BASIS 69

Pukul 9 pagi ruang OSIS STM tunas bangsa

Bimo duduk di atas sofa bersebelahan dengan Agus buluk sementara di sebrang meja tepat di depan, Satria dan Zaki duduk berdampingan

"Pertama-tama gua akan ucapkan selamat datang kepada kamu Bimo, selamat datang di STM tunas bangsa". Satria mengawali pembicaraan

Sialan! dari tadi gua duduk kagak ditawari minum, garing banget kerongkongan gua abis gelut. Batin Bimo sambil melirik kulkas yang berada di sudut ruangan

"Bim jawab dong jangan bengong aja loe". Buluk bicara dan senggol lengan Bimo pelan

"Oh iya terima kasih senior atas sambutannya". Bimo dalam mode normal dan bagaimanapun dua orang di depannya adalah seniornya saat ini, Bimo mencoba sopan walaupun ala kadarnya

Satria tersenyum mendengar jawaban Bimo dan dia kembali berucap, "Sorry kalau boleh tau ada masalah apa kamu dengan sandi? Jangan salah paham karena gua hanya ingin tau".

Sialan gua disuruh cerita lagi, padahal tadi gua udah ceritain semuanya kepada buluk bisa tambah kering ini kerongkongan gua, batin Bimo lagi

"Masalahnya itu orang yang terlalu sombong senior, menghina dan mencaci maki saya dan 2 orang teman yang tadi". Jelas Bimo

"Di basis memang sandi itu terkenal dengan mulut besarnya dan sudah banyak anggota yang melapor karena merasa tersinggung dengan perkataannya". Zaki berbicara

"Benar ketua apa kata senior Zaki, terkadang saya juga lihat saat di markas.. sandi sedang bully anggota yang lebih lemah". Buluk menambahi

Sebagai ketua basis satria jarang berada di markas dan baru tau dia jika ada anggota yang seperti itu, Satria merenung setelah mendengar penjelasan Zaki dan buluk

"Apa cuma karena adu mulut terus kalian bertengkar?". Satria kembali bertanya dan menatap Bimo

"Sorry senior sebelumnya, apa mungkin karena dia anggota basis anda dan saya orang luar dan sekarang saya mau disalahkan? Niat anda baik apa buruk?". Bimo tanpa gentar menatap satria tajam dan suasana langsung tampak tegang

"Tenang dulu Bimo, dari awal gua sudah bilang.. kamu tidak perlu salah paham dan gua tidak akan salahkan kamu". Satria masih tampak tenang berbicara

"Benar Bim, ketua tidak seperti itu orangnya.. Jangan selalu kepancing emosi loe". Buluk bicara mengingatkan

"Sorry senior, sumbu emosi saya sangat pendek dan tipis". Bimo meminta maaf

"Tidak apa-apa dan gua ngerti". Satria dengan kedewasaan nya mengangguk pelan

"Soal seluruh kejadian di taman tadi saya sudah cerita dengan manusia di sebelah saya ini, jika senior ingin tau biar dia saja yang cerita karena saya tidak pandai menyusun kata-kata". Bimo menoleh melihat buluk

"Gua punya nama Bemo!". Ucap buluk kesal dan segera dia memandang sang ketua, "Benar ketua manusia di sebelah saya ini sudah cerita sama saya tentang kronologi semua kejadiannya, apa saya bicara sekarang?".

"Tidak udah itu bisa nanti saja karena sekarang ada hal yang lebih penting lagi untuk kita bicarakan". Satria memandang Bimo

"Kalau seperti itu saya permisi". Bimo berdiri dan siap jalan keluar

"Mau kemana lu Bim?". Buluk memegang tangan Bimo cepat

"Bukannya senior mau bicara hal penting? gua kan belum resmi jadi anggota jadi ya agak kagak enak jika ikut dengar". Ucap Bimo polos

"Justru yang mau di ajak ketua bicara itu loe bemo! kenapa sih loe cuma pintar soal gelut dan baku hantam doang, kagak peka banget jadi orang.. Ayo duduk!". Buluk tarik Bimo untuk duduk kembali

"Benar Bimo gua mau bicara sama kamu". tegas satria

"Sama saya? Tentang apa?". tanya Bimo bingung

Zaki yang dari tadi diam menahan senyumnya, terkadang memang seorang genius itu bisa terlihat bodoh.. Ucapnya dalam hati

"Allahuakbar..!". Buluk mencoba menahan emosinya, "Bim bukannya loe tadi pagi bilang jika ada permintaan untuk mau bergabung dengan basis 69 kita? Maka dari itu ketua ingin mendengar apa yang kamu minta itu".

