Desi seorang gadis cantik yang berasal dari kampung. umurnya masih 18 tahun tetapi ia sudah memutuskan untuk merantau ke kota jakarta sendirian demi mencari pekerjaan. 18 tahun cukup muda kan? yeah... dari kecil Desi sudah dididik menjadi anak yang mandiri. di karenakan Desi lahir dikeluarga yang serba kekurangan, gadis itu hanya mampu menyelesaikan pendidikannya sampai kelas 6 SD saja. ia tidak punya cukup biaya untuk melanjutkan pendidikannya ketingkat selanjutnya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Alin26, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Kendra nangis ditinggal desi
Hari ini Kendra dikejutkan karena Desi tiba-tiba meminta izin padanya kalau ia akan pulang ke kampung.
"Kenapa kamu mau pulang secepat ini?" lirih Kendra seraya menatap Desi dengan tatapan yang memelas. Sungguh, Kendra tidak rela jika gadis nakalnya itu akan pulang ke kampung halamannya.
"Ayahku sakit, Tuan. Aku harus segera pulang. Kasihan Ibu jika harus mengurus Ayah sendirian," ujar Desi terlihat sibuk mengemasi barang-barangnya ke dalam koper.
"Kamu akan kembali kan?" tanya Kendra memastikan.
"Kalau Ayah sudah sembuh pasti aku akan kembali, Tuan," jawab Desi.
Kendra pun bernafas dengan lega ketika mendengar jawaban dari gadis nakalnya itu. Ia pun berjalan menuju meja nakas yang berada di samping tempat tidur lalu mengambil segepok uang berwarna merah yang ada di dalam laci.
"Ini untukmu," ucap Kendra memberikan uang tersebut pada Desi.
Desi yang menerima uang tersebut pun merasa sangat terkejut. "Ini terlalu banyak, Tuan!" pekik Desi.
"Anggap saja itu gaji kamu selama dua minggu bekerja di sini, gadis nakal," ujar Kendra sembari mengusap kepala Desi dengan sangat lembut.
GREP-!
Kendra langsung terdiam ketika Desi tiba-tiba memeluknya dengan sangat erat.
"Terimakasih, Tuan. Tuan sangat baik padaku. Aku jadi bingung harus membalas dengan apa," lirih Desi. Setelah mengucapkan kalimat itu, Desi pun melepaskan pelukannya.
Desi pun keluar dari kamar sembari membawa kopernya. Kendra yang tak rela Desi segera pergi, lantas mengikutinya dari belakang.
Di depan mansion.
"Aku pulang dulu ya, Tuan," ucap Desi berpamitan pada Kendra.
Kendra pun menganggukan kepalanya dengan lesu yang membuat Desi terkekeh ketika melihatnya.
"Tuan sedih aku pulang?" tanya Desi.
"Sedih banget, gadis nakal," jawab Kendra mulai menangis.
"Ya ampun, Tuan. Kenapa nangis sih?" Desi segera memeluk Kendra berusaha menenangkan Tuannya itu agar tidak menangis lagi.
"Aku bakal kangen banget sama kamu. Cepat pulang dari sana, gadis nakal," isak Kendra membalas pelukan Desi dengan sangat erat yang membuat Desi hampir kehabisan nafas.
"Iya, Tuan ...." Desi pun hanya bisa pasrah ketika Kendra memeluknya lama sekali.
Beberapa menit kemudian.
"Tuan, mobilnya sudah siap." Tiba-tiba Sam datang menghampiri kedua sejoli yang masih asik berpelukan itu.
Mendengar hal tersebut, Kendra pun segera melepaskan pelukannya. "Hati-hati di jalan, gadis nakal," ucap Kendra memberikan kecupan terkahir di kening Desi.
Desi pun hanya bisa menganggukan kepalanya dan mulai berjalan mengikuti Sam menuju mobil. Sam yang akan mengantar Desi pulang ke kampungnya.
Mobil mulai melaju meninggalkan pekarangan mansion. Setelah mobil menghilang dari pandangannya, Kendra pun berbalik dan hendak masuk ke dalam mansion itu.
"Ciee ... Ciee ... Ditinggal Desi pulang kampung!" ledek Kiara yang sedang berdiri di depan pintu.
"Diam!" sentak Kendra dengan kesal.
"HAHAHAHA, DASAR BUCIN!"
__________________________
Di sebuah kampung Dukuh di Jawa Barat.
"Terimakasih, Sam," ucap Desi berterima kasih karena Sam sudah mengantarnya sampai tiba di kampung halamannya.
"Sama-sama, Nona. Ngomong-ngomong di mana letak rumah Nona?" tanya Sam sembari celingak-celinguk. Sam dapat melihat di kampung itu terdapat banyak sekali rumah-rumah yang kecil dan juga sederhana.
"Rumahku masuk lorong, Sam," jawab Desi dengan senyuman manisnya.
"Masuk lorong?" ulang Sam yang segera dibalas anggukan kepala oleh Desi. "Sini saya bantu angkat kopernya, Nona."
"Nggak usah, Sam. Lagian koperku cuma satu doang dan isinya nggak terlalu banyak kok jadi nggak berat. Kamu pulang aja, Sam. Oh ya, titip salam ya sama Tuan Kendra," ujar Desi.
"Baik, Nona." Sam pun hanya bisa pasrah.
"Hati-hati di jalan ya, Sam," ucap Desi sembari berbalik. Ia pun berjalan menuju lorong sempit yang ada di sana. Sedangkan Sam langsung tancap gas untuk pulang ke kota Jakarta.
________________________
Tok-! Tok-! Tok-!
CEKLEK.
Pintu terbuka yang membuat Desi langsung terkejut ketika melihat siapa yang sedang membuka pintu.
"Ayah?!" pekik Desi.
"Desi? Kamu sudah pulang, Nak? Kenapa nggak beri tahu Ayah kalau kamu akan pulang?"
"Loh? Kata Ibu, Ayah sedang sakit makanya Desi langsung pulang. Tapi dilihat-lihat, kondisi Ayah sehat bugar?"
"Kapan Ayah sakit? Ayah baik-baik aja kok. Ayah masih sehat, nggak pernah sakit-sakitan," ujar Ayah Dhaniswara.
"Berarti Ibu bohong dong sama Desi?" sungut Desi dengan wajah cemberut.
"Emang Ibu bohong sama kamu," jawab Ibu Juwita yang tiba-tiba muncul di belakang Ayah Daniswara.
"Kenapa Ibu melakukan ini? Aku sampai panik loh waktu dengar Ayah jatuh sakit! Kok Ibu tega banget sih," rengek Desi sembari menghentak-hentakkan kakinya dengan kesal.
"Ya karna Ibu mau menjodohkan kamu. Kalau Ibu bilang mau menjodohkan kamu, kamu pasti tidak mau pulangkan?"
"APA?!"