Demi menyelamatkan perekonomian keluarganya, Herlina terpaksa menikah dengan Harlord, seorang CEO muda yang tampan, namun terkenal dengan sifat dingin dan kejam tanpa belas kasihan terhadap lawannya.
Meski sudah menikah, Herlina tidak bisa melupakan perasaannya kepada George, kekasih yang telah ia cintai sejak masa SMA.
Namun, seiring berjalannya waktu, Herlina mulai terombang-ambing antara perasaan cintanya yang mendalam kepada George dan godaan yang semakin kuat dari suaminya.
Harlord, dengan segala daya tariknya, berhasil menggoyahkan pertahanan cinta Herlina.
Ciuman Harlord yang penuh desakan membuat Herlina merasakan sensasi yang tak pernah ia bayangkan sebelumnya.
"Entah kenapa aku tidak bisa menolaknya?" Herlina terperangah dengan perasaannya sendiri. Tanpa sadar, ia mulai menyerahkan diri kepada suami yang selalu ia anggap dingin dan tidak berperasaan.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Noona Y, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 14
Esok harinya.
Dok..
Dok..
Dok..
Herman sedang menutup jendela kamar Herlina dengan kayu dan paku. Setiap ketukan paku di dinding terasa begitu berat. Tapi hal ini yang harus dilakukan. Demi kebaikan keluarganya, Herman takut kalau Herlina nekad kabur lewat jendela.
“Maafkan Papa, Nak,” ucap Herman pelan.
Herlina hanya bisa merengut pasrah melihat tindakan ayahnya ini.
Setelah selesai menutup jendela dengan kayu, Herman berbicara empat mata dengan putrinya.
"Apa kamu dan George sudah putus?"
Herlina menggelengkan kepala, ia enggan menjawabnya langsung.
Herman mendesah kesal, "Segera putuskan hubunganmu sama si George yang pengangguran itu, karena sebentar lagi kamu akan menikah dengan Harlord. Papa gak mau lagi lihat kamu berhubungan sama dia, mulai sekarang kamu tidak boleh pergi kemana-mana sendirian harus selalu sama papa atau mama, kamu mengerti Herlina!!" ucap Herman penuh penekanan, membuat putrinya bergidik takut. Herlina hanya bisa duduk pasrah diatas ranjang sambil cemberut dan melipat kedua tangannya.
"Nak... Semua ini kami lakukan demi masa depan kamu, Mama dan Papa hanya ingin kamu hidup bahagia bukan menderita." ucap Herman pelan, kali ini mencoba memberikan pengertian pada putri semata wayangnya.
Mendengar ucapan ayahnya Herlina kembali menangis, saat ini dirinya merasa seperti burung dalam sangkar yang tak bisa terbang bebas tinggi ketempat yang ia inginkan.
Herman yang melihat kesedihan putrinya hanya bisa pasrah dan meninggalkan Herlina sendirian di kamarnya.
Setelah beberapa saat tangisan Herlina mulai mereda, kepalanya jadi terasa pusing, mau berkata apa dia pada George kalau misalkan bertemu. George pasti akan sangat kecewa padanya karena sudah mengkhianati perasaan cintanya.
****
Malam harinya.
Harlord mengajak calon istri dan kedua calon mertuanya makan malam di sebuah bar dan restoran yang sedang ramai didatangi banyak orang dari kalangan atas.
Begitu mereka melangkah ke dalam, suasana langsung menyambut mereka dengan hangat. Alunan musik band yang sedang dimainkan di atas panggung menyebar ke seluruh ruangan, menciptakan atmosfer yang penuh keceriaan. Para pengunjung yang duduk di meja tampak asyik menikmati makanan dan minuman, sementara yang lainnya berdansa mengikuti irama musik yang asyik.
"Wah, ramai sekali ya!” seru Herman, terkesan dengan suasana yang riuh.
“Seru, ya? Musiknya juga enak,” tambah Liana sambil menatap panggung, di mana band itu memainkan lagu-lagu yang familiar namun penuh energi.
"Silahkan sebelah sini tuan." seorang pelayan dengan sigap membawa mereka duduk di meja VIP tempat yang sangat pas untuk menonton pertunjukan diatas panggung.
Saat Herlina duduk dan melihat panggung, matanya terpaku pada sosok yang sedang berdiri di atas panggung, memegang gitar.
"George!!" kejut Herlina saat melihat kekasih sedang menyetel gitar diatas panggung Restoran.
Tentu saja itu membuat Harlord dan kedua orangtuanya menoleh ke arah sana.
"Herlina." sapa George dengan riang gembira, sembari melambaikan tangan pada kekasihnya.
Deg!
George mendekat, membuat Herlina jadi kalang kabut, ia merasa gugup sejadi-jadinya. Sekilas ia melirik pada Harlord, namun terlihat raut wajah Harlord yang nampak tidak senang saat melihat George datang menghampiri.
"Herlina cintaku..., aku rindu sekali padamu, akhir-akhir ini kenapa kamu gak membalas surat dariku, aku jadi khawatir." seru George langsung menggenggam kedua tangan Herlina, tanpa menghiraukan kehadiran Harlord maupun kedua orangtuanya Herlina.
"Ehem!!" Herman berdehem, dan menepis genggaman tangan George dari tangan putrinya.
"Ma... Maaf Om!! Saya terlalu fokus melihat Herlina, sampai gak sadar ada om dan Tante juga. Apa kabar om, Tante lama gak ketemu, hehehe." sapa George yang baru sadar, ia menggaruk tengkuk yang tak gatal.
"Kenalkan George! ini Harlord calon suami Herlina." ucap Liana dengan lantang memperkenalkan calon menantunya, berharap agar George segera mengakhiri hubungan cinta monyet dengan putrinya.
Kedua mata Herlina langsung tertuju pada Harlord dan George, yang tampak saling menatap sejenak, terkejut dengan perkenalan mendalam yang tak terduga itu.
George hanya terpana, matanya menatap Harlord dengan penuh rasa ingin tahu, namun ada sedikit ketegangan di wajahnya.
"Ca... Calon suami!!" George sangat terkejut, lalu menatap Herlina dengan raut wajah kecewa.
"George... Maafkan aku." Cicit Herlina dengan mata berkaca-kaca.
Harlord tersenyum licik saat melihat situasi ini, ia memang sengaja membawa Herlina ke tempat kerja kekasihnya.
.
...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...
#TERIMAKASIH SUDAH MEMBACA ❤️❤️❤️
**Jangan lupa meninggalkan jejak kebaikan dengan Like, Subscribe, dan Vote ya...~ biar Author makin semangat menulis cerita ini, bentuk dukungan kalian adalah penyemangat ku...😘😘😘**