NovelToon NovelToon
MY ARROGANT EX HUSBAND

MY ARROGANT EX HUSBAND

Status: sedang berlangsung
Genre:Single Mom / Anak Genius / Percintaan Konglomerat / Crazy Rich/Konglomerat / Wanita Karir / Trauma masa lalu
Popularitas:5.9k
Nilai: 5
Nama Author: Agura Senja

Setelah menikahi Ravendra Alga Dewara demi melaksanakan wasiat terakhir dari seseorang yang sudah merawatnya sejak kecil, Gaitsa akhirnya mengajukan cerai hanya dua bulan sejak pernikahan karena Ravendra memiliki wanita lain, meski surat itu baru akan diantar ke pengadilan setahun kemudian demi menjalankan wasiat yang tertera.

Gaitsa berhasil mendapatkan hak asuh penuh terhadap bayinya, bahkan Ravendra mengatakan jika ia tidak akan pernah menuntut apa pun.

Mereka pun akhirnya hidup bahagia dengan kehidupan masing-masing--seharusnya seperti itu! Tapi, kenapa tiba-tiba perusahaan tempat Gaitsa bekerja diakuisisi oleh Grup Dewara?!

Tidak hanya itu, mantan suaminya mendadak sok perhatian dan mengatakan omong kosong bahwa Gaitsa adalah satu-satunya wanita yang pernah dan bisa Ravendra sentuh.

Bukankah pria itu memiliki wanita yang dicintai?

***

"Kamu satu-satunya wanita yang bisa kusentuh, Gaitsa."

"Berhenti bicara omong kosong, Pak Presdir!"

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Agura Senja, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Gaitsa

Matahari bersinar cukup terik saat wanita bersurai hitam panjang itu akhirnya sampai di tempat tujuan. Bangunan dua lantai berwarna putih di hadapannya tampak sepi. Gaitsa berjalan cepat menaiki tangga, tersenyum saat salah satu karyawan di tempat itu menyapanya.

"Ada paparazzi yang mengikutiku, tolong diurus." Wanita itu berbisik seraya mengedipkan sebelah mata, disambut anggukan semangat dan cengiran jahat seseorang yang memang biasa berjaga di depan gedung.

Gedung itu merupakan galeri seni tempat hasil lukisan Shavata dipamerkan. Biasanya tempat itu cukup ramai pengunjung, tapi setiap hari Minggu akan ditutup sementara. Gaitsa berpapasan dengan beberapa orang yang langsung mengangguk hormat padanya.

"Akhirnya istri rahasia Dewara Grup datang," ucap seorang wanita yang berdiri di ujung tangga menuju lantai dua. Penampilannya terlihat seksi dengan gaun panjang tanpa lengan yang menampilkan belahan dadanya. Kaki jenjangnya juga terlihat mengintip dari belahan roknya yang mencapai paha.

"Kuharap kamu tidak menyambutku hanya dengan omong kosong setelah lama tidak bertemu, Ann." Gaitsa menaiki tangga menuju lantai dua, dimana ruangan pribadinya berada.

Wanita bernama Ann langsung melingkarkan tangannya di lengan Gaitsa, senyumnya tampak centil. "Aku tidak akan membuatmu kecewa, Nyonya. Tapi, sepertinya kamu yang datang dengan omong kosong?" katanya seraya memperhatikan leher Gaitsa dan tersenyum semakin lebar.

Gaitsa memutar bola mata jengah, berjalan menuju sebuah ruangan tanpa menimpali godaan demi godaan yang dilayangkan wanita di sisinya tentang bercak merah di leher wanita itu.

Ruangan besar yang mereka masuki hanya berisi lukisan-lukisan Shavata yang belum dikeluarkan ke ruang pameran di lantai satu. Seluruh dinding yang berwarna putih dengan lampu teramat terang membuat ruangan itu sama persis dengan salah satu kamar di apartement Gaitsa.

