Setelah di hianati oleh rekan yang sangat dipercaya nya. Katrina mati mengenaskan ditembak oleh rekan sekaligus orang yang ia cintai. Namun ia mendapatkan kesempatan kedua, dimana ia bertransmigrasi dalam raga seorang Duchess yang gila cinta dan haus akan perhatian sang Duke membuatnya terpaksa hidup di dalam raga tipe wanita yang sangat ia benci.
Author mencoba membuat cerita bertema Transmigrasi seperti ini. Author harap para readers menyukainya. Terima kasih dan selamat membaca
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Imelda Savitri, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
04
Simon masuk ke dalam kamarnya. "Nyonya. Makan malam sudah tersedia di ruang makan" Jelasnya. "Baiklah, aku akan keluar setelah aku mengganti pakaian ku" Ucap Katrina. Barulah Simon pamit undur diri keluar dari kamar. Setelah itu, Katrina segera menutup jendela karena langit yang sudah berwarna gelap ketika ia sempat melamun tadi. Lalu membuka lemari pakaian dan memilih pakaian yang akan ia kenakan.
Katrina melihat dengan jelas seberapa banyak gaun-gaun besar nan indah yang dimiliki oleh Duchess Luxio, namun warna setiap gaunnya benar-benar sangat menonjol dan... nyetrik. Ia tak menyangka, selera Duchess benar-benar mirip dengan selera jamet tapi versi premium nya? Gaun nya banyak yang mengembang dengan pernak pernik yang besar juga atau memiliki pita yang besar atau lengannya yang terlalu mengembang. Warnanya juga benar-benar hampir semuanya dominan dengan warna merah yang dipadukan dengan warna kuning cerah. Sungguh warna yang saling bertabrakan di mata Katrina.
Akhirnya ia memilih sebuah gaun panjang berwarna cream yang sudah nampak tua kemungkinan karena sudah sangat lama tak disentuh. Katrina memakai sendiri gaun itu, untungnya gaun itu tak perlu dipakai menggunakan korset. Lalu Katrina berdiri tepat di depan cermin besar seukuran tubuhnya, disitu ia bisa melihat dengan jelas bentuk tubuh serta wajah yang kini diisi oleh jiwanya.
Luxio ternyata benar-benar wanita yang cantik. Kulitnya yang putih dengan rambut panjang lurus berwarna orange bagai langit sore dipadukan dengan mata berwarna hijau yang menenangkan bila dilihat, tubuh langsing dengan lekukan sempurna mungkin efek sering memakai korset? Hidung mancung yang mungil serta bibir tipis yang merah alami bagaikan buah ceri dan terakhir, kulit putih bersih bagaikan susu dengan tubuh tinggi mungkin sekitar 160 cm pas atau lebih? "Sungguh suatu mahakarya yang sempurna" Batin Katrina.
Karena takut rambut panjang indah itu kotor ketika makan, Katrina memilih untuk menyanggul rambutnya dengan asal, tapi membuat dirinya semakim cantik saja ketika dilihat. Tak berapa lama, Katrina pun keluar dari kamar lalu menuruni setiap tangga hingga sampai di ruang makan sembari dituntun dengan Simon.
Di meja makan yang lebar dan panjang itu Katrina melihat banyak sekali makanan enak serta daging yang tersusun rapi di atasnya, bau harum dari makanan itu dengan cepat masuk ke dalam hidung Katrina. Simon mempersilahkan nyonya nya untuk duduk dengan menarik salah satu kursi dan mempersilahkan Katrina duduk.
Cukup lama Katrina duduk diam, belum menyentuh sendok maupun garpu sama sekali. Padahal perutnya sudah meronta-ronta minta diisi. "Nyonya, apa ada hal yang anda inginkan?" Tanya Simon. "Dimana Duke dan.... ketiga anak kembar ku?" Tanya balik Katrina. "Duke sedang tidak ada disini nyonya. Dan ketiga anak kembar anda saat ini berada di bawah sedang membersihkan kediaman ini seperti biasanya" Terang Simon.
"Apa Duke pernah datang kemari Simon?" Tanya Katrina lagi. "Sejak anda di pindahkan kemari Duke tidak pernah datang mengunjungi kediaman ini" Jawab Simon. "Dipindahkan?" Gumam Katrina. "Simon. Setelah aku selesai makan, kau temui aku di ruangan ku. Lalu, panggil ketiga anak kembarku kemari" Titah Katrina. Ia benar-benar harus memahami semua yang berkaitan dengan Luxio.
