Demi menjaga nama baiknya sendiri Aylin sampai rela terjerat dosennya yang galak.
"Pak Aland = Sialand." Aylin.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Lunoxs, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
TDG Bab 32 - Keputusan Mama Berta
Tak ada jawaban dari pertanyaan Aland yang terakhir. Aylin ingin mereka menjaga jarak, tapi hatinya tak bisa dipungkiri jika ingin selalu dekat.
Tapi saat ini Aylin lebih mendengarkan akalnya dibandingkan hati. Jadi akhirnya Dia turun dari mobil itu di saat suasana masih terasa dingin.
Aland pergi setelah memastikan Aylin masuk ke dalam rumah.
"Apa sedang ada masalah di kantor?" tanya mom Aresha pada Aylin, makan malam ini Aylin terlihat pendiam sekali, entah ke mana hilangnya Aylin yang barbar.
"Tingkahmu seperti sedang patah hati Ay," celetuk kak Naina.
Nicholas dan Nathan langsung menatap ke arah adiknya tersebut, curiga Aylin sudah memiliki pacar. Meskipun mereka berdua nampak acuh tapi Nick dan Nathan tidak ingin sang adik memiliki hubungan dengan orang yang salah.
Siapapun kekasih Aylin harus dikenalkan lebih dulu pada mereka.
"Kamu sudah punya pacar?" tanya Nathan langsung, membuat Aylin gelagapan sendiri.
"Tidak! Mana ada pacar! Aku hanya sedang pusing masalah pekerjaan, senin besok aku diajak ke proyek, jadi banyak yang harus aku kerjakan sekarang," kilah Aylin, akhirnya bicara banyak setelah tadi banyak diam.
Nathan langsung percaya dan kembali melanjutkan makan malamnya, tapi kak Naina masih menatap penuh curiga pada sang adik ipar.
Kecurigaannya muncul sejak Aylin pulang dengan membawa bunga mawar merah kemarin.
Setelah makan malam Aylin langsung kembali ke kamarnya, melihat ponsel dan sudah ada satu pesan masuk dari sang dosen.
'Besok pagi aku jemput di tempat biasa,' tulis Aland.
Aylin membuang nafasnya dengan kasar, dia pilih untuk lebih dulu duduk di tepi ranjang sebelum membalas pesan tersebut. Menimbang-nimbang Bagaimana baiknya tentang hubungan mereka berdua.
"Kenapa aku jadi seperti ini?" gumam Aylin, tidak bisa dia pungkiri bahwa kini telah mulai menggunakan hati.
"Aku harus kembali ke posisi semula, hubungan kami bukanlah hubungan yang nyata," ucap Aylin, coba meyakinkan hatinya sendiri.
Aylin bahkan melepaskan gelang pemberian sang dosen dan menyimpannya di laci nakas.
Setelahnya dia pun membalas pesan singkat tersebut. 'Tidak usah Pak, besok aku akan mulai membawa mobil,' balas Aylin.
'Baiklah.' jawab Aland singkat dan membuat Aylin mencebik.
Ingin menangis tapi tidak tahu apa alasannya. Pusing sendiri.
Malam yang galau akhirnya berlalu, Aylin benar-benar membawa mobil untuk pergi ke kantor hari ini.
Jam 8 dia sudah duduk di meja kerja, melihat ke ruangan sang bos dan tidak melihat pak Aland di sana.
Seharian ini Aylin menyibukkan diri dengan pekerjaan, meski beberapa kali memeriksa ponselnya berharap ada pesan masuk dari sang dosen.
Jam 11 siang, akhirnya pesan yang Aylin tunggu-tunggu datang juga.
'Kamu makan siang dimana? Mau aku temani?' tanya Aland, kemarin secara tidak langsung mereka memang sudah sepakat untuk memberi jarak. Tapi Aland tetap harus memastikan bahwa Aylin baik-baik saja, Karena itulah dia terus memberikan tawaran seperti ini.
Setidaknya dengan cara inilah dia mengucapkan terima kasihnya karena Aylin masih mau membantunya untuk menolak perjodohan mama Berta.
'Aku akan makan dengan Nora, Pak,' balas Aylin, dia pilih untuk menjawab seperti ini.
'Baiklah,' jawab Aland.
Huh! Jangan galau-galau Aylin, ayo fokus kerja. Batin Aylin kemudian.
Hari Sabtu ini sekalipun mereka tidak bertemu.
Hari Minggu Aland mengunjungi rumah kedua orang tuanya sesuai kesepakatannya dengan Aylin kemarin.
"Kenapa kamu datang sendiri? Dimana Aylin?" tanya mama Berta, padahal semua keluarga sudah siap menyambut.
"Aylin tidak ingin datang Ma. Dia tidak ingin dipaksa untuk segera menikah. Lagipula kami memang belum berniat untuk menikah," jelas Aland apa adanya.
"Ya ampun Al, Apa kamu tahu jika jawabanmu itu membuat Mama terluka?" balas mama Berta.
Aland terdiam.
"Apa salahnya menikah sekarang? tidak akan mengganggu pekerjaan kalian berdua." tanya mama Berta lagi.
"Aylin masih muda Ma, dia juga baru lulus kuliah. Aku tidak ingin memaksanya."
"Kalau begitu putuskan Aylin, menikah dengan gadis pilihan Mama."
"Kenapa buru-buru sekali? Mama adalah yang paling tahu bahwa aku belum ingin menikah."
"Pikiran Oma Hazel Al," balas mama Berta dengan lirih. Di usia senja sang nenek hanya ingin melihat Aland menikah. Tapi keinginan itu saja tak mampu dipenuhi oleh Aland.
"Aku tidak akan menikah jika bukan dengan Aylin, jika mama tidak setuju dengannya, maka jangan paksa aku menikah dengan orang lain." Balas Aland.
"Mama bukanya tidak setuju Al, mama hanya ingin kalian segera menikah."
"Ma, Aylin masih muda, aku mohon mengertilah."
"Kamu mengerti Aylin, tapi tidak mengerti nenekmu sendiri. Jika Aylin tidak ingin menikah, mama akan tetap mencarikan mu jodoh," putus mama Berta tak bisa diganggu gugat.
"Mama beri waktu 1 bulan untuk kamu meyakinkan Aylin. Selebihnya biar Mama yang atur," putus mama Berta.