Bedanya, ruangan ini memiliki sebuah pintu yang menyamar sebagai tembok. Gaitsa menekan salah satu saklar, membuat tembok putih di sisinya berderak sebelum terbuka. Dua wanita berbeda usia itu memasuki ruangan lain yang seluruh dindingnya berwarna coklat muda.

Gaitsa duduk di kursi yang selalu ditempatinya saat datang ke tempat ini, sebuah sofa tunggal di sisi jendela. Ann duduk di seberang wanita itu setelah mengambil beberapa berkas berisi laporan yang diminta Gaitsa sebelumnya.

"Berkasnya hampir busuk di ruangan ini, Sha. Kenapa menyuruh untuk cepat kalau kamu sendiri datang terlambat?" Wanita bersurai coklat keriting itu bersedekap setelah meletakkan berkas di hadapan Gaitsa.

"Aku sibuk," ucap Gaitsa seraya membuka berkas yang memang ia minta untuk segera diselesaikan tapi belum sempat diperiksa.

"Sibuk bercinta dengan mantan suami, maksudmu?"

"Diamlah."

Wanita berusia awal empat puluhan itu menutup mulutnya melihat ekspresi datar Gaitsa. Ia tahu Gaitsa akan terkejut dengan fakta yang diterimanya.

Netra gelap Gaitsa tampak dingin membaca laporan di tangan. "Ini tidak salah, kan?" tanyanya dengan suara tanpa emosi yang justru membuat wanita di hadapannya merinding.

"Tidak. Kami mengonfirmasinya berkali-kali, tapi memang ia yang menyebarkan informasi pribadimu pada media."

Gaitsa mengangguk, menatap dingin foto seorang wanita cantik yang sedang tersenyum. Tubuh tinggi ramping, wajah tirus dengan hidung mancung dan bibir tipis merona, terlahir sebagai anak dari salah satu keluarga berpengaruh, mengenyam pendidikan di tempat terbaik dan lulus dengan nilai yang sangat memuaskan. Bagaimana wanita sempurna seperti itu melakukan hal rendahan hanya karena cemburu?

Ia mengerti banyak wanita yang menginginkan Ravendra dengan segala ketampanan dan kekayaannya. Pria itu memang sulit diabaikan. Beberapa mencoba mendekati dengan berbagai cara, meski semuanya berakhir dipecat atau dijauhkan dari Dewara Grup.

Gaitsa mengakui wanita satu ini tidak tergesa-gesa dalam menarik perhatian Ravendra. Ia mungkin berpikir hampir berhasil menarik atensi pria itu sebelum Gaitsa datang dan menghancurkan segalanya.

"Sudah terlanjur seperti ini ...." Gaitsa mengetuk meja perlahan, "Bukankah lebih baik dicabut hingga akar?" tanyanya menatap wanita di hadapannya yang langsung menegakkan sikap duduk.

"Kita akan menghancurkannya?"

Gaitsa menggeleng, "Kita tidak akan mengotori tangan untuk hama rendahan seperti ini," ucapnya sembari tersenyum lebar. Bibirnya merekah namun tidak ada emosi apa pun di netra gelapnya.

"Lalu bagaimana?"

"Aku membenci perusahaan sombong itu juga, jadi mari bumi hanguskan mereka melalui wanita ini."

***

"Maaf, permisi Tuan!"

Ketukan di pintu dan panggilan tergesa itu membuat pria paruh baya yang sedang membaca berkas di tangan mendongak, memberi isyarat pada salah satu bawahannya untuk bicara.

"Nona Gaitsa ada di depan, katanya ingin bertemu Tuan. Kepala Pelayan sudah memberitahu bahwa anda ke luar negeri, tapi Nona Gaitsa malah memberikan ini." Pemuda itu berjalan mendekat dan menyerahkan amplop coklat yang dibawanya.

Yuda menerima amplop itu dengan seringai lebar, tawanya meledak saat melihat isi di dalamnya. Itu adalah foto dirinya sendiri yang sedang duduk di meja kerja, di ruangan ini. Tanggal yang tertera di foto adalah tanggal semalam, pukul tiga dini hari.

