Zara Salsabila, seorang gadis cantik dan juga pekerja keras. Diusianya yang menginjak dua puluh lima tahun dirinya sudah menjabat sebagai sekretaris CEO. Dia begitu dikagumi oleh banyak pria dan juga wanita yang menjadikan dia sebagai sosok idola. Prestasi yang begitu membanggakan tetapi tidak dengan perjalanan cintanya.
Justru dirinya dikhianati oleh sahabat baiknya dan juga kekasihnya sendiri.
Lalu bagaimana kelanjutan kisahnya?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Niken Ayu, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Episode 4
Brak!
Brak!
"Kenapa kamu duduk di depan, sini duduk dibelakang," suara Aven membuat atensi Zara seketika menoleh.
"Ya, aku?" tanya Zara sambil menunjuk ke arah dirinya sendiri.
"Iya, kamu, masak mang Ujang," sahut Aven masih dengan tampang datarnya.
"Eh, tapi aku kan dari tadi sudah duduk di..."
"Jangan membantah, sini," perintah Aven kembali.
"Neng duduk dibelakang saja dengan mas Aven," ujar Mang Ujang sambil memberikan kode agar tidak membantah ucapan putra majikannya tersebut. Mereka sudah menempuh perjalanan cukup lama sampai bandara. Jadi tidak perlu ada perdebatan panjang yang membuat mereka semakin capek saja. Itu maksud mang Ujang memberikan kodenya kepada sekretaris sang majikan.
Kali ini Zara yang sedang malas berdebat karena capek juga akhirnya menurut. Dia menghela napasnya lalu membuka pintu mobil untuk berpindah ke belakang.
"Duduk aja ribet banget," keluhnya dan langsung membuka pintu mobil belakang. Dia duduk di samping Aven yang tampak sibuk melihat layar tab nya.
Entahlah apa yang dia perhatikan sejak tadi. Dan Zara juga tidak berniat untuk ingin tahu. Kesan pertama yang dia dapatkan tentang Aven cukup dingin. Setelah sekian lamanya mereka tidak pernah bertemu sosok Aven yang dulu murah senyum dan hangat telah berubah menjadi sosok yang dingin bak pangeran kutub selatan. Kalau lama-lama deket dia rasanya Zara bisa kena flu mendadak. Saking dinginnya.
"Sejak kapan kamu bekerja di perusahaan?" tanya Aven tiba-tiba membuka percakapan setelah keheningan yang beberapa menit mereka lalui.
"Enak bulan yang lalu," jawab Zara yang ikut-ikutan jadi menjawab singkat. Karena dia sendiri merasa kurang nyaman berdekatan dengan Aven.
"Tinggal dimana selama disini?" tanya Aven kembali.
Zara cukup terkejut karena Aven mendadak bertanya lagi kepadanya. Bukannya ini cowok cuek ya kesannya tadi. Kenapa sekarang malah banyak bicara? batin Zara mendelik sikap Aven barusan kepadanya.
"Ngontrak," jawaban Zara lagi-lagi singkat.
Hening karena Aven tidak lagi menanggapi ucapan Zara barusan. Sedangkan mang Ujang sendiri juga lebih fokus mengendarai mobil majikannya. Dia ingin segera sampai di kediaman sang majikan.
Tiga puluh menit dalam mobil tidak ada lagi percakapan sampai mereka tiba di mansion keluarga Maheswara. Rumah megah yang dimiliki oleh pimpinan perusahaan MH ini sudah menjadi pembicara umum. Karena memang begitu bagusnya.
Tampak Pak Tomo dan juga Bu Alin sudah menunggu kedatangan putra semata wayangnya tersebut.
Brak!
Begitu pintu mobil tertutup tampak Bu Alin sudah menghampiri sang putra yang lama tidak bertemu. Dia begitu merindukan putra tunggalnya tersebut. Sekian lama tinggal di luar negeri hanya untuk menyembuhkan luka hati akibat salah memilih orang di masa lalunya.
"Mama merindukanmu nak, hiks..hiks..hiks.." ujar Bu Alin yang sudah sangat merindukan sang putra. Memeluknya erat dan mencium kening putra kesayangannya tersebut.
"Maafkan Aven ma," ujar Aven lirih melihat air mata yang terus mengalir dari sang mama membuat hatinya merasa sangat bersalah. Dia sudah melupakan keluarga yang begitu mencintainya dengan tulus demi seseorang yang hanya mempermainkan dirinya saja.
"Selamat datang kembali di rumah kita, nak," ujar Pak Tomo menyambut kedatangan sang putra.
Aven memeluk sang papa dengan erat. Sosok lelaki yang dia kagumi dan hormati. Dan pak Tomo adalah sosok yang dia jadikan seorang suami dan ayah terbaik untuk keluarga.
"Maafkan Aven pa," ujar Aven sambil memeluk sang papa erat.