Beberapa saat ketiga anak kembar Luxio datang dengan memasang ekspresi takut, apalagi ketika mata salah satu dari mereka bertemu tatap dengan Katrina, ia langsung menunduk dengan tubuh yang gemetar. "Duduklah" Ucap Katrina, dan mereka bertiga langsung duduk, tapi di lantai dengan kepala yang masih tertunduk. Membuat Katrina mengerutkan dahi karena tidak menyangka dengan kesalah artian yang mereka maksudkan. Sementara Simon entah pergi kemana.
"Maksudku duduk di kursi" Ucap Katrina lagi. "Kali ini, siksaan apa lagi yang akan kau berikan pada kami?!" Teriak salah satu bocah laki-laki dari ketiga saudara itu dengan suara yang tercekat lalu mendongak dan bertemu tatap dengan Katrina. Dibalik tatapannya ada rasa sakit dan amarah yang sangat kuat dari manik matanya. Katrina melihat nya, tatapan dari seseorang yang menaruh dendam dan rasa benci yang besar. Ahh Katrina ingat dengan jelas memori lamanya dimana ia mendapat tatapan seperti itu juga yang dilontarkan oleh sahabatnya sendiri waktu masih berada di panti.
"Kau sungguh berani berteriak padaku?" Tanya Katrina santai namun terdengar kejam di pendengaran mereka bertiga. Katrina penasaran, sejauh mana mereka akan bertindak. "Aku tidak takut sedikitpun padamu! Meski kau setiap hari menyiksa kami, suatu saat ketika aku besar aku akan membalas siksaan yang kau berikan sebanyak dua kali lipat!" Balasnya dengan masih berteriak. "K-kakak hentikan, k-kau akan membuat ibu semakin marah" Ucap satu anak laki-laki lain menenangkan anak laki-laki yang marah itu. Sementara yang perempuan hanya duduk diam sembari menunduk dan memegang dengan erat kain yang saat ini tengah ia peluk di dekapannya. Samar-samar Katrina mendengar tangisan yang tertahan dari anak perempuam itu.
"Oke, aku akan menunggu pembalasan mu ketika besar nanti. Tapi sebelum itu kau harus duduk di kursi lalu makan dengan banyak agar kau cepat besar dan membalasku" Ucap Katrina dengan mantap. Membuat kedua anak lainnya mendongak menatapnya. Ketiga anak itu seketika memasang ekspresi heran mendengar kalimat dari ibunya yang kejam.
Anak kecil yang perempuan seketika berdiri lalu hendak melangkah mendekati kursi namun tangannya langsung ditahan oleh anak laki-laki yang berteriak marah tadi. "Jangan dik, aku tahu permainannya kali ini. Dia pasti menaruh racun pada makanan itu agar kita cepat mati di tangannya" Jelasnya dan Katrina bisa mendengar dengan jelas kalimat nya.
"Lancar juga ngomongnya, padahal masih bocil" Batin Katrina. "Tenang saja, tidak ada racun di dalam makanan itu" Jelas Katrina. Namun anak itu masih tidak membiarkan adiknya untuk duduk dan memakan makanan itu. "Kau pikir kami akan percaya hanya dengan ucapan mu itu" Balas anak laki-laki yang berani itu. "Ck ck, ck mulutnya.... pengen kusentil" Batin Katrina.
Lalu Katrina mengambil sepotong paha ayam yang terlihat enak di mata ketiga anak itu. Katrina mencium baunya lalu menggigitnya. "Enaknya~" Ucapnya, membuat ketiga anak itu tanpa sadar menelan ludah melihat Katrina menggigit paha ayam yang nya benar-benar harum dan menusuk hidung mereka sejak tadi. Dalam hatinya Katrina tertawa puas melihat ekspresi mereka yang hampir meneteskan air liur. "K-kakak, aku lapar" Ucap anak perempuan itu sambil menitikkan air mata. Selama ini mereka hanya makan roti keras yang hambar dan kadang makan roti yang sudah basi, mereka juga setiap hari hanya makan makanan bekas yang sudah dibuang.
ga selidiki lebih dulu ke akar2 nya ujung2 nya percaya sama ulet Keket si selir tuhh
kalau sudah tahu kebenarannya nah nyeseeelllll alamatnya 😂😂😂
lanjut thor
semoga menyesal nanti nya ... dan menyesal pun ga ada gunanya .... mamam tuh selir sampah ...