"Bawa anak itu ke sini!" titahnya.

Pemuda yang datang membawakan pesan tersebut membungkuk sopan sebelum berbalik dan keluar. Langkahnya terasa ringan sepanjang lorong sebelum menuruni tangga, tempat wanita bersurai panjang sedang duduk dengan sikap arogan.

Kepala Pelayan yang sebagian rambutnya sudah memutih menatap pemuda yang baru saja turun. Pria itu langsung mendekat dan menyampaikan pesan yang disampaikan Yuda.

"Silahkan ikuti saya, Nona." Pria berstatus Kepala Pelayan di kediaman itu menunjukkan jalan menuju lantai dua pada Gaitsa yang setengah mencibir.

Wanita itu berdiri, "Tunjukkan jalannya," ucapnya sebelum mengikuti langkah Kepala Pelayan. Wanita itu menyampirkan rambutnya ke belakang telinga saat melewati pemuda yang baru saja menyampaikan pesan.

Pemuda itu membungkuk sopan. Bibirnya melebar beberapa mili setelah wanita dengan gaun putih selutut itu melewatinya.

***

"Kenapa baru tertarik untuk mencariku sekarang?"

Prayuda Nugraha, pria paruh baya itu menopang dagu sambil menatap wanita angkuh di hadapannya.

Gaitsa mencibir, "Aku tidak pernah mencari seseorang yang keberadaannya terlihat jelas di depan mata," katanya seraya bersedekap.

"Kalau begitu kenapa baru menemui orang yang keberadaannya terlihat jelas di depan mata ini sekarang?" Sedikitnya Yuda tahu alasan wanita yang dilihatnya selama hampir dua puluh tahun itu akhirnya datang, tapi ia tetap bertanya untuk memastikan.

"Aku hanya ingin penjelasan tentang surat adopsi," ucap Gaitsa langsung, tidak berniat basa-basi.

Yuda tidak langsung menjawab, ia malah mengingat sebuah kenangan lama dan senyumnya terasa pahit. "Pertama, apa kamu mengingat sesuatu? Kejadian-kejadian sebelum memasuki kediaman Dewara."

Gaitsa terdiam, ekspresi wajahnya tidak terbaca. "Kenapa kau pikir aku tidak mengingatnya saat usiaku sudah sembilan tahun? Bukankah aneh kalau tidak memiliki kenangan di usia itu?"

"Kamu belum menemukannya!" dengkus pria tua itu, menghela napas untuk menenangkan dirinya. "Cobalah mengingat sesuatu. Kalau sudah, akan kuberikan penjelasan tentang surat adopsimu," putus Yuda tegas.

Gaitsa tidak menemukan keraguan di tatapan pria paruh baya di hadapannya. Ia tidak tahu kenapa Yuda ingin sekali Gaitsa mengingat sesuatu. Apa sebenarnya yang harus wanita itu ingat lagi? Masa kecilnya? Kematian orang tuanya?

Wanita itu ingin menghela napas frustrasi, tapi menahan diri dengan tetap menunjukkan ekspresi datar. Beberapa hal yang ia lihat, tentang gadis kecil yang berdiri di atas genangan darah yang ternyata adalah Ravasya, juga wanita dewasa yang sedang menyiksa seorang anak, Gaitsa belum yakin apakah itu ingatannya atau hanya imajinasi. Dan Gaitsa belum berniat menceritakan hal itu pada siapa pun.

1
Agnes🦋
.
Agnes🦋
blm update ya kak
Agnes🦋
seruuuu
Agura Senja: Terima kasiiihh
total 1 replies
Agnes🦋
aslii seru tor ceritanyaaa, pliss update dong torr
Agura Senja: Terima kasih sudah mampir yaa... Gaitsa akan tayang 5 bab setiap hari 😍
total 1 replies
Agura Senja
otewe bucin parah
Sunarmi Narmi
Itu pak CEO kena karma
..rasain akibat bikin wanita sakit hati...bikin dia bucin thor biar ngak arogant
Agura Senja: otewe bucin parah 😅
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!