Dia tahu banyak hal yang telah dia lakukan. Dan itu semua telah membuat hati keluarganya terluka. Aven berjanji tidak akan pernah lagi menyakiti kedua orang tuanya yang telah menyayangi dia setulus ini.
"Papa sudah memaafkanmu, nak. Terimakasih telah bersedia kembali kepada kami. Papa dan mama begitu merindukanmu. Jangan pergi lagi ya," ujar Pak Tomo lembut. Hal tersebut membuat Aven berkaca-kaca mendengar ketulusan dibalik semua ucapan sang papa.
Dulu dia telah banyak membuat kedua orang tuanya terluka. Dan sekarang dia berjanji akan menjadi anak yang membahagiakan kedua orang tuanya. Dan menuruti apapun yang bagi kedua orang tuanya itu baik untuk dirinya.
Zara yang melihat pertemuan yang mengharukan antara orang tua dan anak tersebut menjadi ikut terharu. Tanpa terasa air mata jatuh di pipinya.
"Astaga ini sangat mengharukan sekali," ujarnya lirih sampai menundukkan wajah menghapus air mata yang jatuh di pipinya.
Tidak hanya Zara, para pembantu dan juga mang Ujang juga ikut terharu melihat apa yang terjadi dengan keluarga sang majikan.
"Masuklah sayang, kita makan malam bersama," ajak Alin saat melihat Zara yang berdiri tidak jauh dari mereka.
Karena keharuan mereka barusan sehingga sesaat tidak menyadari jika ada Zara juga sedang melihat apa yang terjadi.
"Astaga Zara, maaf Paman lupa kalau kamu masih berdiri di sana. Ayo nak, masuk, kita makan malam bersama," ajak Pak Tomo kepada putri teman baiknya tersebut.
"Ayo masuk, temani bibi dan coba rasakan resep terbaru bibi kali ini. Karena tidak ada yang berani menilai masakan bibi kecuali kamu," ujar Alin yang langsung menggamit lengan Zara untuk diajaknya masuk ke dalam rumah.
"Eh, bukan begitu juga bi, aku kan jadi nggak enak hati mendengarnya," sahut Zara sambil menggaruk tengkuknya sendiri.
Keduanya berjalan menjauh dari pak Tomo dan juga Aven yang masih berdiri di depan pintu.
"Begitulah mereka berdua. Sudah seperti besty saja kalau ketemu. Ayo nak, kita masuk, mamamu sudah menyiapkan banyak masakan kesukaan mu tadi," ajak Pak Tomo samb merangkul bahu sang putra.
Aven Maheswara, putra tunggal keluarga Maheswara. Mengikuti langkah sang papa yang mengajaknya ke ruang makan. Tidak ada yang berubah dari rumah ini. Tetap nyaman dan yang terbaik menurut Aven. Hanya dia saja dulu yang salah melangkah dan memilih. Sehingga dia sendiri yang terpuruk dan tertekan dengan keadaan yang ada.
"Wah, bibi banyak banget masaknya. Ini mau dimakan untuk satu kampung kah?" tanya Zara yang melihat banyaknya makanan yang tersaji di meja makan.
"Bibimu kalap tadi itu Ra, sehingga masak semua masakan kesukaan Aven," sahut pak Tomo sambil tertawa renyah. Dia begitu bahagia karena akhirnya kini keluarganya bisa berkumpul kembali.
"Enak-enak bener ini bi kelihatannya," sahut Zara yang tidak ragu-ragu duduk di kursi yang biasa dia tempati. Akan tetapi seseorang tiba-tiba menyerobot tempat duduknya.
"Kamu duduk di sebelah," ujarnya singkat.
"Hah, lho...." Zara sebenarnya ingin protes tetapi dia tidak enak dengan Pak Tomo dan juga Bu Alin.
"Duduk saja di sebelah Aven, Ra," ujar Bu Alin kemudian dia segera mengambil tempat duduk begitu juga dengan Pak tomo.
Segera bu alin melayani pak Tomo dengan mengambilkan beberapa lauk pauk kesukaan suaminya.
"Neh."
"Eh," Zara seketika menoleh saat melihat sebuah piring tersodor ke arahnya.
Maksudnya apa? tanya Zara dengan tatapan matanya menatap ke arah Aven. Lelaki itu seenaknya saja menyodorkan pirianh ke arahnya.
"Aku mau lauk itu, itu dan ayam kecap itu juga enak," perintahnya kepada Zara agar mengambilkan dia makanan yang di suka.
Astaga, kenapa mendadak dia jadi kang perintah seperti ini sih, nyebelin! protes Zara dalam hati.
Sedangkan Aven hanya tersenyum tipis melihat wajah Zara yang manyun karena ulahnya.
Dari dulu nggak pernah berubah.
❤️❤️❤️
TBC