NovelToon NovelToon
SETELAH KAU JANDAKAN

SETELAH KAU JANDAKAN

Status: sedang berlangsung
Genre:Identitas Tersembunyi / Penyesalan Suami
Popularitas:836k
Nilai: 4.8
Nama Author: Mama Mia

Ina meninggalkan keluarganya demi bisa bersama Ranu, dengan cinta dan kesabarannya, Ina menemani Ranu meski masalah hidup datang silih berganti.

Setelah mengarungi bahtera selama bertahun-tahun, Ranu yang merasa lelah dengan kondisi ekonomi, memutuskan menyerah melanjutkan rumah tangganya bersama Ina.

Kilau pelangi melambai memanggil, membuat Ranu pun mantap melangkah pergi meninggalkan Ina dan anak mereka.

Dalam kesendirian, Ina mencoba bertahan, terus memikirkan cara untuk bangkit, serta tetap tegar menghadapi kerasnya dunia.

Mampukah Ina?
Adakah masa depan cerah untuknya?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Mama Mia, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

10

“Siapa, Na?”

Bu Hindun meletakkan kembali irisan mangga muda yang baru saja dia colekkan ke dalam sambal gula merah. Menuang segelas air dari teko yang ada di hadapannya kemudian menenggaknya hingga tersisa separuh.

Wajah wanita tua itu tampak merah bercucur keringat. Airmatanya jatuh berlinang seiring mulutnya yang mendesis ‘huh hah’ akibat sensasi pedas yang baru saja dia nikmati.

“Gak tahu, Bi.” Ina mengunyah cepat-cepat potongan nanas berbalut sambal di dalam mulutnya. Lalu segera beranjak menuju wastafel untuk membersihkan tangan.

“Ina ke depan dulu.” Tanpa menunggu jawaban dari bibinya Ina melangkah kan kakinya menuju ke depan rumah.

“Cepat kemasi barangmu, ayo pulang sekarang!”

Ina yang baru saja sampai di teras menghentikan langkahnya.

“Mas Ranu?” Gumamnya. Terlihat olehnya suaminya berada di halaman, dengan posisi duduk di atas jok sepeda motor matic. Ina memperhatikan sepeda motor itu yang tampak masih baru. Apa suaminya baru saja membeli sepeda motor?

Tapi bukan itu yang mengganggu pikiran Ina. Tapi suaminya itu yang tetap bertengger di sana. Apa pria itu sudah kehilangan rasa sopan santunnya? Apa tidak bisa turun sebentar dan berbasa-basi dengan pemilik rumah. Padahal pemilik rumah ini adalah bibi mertuanya, tempat di mana dia melamarnya dulu.

“Ngapain sih dijemput segala, Mas?” Entah kenapa Ina merasa tidak suka suaminya berada di sana. Kalau dia dijemput berarti dia pasti akan disuruh untuk pergi ke rumah ibunya dan akan kembali dijadikan babu di sana. Sudah susah payah menghindar, Apa artinya jika sekarang harus tetap kembali ke sana.

“Kamu itu gimana sih? Masa iya aku pulang ke rumah, dan kamu malah di sini? Sudah sana nggak usah lama-lama.” Sentak Ranu. Tidak suka karena istrinya mulai membantah.

Ina mendengus kesal, mau tak mau dia harus ikut. Sebenarnya wanita itu enggan pulang. Tapi jika dia tak ikut dengan suaminya sekarang, lelaki itu pasti akan membuat keributan. Dia yang merasa tidak enak jika nantinya banyak tetangga bibinya yang akan bergunjing.

Dengan menghentakkan kakinya Ina pergi ke belakang rumah untuk mencari Andri.

“Kamu jemput Ina karena kamu pulang atau karena mau kamu jadikan babu di rumah ibumu?” Bu Hindun juga terlihat tidak suka akan keberadaan Ranu di depan rumahnya.

Apalagi melihat pria itu yang sekarang terkesan angkuh dan sombong. Baru naik sepeda motor matic saja sudah gaya seperti itu. Apa dia lupa, kalau paman mertuanya bahkan punya mobil Pajero?

Apalagi Bu Hindun bisa menebak, pasti motor Ranu itu hasil mengemis pada istri mudanya.

“Ina itu istriku. Jadi dia punya kewajiban untuk menurut padaku. Bibi itu cuma orang luar, jadi hak usah ikut campur!”

