beda." Cila.

"Kaya lu polos aja, yang asli polos kan si Zia, gue tau lo ke club bareng Ronald terus ciuman di dalem mobil ganas banget." Amena.

"Anjir! jangan diingetin lah Am malu tau," Cila dengan muka yang memerah.

Mereka tau kalo Cila sama Ronald pacaran dari SMA kelas 2.

Zia hanya tersenyum tipis, dan pembicaraan soal ciuman berakhir menjadi pertanyaan dari sahabatnya.

"Zi, gue gak pernah tanya selama kita temanan, tapi asli! gue penasaran lu sebenernya itu suka cowo gak sih?" Elena.

Byurr

Zia yang tengah minum langsung menyembur dan tersedak.

"Uhuk,uhuk,uhuk. Gusti cobaan apa lagi ini." Zia sambil mengelap bibirnya pake tissue.

"Iya Zi, jujur kita penasaran." Cila, diangguki yang lain.

Zia geleng-geleng sambil tersenyum tipis sama teman-temannya, "Gue suka sama cowo lah, tapi belum ada yang nyangkol aja, gue pernah cerita kan pas umur gue mau 7 tahun gue suka sama seseorang, Dan selera gue bukan yang masih muda, yang agak tuaan dikit umurnya," Zia.

"Lo berarti suka sama om-om gitu,Zi? " Elena.

"Gak bisa di bilang om-om ya, orang masih ganteng gitu." Zia menjawab sambil mengingat Faza.

"Zi, gue tau identitas lo itu dirahasiakan. Tapi kita boleh gak si, tau yang sebenernya lu itu siapa? " Amena.

"Zia, juga sering masuk mobil kakek-kekek, tak lupa juga sengaja lo ke club buat gaet om-om" Cila.

"Herannya, om-om yang lo goda besoknya masuk tv karna mereka metong." Elena.

"Kalo gue jawab, kalian pada masih mau berteman gak sama Zia yang kalian kira polos ini? " Zia sedikit menunduk.

"Bisa lah Zi, emang lo psycho? " Amena.

"Gue si mikir lu itu mafia, benar bukan si Zi? mafia apa bukan?" Cila.

"Gue si mikir kaya si Cila" Elena.

"Mm...Zia meneguk jusnya lalu menarik nafasnya, "Iya. Yang kalian bilang itu bener, kalo gue mafia. Gue bisa di bilang pyscho juga karna banyak yang gue bunuh, dan gue lagi menyamar sebagai mata-mata." Zia, menatap ke 3 sahabatnya.

Semua terdiam, lalu tertawa canggung.

"Serious, Zi." Amena, Elena, Cila bersamaan.

"Gue gak pernah bohong!" Zia.

"Berarti bener kan apa yang gue bilang kalo Zia cucunya pengusaha AMBW yang terkenal itu," Cila.

"Dari mana kamu tau? " Zia,terkejut.

"Maaf Zi, aku tuh khawatir bangat sama kamu, dan waktu kelas 2 SMA pas kamu pulang duluan dari pesta ulang tahun aku, aku nyuruh seseorang buat ikutin kamu, terus dia laporan katanya kamu masuk mobil presdir AMBW, " Cila.

"It's okay, gak masalah. Gue rahasiain ini karna ada problem yang gak bisa gue katakan, keluarga gue sedikit rumit." Zia tersenyum masam.

Ketiga sahabatnya saling pandang, bukannya takut ke Zia, mereka merasa sedih melihat expresi Zia.

"Jadi ayah kamu CEO di perusahaan itu? " Elena mencoba menghentikan kecanggungan mereka.

"Hm...bisa di bilang gitu." Zia.

"Kok bokap lo jadi polisi?" Amena.

"Jadi gini, bokap gue punya kembaran yang kuliah jurusan polisi, tapi dia meninggal pas lagi tugas, meninggal karna dibunuh musuh kakek gue. Namanya om Grava. Dan bokap gue , Vandra.Selaku pewaris perusahaan kakek gue gak terima, lalu Ada pertengkaran keluarga Dan tiba dimana ayah gue jadi polisi menggunakan identitas om Grava" Zia.

"Hidup lo udah kaya novel Zi, kasian amat." Elena.

Zia hanya terdiam, "Gue pengennya hidup normal kaya kalian, tapi takdir mengatakan berbeda."

" Jadi, sebenernya yang meninggal itu Grava ya bukan Vandra? Masih inget pas SD gempar katanya anak Pengusaha Ambw  meninggal." Cila.

"Ya, anggap saja begitu, karna kalo gue cerita semua gak bakal ada habisnya, yang penting sekarang kalian tau berteman sama siapa." Zia.

Lalu ke 3 sahabatnya langsung memeluk Zia.

"Thanks yes girl, kalian masih mau temenan sama gue, Yang penuh keribetan ini." Zia.

"Iya, Zi." Cila.

"Tenang aja si Zi, mau lo berindentitas anak pemulung yang pura-pura kaya gue tetep  temen lo. apa lagi ini malah Mafia,berasa keren bangat aku,Zi." Elena.

"Kalo Ada masalah sekarang cerita ya Zi, biar kita bisa bantu." Amena.

"Iya, " Ucap-nya terjeda, "Tapi gue bukan pura-pura kaya-nya, gue malah anak mliyader gimana dong? " Zia dengan mata berkaca kaca.