Buluk mewakili satria bicara, tidak cocok seorang ketua bicara panjang kek gitu dan terkesan kurang berwibawa dihadapan junior

"Oh soal itu". Bimo mengangguk pelan dan kali ini tatapannya serius memandang satria dan Zaki

"Baiklah mari kita dengarkan dulu apa permintaan kamu Bimo". satria mempersilahkan Bimo untuk bicara

"Baik saya memiliki 4 permintaan". Ucap bimo langsung

"Bim bukannya cuma 3 ya? 4 itu terlalu banyak, sebenarnya loe niat gabung kagak sih? jangan buat malu gua". Buluk menyela

"Kalau loe malu tutupi saja itu muka lu pakai plastik Indomaret! ini adalah permintaan gua jadi gua bebas dong minta apa saja, dikabulkan tidaknya terserah senior". Bimo kembali memandang putra

"Iya bebas loe mau minta apa tapi tolong beri gua wajah".

"Gila ya lu! ngapain gua beri lu wajah? operasi plastik saja Sono!". Bimo ingin mengumpat tapi dia tahan

"Maksud gua itu beri gua wajah untuk tidak minta hal yang konyol dan tidak wajar Bemo! ngeselin ya loe lama-lama".

"Lu juga nyebelin lama-lama Luk, banyak bacot banget.. lagi butuh duit ya lu? kalau mau ngutang bilang saja".

"Kalian berdua stop!". Satria yang semula tenang udah mulai gundah gulana, ada saja yang mereka debatkan dan itu hanya masalah sepele

"Gus kamu jangan menyela dulu, semua belum di putuskan dan mari kita dengarkan dulu apa permintaan Bimo". Satria segera suruh buluk untuk diam

"Baik ketua maaf". Sesal buluk dan langsung patuh

Kenapa di basis ini bocah jadi anjing penurut? Bimo melirik buluk

"Bimo silahkan bilang apa permintaan kamu?"

"Baik senior simpel saja permintaan pertama saya adalah..

Satria tegang menantikan Bimo bicara begitu juga dengan buluk yang khawatir jika juniornya ini meminta yang berat, sementara Zaki tampak duduk dengan serius dan siap untuk berfikir logis tentang permintaan pertama Bimo

"Saya minta air senior, dari tadi kerongkongan saya udah kering banget". Ucap Bimo datar

Suasana hening auto tercipta

"Kwak-kwak-kwak-kwak..!". Entah kebetulan apa tidak ada burung gagak yang melintas di atas genting ruang OSIS

Buluk saat ini mencoba untuk sabar dan mengambil nafas dalam-dalam, walau Permintaan pertama itu agak aneh tapi tidak terlalu memalukan

Bimo yang melihat ekspresi ketiga orang di dekatnya langsung bingung, "Apa permintaan saya terlalu susah ya?". Tanya Bimo polos

"Ehem". Satria berdehem pelan untuk menyadarkan dirinya sendiri dari lamunan sesaatnya, "Tidak berat dan sorry, gua lupa tawari kamu minum.. Gus tolong ambilkan Bimo minuman". Perintah satria

"Mau minum apa loe?". Tanya buluk sewot sambil berdiri

"Kagak bakat jadi pelayan lu Luk". Cibir Bimo

"Bir kalengan mau kagak!". Tawar Buluk karena tau di kulkas yang terletak di sudut ruangan tersedia Bir kalengan

"Memang seorang pelayan sejati adalah pelayan yang mengerti keinginan tuannya, berbakat lu Luk". Puji Bimo setelah tadi menghina

"Jangan malu-malu Luk! Keluar kan semuanya!". pinta Bimo lantang dengan senyum lebar