“Oh, tidak bisa. Sebelum jadi istrimu Ina itu sudah lebih dulu menjadi keponakanku. Dan ingat, bagaimana dulu Kamu berjanji akan membahagiakan Ina saat kamu melamarnya di sini. Tapi kebahagiaan apa yang Ina dapatkan. Ina hanya dijadikan budak oleh keluargamu.”

Ranu berdecih sinis. “Oh aku tahu sekarang, rupanya Bibi yang sudah menghasut istriku untuk menjadi pembangkang.” Ucapnya.

“Sudah, Bi. Gak usah ladeni dia. Aku pulang dulu ya. Lain kali aku main kesini lagi,” ucap Ina yang baru datang sambil menggandeng Andri. Dihampirinya bibinya untuk bersalaman.

“Bu, Andri kan masih mau main di rumah mbah Uti.” Andri protes karena dia sedang asyik main dan mencari jangkrik di kebun lalu tiba-tiba dipanggil oleh ibunya.

“Kapan-kapan kalau Andri libur kita main ke sini lagi ya, Sayang. Sekarang kita pulang dulu. Ada ayah loh. Katanya Andri mau ketemu ayah.” Ina mencoba membujuk putranya. Entah perasaannya saja, atau memang benar begitu adanya. Tapi wanita itu merasa anaknya bersikap cuek pada ayahnya.

“Rujakmu gimana, Na? Bawa nasi sama lauk juga kalau mau pulang. Nanti di sini siapa yang habiskan. Biar nanti di rumah gak usah masak!” Bu Hindun menarik tangan Ina yang mau berjalan ke arah Ranu. Ina pun mau tak mau mengikuti bibinya ke dalam.

“Tsk,,, ribet amat sih. Kenapa gak dari tadi bungkus makanan. Bikin lama saja.” Ranu terus saja ngedumel, tanpa tahu jika Andri yang sudah duduk di boncengan sedang mengepalkan tangan.

Beberapa menit kemudian ina datang dengan sebuah kantong kresek di tangan. Bibinya menyuruhnya membawa tas dan rantang. Tapi dia yang enggan. Setiap kali dia membawa sesuatu dari rumah bibinya, barang itu selalu raib tak berbekas.

Lalu nanti kalau dia sedang ke rumah ibu mertuanya, entah untuk bantu-bantu atau apa, baru dia melihat barang itu berada di sana. Dia malu pada Bi Hindun. Keluarga suaminya benar-benar parasit nomor wahid.

“Pegangan jok saja, Na. Gak usah pegang pinggang.” Baru saja Ina mau naik ke atas boncengan, Ranu sudah mengultimatum.

“Jangan khawatir, Mas. Aku juga tidak se-ingin itu kok buat megang kamu!” Kalau Ranu bisa sarkas Ina juga bisa. Bahkan lebih dari itu pun bisa. Hanya saja dia masih memikirkan andri yang sedang berada di tengah mereka.

Ada rasa sakit yang coba Ina tahan. Sikap Ranu sudah benar-benar berubah 180 derajat. Dulu saat mereka masih baru menikah, setiap kali berboncengan, ranu yang meraih tangan Ina dan dilingkarkan di pinggangnya. Tapi sekarang hal seperti itu sudah tidak ada lagi.

Empat puluh lima menit perjalanan, mereka sampai juga di rumah.

“Lama banget sih, Yank!” Baru saja Ina turun dari boncengan suaminya, telinganya mendengar suara seruan dari dalam rumah. Wanita itu terbelalak tak percaya. Bagaimana bisa suaminya membawa istri mudanya ke rumah mereka.

Apa suaminya itu benar-benar sudah tidak memikirkan perasaannya. Oke kalau hanya dia saja tidak masalah, lalu bagaimana dengan Andri? Anaknya itu pasti akan benar-benar terpukul melihat ayahnya pulang dengan membawa istri baru.

“Andri masuk dulu, Bu!”

Ina melihat putranya yang berlari masuk ke dalam rumah. Bahkan sebelum dia sempat menjawab iya. Ina merasakan dadanya yang begitu sakit. Bukan dirinya sendiri yang dia pikirkan.

“Itu tadi anak kamu, Mas? Kok dia nggak sopan gitu sih? Harusnya dia itu tadi salim dulu sama aku. Apa matanya itu buta sampai tidak bisa melihatku yang sebesar ini? Atau mungkin ini ajaran istri kamu itu?”