"Ye malah nangis, jangan nangis sini gue peluk!" Elena.

"Mana gadis yang bilang nakal boleh tapi nilai sekolah harus tetep no satu? gak papa lah kaya raya, malah seneng kita temennya milyader, boleh di porotin hartanya kan?" Amena.

Zia mengangguk," Porotin aja kalo ada, yang jelas yang pegang kakek gue,".

"Gak jadi lah, terlalu beresiko" Amena.

Lalu mereka semua tertawa penuh haru.

"Iya, nih. Mana kembang prawan kita ini." Cila.

Perkataan cila langsung membuat mereka terdiam.

"La?" Panggil Zia

"La? Lu udah serahin keprawanan lo ke Ronald kapan? Kan lo juga masih prawan kok bisa lo bilang kalo Zia doang yang kembang." Elena.

"Ih apaan si? maksud gue bilang gitu karna Zia kan yang paling anti sama cowo, kalo Amena si sering main, kalo lo kan juga udah having sex sama sepupu jauh lo," Cila mukanya memerah.

"Anjir, lo gak bisa bohong! hayo loh... kapan kamu gituan sama Ronald." Amena.

"Gak tau ih, " Cila mengabaikan teman-temannya.

Elena langsung menggelitiki Cila sampe mau ngaku dibarengi si Amena.

"Ngaku gak lo!" Amena.

"Ngaku! gak Ngaku di penjara." Elena.

"Lepasin, ha ha ha ha, ih kalian jangan gini dong," Cila.

Zia jadi tertawa lepas, gak nyangka temen - temennya gila semua,dia jadi memikir kan Faza yang terluka tangannya. Emang dari dulu Faza membuat dia kesemsem, entah Ada pelet apa dalam diri Faza sampai bocah 6 tahun aja naksir.

Setelah pengakuan Zia, menjadi pengakuan Cila bahwa dia sebenarnya sudah menikah dengan Ronald, dirinya juga tak menyangka bakal nikah sama Ronald hanya disaksikan keluarga karna ini pernikahan rahasia.

Dan,yang mengagetkan lagi karna perjodohan juga tentunya, cuman kedua orang tua mereka gak tau kalo mereka pacaran,makanya sekarang dia udah gak perawan lagi, udah di makan suaminya, pernikahan mereka dirahasiakan akibat mereka yang baru SMA. berhubung bapak Ronald keturunan habib anaknya langsung aja di nikah kan, itu aja kecolongan Ronald pacaran diem-diem.

"Kok kamu gak kasih tau kita La? kalian udah nikah selama 3 minggu, berarti pas kita mau ujian kelulusan kan? " Zia.

"Iya, maafin aku ya. aku malu soalnya, bukan malu nikah nya, tapi malu aja sama kalian, maaf telat beritahu kalian." Cila.

"Pantes Ronald sering ngejauhin lo selama 2 minggu ini, aku kira kalian berantem, ternyata kalian takut gak bisa nahan saling menyentuh ya, penganten baru si." Amena.

"Iya itu salah satunya" Cila.

"Lo pake pencegah apa La, kalian pasti mikir kan gak buru-buru punya anak? " Elena.

"Gak aku pikirin si, mau hamil ya gakpapa, aku udah siap, masalah kuliah bisa kok sama punya anak dan suami, asal seimbang aja, masalah usia masih muda gue gak permasalahin kalo udah takdir gue kenapa di tolak? Gue sama Ronald udah sah, Ronald juga udah kuliah dan lanjutin perusahaan bokapnya, jadi kalo hamil gue malah seneng." Cila dengan mata berbinar.

"Lo hebat bangat La," Zia.

"Iya, gue salut sama lo, lo emang anak baik-baik, tentunya karna finansial. lu cukup amkanyaikir santai dan luas gitu, beda sama yang finansialnya gak cukup pasti malah kena baby blue." Alena.

"Itu salah satunya si, pasa dasarnya kan perusahan kita perlu pewaris jadi ya gitu." Alena.

"Dewasa pikiran lo, La. Gue aja pengen seneng- seneng." Amena.

"Gak cuma cantik luarnya, dalemnya juga cantik." Zia.

"Eh, lo juga cantik Zi, luar dalem ampe pikiran lo juga yang polos."Alena.

" Gue tuh mungkin polos soal cowok, tapi gue kan pembunuh! gue sadar kalo gue dosanya banyak." Zia.

"Kan yang lo bunuh tukang perkosa gadis polos,pembunuh berantai, tukang korupsi, lo bunuh mereka yang pada jahat, lo gak jahat Zi! lo hebat." Amena.

"Iya Zi, kamu jangan berkecil hati, semua pasti udah takdir kamu, kamu di kasih agama Islam, tapi nasib kamu jadi keluarga mafia, gak Ada keturunan mafia sebaik kamu Zi, yang ada mereka seenak udel gak pikir target, kan kamu pikir target yang dibunuh, bukannya aku membenarkan,tapi biar lah yang diatas yang mengatur dosa-dosa kamu,Zi." Cila.

Zia hanya terdiam, rasanya lega karna sahabat- sahabatnya sangat baik. Apa lagi Cila yang kalo ngomong aku kamu cuman ke dirinya.

Mereka lalu mulai membahas soal kuliah di university Mana.