Ina mendelik mendengar ucapan Siska. Sepertinya wanita itu mencoba untuk memanas-manasi hati suaminya.

“Entahlah. Aku juga tidak tahu bagaimana cara Ina mendidiknya.”

Belum hilang kekesalan Ina karena ucapan Siska, suara Ranu membuatnya lebih kesal lagi.

“Andri itu dari tadi di rumah Bibi juga belum Salim sama aku loh, Na. Padahal dulu dia selalu salim.”

“Oh, mungkin Andri lupa kalau dia punya ayah, Mas. Kan ayahnya nggak pernah pulang?” Ina langsung menyusul antri yang masuk ke dalam rumah, tanpa mempedulikan suaminya yang mungkin saja sedang mengumpat kesal.

Ina memang tidak suka dengan sifat putranya yang seperti itu, tetapi dia juga tidak bisa menyalahkan putranya, mungkin saja putranya itu sudah terlalu lama memendam kekecewaan terhadap ayahnya. Hingga kini berubah menjadi anak yang pembangkang. Tapi baginya Andri bukan pembangkang. Andri hanya sedang kecewa.

“Lihat tuh, istrimu sama sekali gak sopan.Masa aku dilewati gitu aja.”

Ina masih bisa mendengar Siska yang menggerutu, protes pada suaminya atas sikapnya barusan. Tapi dia juga tidak peduli. Lebih penting baginya untuk menenangkan Andri.

Sesampainya di kamar Andri, Ina bisa melihat putranya itu sedang berbaring tengkurap memeluk guling. Ina mendekat lalu duduk di tepi ranjang. Diusapnya punggung putranya. Dia tidak tahu harus bicara apa untuk menghibur putranya.

***

“Na, mana lauknya. Masa cuma nasi doang?” Seru Ranu yang baru saja membuka tudung saji dan tidak mendapati apapun.

“Emang kamu ngasih uang belanja, Mas?” Ina yang baru saja datang dari dapur menjawab santai.

“Kamu tadi kan bawa lauk dari tempat Bibi kamu, Na? Itu lah buat kita makan dulu. Masa harus nunggu belanja dulu?” Ranu terlihat gusar.

“Sudah habis, Mas. Sudah aku makan sama Andri. Kan aku bawa cuma sedikit, Mas juga lihat kan tadi? Aku cuma bawa kresek kecil dari sana.” Ina memang sengaja mengajak anaknya makan duluan. Dia tak mau anaknya melihat drama antara ayah dan istri barunya. Setelah itu dia menyuruh anaknya untuk pergi bermain.

“Kamu itu benar-benar keterlaluan. Apa seperti ini sikap istri yang baik? Mana ada istri makan dan membiarkan suaminya kelaparan. Mau jadi istri durhaka kamu?”

Ina tergelak lucu mendengar ucapan suaminya. “Suaminya yang seperti apa dulu, Mas. Kalau suaminya baik pekerja keras sayang istri sayang anak, rajin ngasih nafkah. Memang dosa aku berbuat seperti itu. Tapi kalau suaminya kayak Kamu sepertinya nggak deh.” Ina segera pergi dari tempat itu, enggan berdebat lagi. Lebih bermanfaat baginya menyiangi kangkung di kebun belakang.

“Istri tuamu itu ternyata menyebalkan ya, Mas. Pantas saja kalau ibumu tidak suka.” Siska mengomel kesal.

Ina menggedikkan dua bahu sambil mencebikkan bibir mendengarnya. “Ora penting,” gumamnya.

“Terus sekarang kita makan apa dong. Masa harus pergi belanja dulu. Aku juga kan gak bisa masak, Mas?” lanjut Siska.

“Ya udah deh, kamu bikin mie instan aja dulu. Buat ganjal perut. Nanti sore kita ke rumah ibu!” ujar Ranu. Dia juga sedang menahan lapar sekarang.

Dengan bibir maju sepuluh centi, Siska berjalan menuju dapur. Merebus tiga gelas air yang dia ambil dari ember kecil yang ada di dekat rak piring. Ranu datang membantu membuka kemasan mie instan yang baru dia ambil dari lemari dapur.

Ina yang belum benar-benar pergi mengintip mereka dari celah dinding kayu yang sedikit berlobang. Dipegangnya dadanya yang terasa sesak. Sebelas tahun mereka menikah, Ranu tak pernah sekalipun ikut andil dalam pekerjaan dapur. Kini hanya merebus mie instan saja mereka lakukan berdua. Sakit, jujur dia merasa sakit.

Lima menit mereka selesai membuat mie. Ina bisa melihat, Ranu yang membawa panci kecil berisi mie yang masih mengepulkan asap. Sedang Siska terlihat mengambil sebuah piring. Mungkin mereka akan makan sepiring berdua. Setitik air lolos dari sudut matanya. Mereka sangat romantis, bukan?

“Sini, Yank. Ditambah nasi biar kenyang.” terdengar suara Ranu yang begitu mesra.

Di tempat persembunyiannya ina tersenyum menyeringai.

Bibir padatnya bergumam,

“Selamat menikmati!!!”

1
Sukhana Ana lestari
Maaf lg gk sempet komen thor.. Vote mendarat biar ttp semangat up-nya Thor 🙏🏻🙏🏻😘😘😘💪🏻💪🏻💪🏻
〈⎳Mama Mia: woles mawon mbak yu😘.
kadang aku sendiri juga kalo LG sibuk sampe komen numpuk gak iso balesi kabeh
total 1 replies
Jenong Nong
meskipun harta sdh kembali semoga kalian bertobat tdk sombong dan angkuh seperti dulu... ❤❤🙏🙏
〈⎳Mama Mia: semoga
total 1 replies
Rabiatul Addawiyah
Lanjut thor 🙏
〈⎳ Moms TZ
sakit tanpa lukaaaa
sakitnya tiada obatnya
〈⎳Mama Mia: sakitnya tuh di sini /Sob//Sob//Sob/
total 1 replies
〈⎳ Moms TZ
harusnya kalian bersyukur, ada hikmah dibalik semua ini
〈⎳Mama Mia: nah betul tuh
total 1 replies
〈⎳ Moms TZ
sudah jinak ternyata
〈⎳ Moms TZ
apalah diriku, hari ini rasanya enak, besok udah beda rasa 🤦
〈⎳Mama Mia: apalah aku, Yo gak pinter masak
total 1 replies
〈⎳ Moms TZ
padahal ngolah bekicot itu susah banget, apalagi baunya,,,,uhhhh. klo gak pinter ngolahnya gak enak
〈⎳Mama Mia: aku hampir tiap hari ngolah mbak
tp ya itu, harus ekstra bersih nyucinya. beda sama keong
total 1 replies
Jenong Nong
bgtulah setelah tiada baru berasa kehilangan... ❤❤🙏🙏
〈⎳Mama Mia: kalau sudah,,, tiada,,, baru teraaasaaa💃💃💃
total 1 replies
Rabiatul Addawiyah
Lanjut thor
〈⎳Mama Mia: sudah up loh kak, bab84
total 1 replies
Lita Yunata
Luar biasa
kaylla salsabella
Alhamdulillah Sandy sudah mengembalikan harta milik Bu Rahayu .....dan semoga harta mereka gak bikin rebutan
Ami Aja
wah,untung si Ranu GK jadi bundir disawah,buah dari kesabarannya membawa berkah
semoga semuanya menjadi lebih baik kedepannya,dan bisa hidup dengan damai
〈⎳Mama Mia: Aamiin
total 1 replies
Nar Sih
semoga dgn di kembalikan harta kalian tdk membuat kalian sombong lgi harus bnr,,tobat
Patrick Khan
ayo smw berubah lah.. tobat.. jgn abis terima uang trs berulah lg.. gunakan sebaik mungkin..
. apa boleh pinjam 100 nu🤣🤣🤣
Patrick Khan: heheheh..
〈⎳Mama Mia: aku susah banget. pdhl makan banyak. dikeroyok cacing kali ya😂😂
total 9 replies
Ami Aja
kok GK lanjut pas Ranu mau nyari bekicot itu,padahal penasaran,taunya selamat ya dia
kaylla salsabella
sabar ya Ina dan keluarga serta Ranu dan keluarga juga semoga badai cepet berlalu
kaylla salsabella
mungkin author lagi sibuk .....dan punya kepentingan jadi kita maklumi saja ya man ..teman
Patrick Khan
udah gk jd ipar di panggil mb.. emang ya klo tiada br terasa😅😅😅😅😅😏
Nar Sih
dobel up kak,lanjutt👍
〈⎳Mama Mia: SDH up KK. masih nunggu review
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!