Rainer Prayogo, Seorang anak dari Petinggi di Institusi Kepolisian..
Rainer tak menyangka, wanita yang di cintainya, Bellona Carla, yang telah merajut kasih dengan nya selama 3 tahun pada akhirnya mengkhianati Rainer...
Namun Peristiwa itu mengingatnya pada 15 tahun silam, seorang gadis kecil yang bernama Renata Dwi Anggita
Mereka membuat janji ikatan cinta untuk kembali bertemu 15 tahun kemudian..
Akan kah mereka memenuhi janji tersebut?
Yok, ikuti kisah nya...😁
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Zhy-Chan, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
POV Rainer
“Kakak mau minum apa?”
“Apa aja.”
“Ya udah, aku ambil dulu ya kak. Tapi, kalau aku ganti baju dulu gak apa kan kak?”
“Silahkan.”
Aku hanya bisa melihat Lona yang sedang mengambil pakaian di lemarinya, lalu masuk ke kamar mandi yang memang berada di dalam kamarnya ini. Saat Lona dalam kamar mandi, pandanganku menerawang apapun yang berada di kamar ini. Aku melihat foto fotonya yang terpajang di beberapa dinding, membuat aku berdiri dari dudukku.
”Kak.. cuma nya ada ini. Gak apa kan kak?”
Rupanya, Lona sudah selesai menukar bajunya. Saat aku memutar badanku menghadapnya, aku cukup kaget dengan keadaan Lona sekarang. Dengan pakaian yang bisa dibilang minim, membuatku cukup bergeming. Baju kaos putih dan celana pendek sama berwarna putih, membuat tubuh sexy Lona terpancar. Apalagi dengan dua gelas sirup berwarna orange yang berada di tangannya, membuat pandanganku semakin tak karuan.
Aku pun yang masih bisa menahan nafsuku berbicara panjang lebar dengan Lona. Tak ku sangka pertemuan kami yang memang selalu tak sengaja tersebut, membuat dia semakin terbuka denganku. Apapun kami bicarakan sampai akhirnya ia melirik tajam ke arah leherku.
“Apaan? Iniii?” pertanyaanku memegang kalung yang memang selalu ada di leherku ini. Lona pun hanya mengangguk menanggapi pertanyaanku. Akupun langsung mencopot kalung tersebut dan kini sudah berada di genggamanku. Kalung yang bermainkan anak kunci tersebut sesuatu yang sangat berharga bagiku.
“Ini adalah barang yang sangat berharga bagiku Na. Dari Zaman TK kalung ini melingkar di leherku.”
“Hmmm… karena apa kak? Kalau boleh aku tahu.”
“Ya.. ini adalah bukti aku masih memegang janji itu Na. Janjiku sama seseorang yang kini aku tak tahu keberadaannya.”
“Hmmm.. ternyata Kak Rainer itu orangnya sweet juga ya. dibalik kakak yang dikenal berangasan, kakak bisa romantic juga. Hihihi…”
“Bisa saja kamu. Ya udah.. udah malam juga. Gak enak sama tetangga kosan kamu. Aku balik ya. kalau kamu kenapa napa. Hubungi aja aku.”
“Hmmm… makasih ya kak. Dari awal kuliah, kakak selalu bela dan nolongin aku.”
“Hmmmm…”
...----------------...
Flashback..
“Heeeiii Cing.. malah lo bengong. Ya udah, gue ambilin minum dulu di pos ya. lo mau minum apaan?”
Tanya Badai mengagetkanku dari lamunan panjangku yang memang tidak menghiraukan dia disampingku.
“Apa aja deh Dai. Makasih ya.”
“Yoi…”
Aku yang kembali ditinggalkan sendirian di bawah pohon ini oleh Badai, kembali mengingat masa dimana aku dan Lona bisa memulai hubungan pacaran. Tepat dua bulan semenjak kejadian di toilet itu, aku dan Lona makin intens untuk bertemu dan jalan. Sampai ada beberapa kabar yang menyebutkan kalau kami berdua sudah pacaran. Sampai akhirnya, waktu itu tiba. Waktu dimana Lona menyatakan rasa sayang dan cintanya kepadaku. Seorang cewek cantik yang mengutarakan cintanya kepadaku.
“Kak. Kakak mau gak jadi pacar Lona? Lona suka dan sayang sama kak Rainer .” Pertanyaan Lona saat aku berdua dengannya yang memang sedang menikmati makan siang di suatu kafe yang memang dekat kampus dan terletak di bawah pohon besar yang membuat rindangnya tempat ini.
“ Ga tau lah Na, kakak lom bisa ngejawabnya tapi yang jelas kakak sayang kok ke kamu” aku menjawab yang masih merasakan hal yang aneh dari jawabanku itu. entah apa yang aku pikirkan saat menjawab pertanyaan Lona tersebut.
“Hufft kenapa kak? Apa Lona kurang cantik, atau ada yg lain?”
“Gak, hanya cuma terlalu cepat aja.”
“Tapi Lona ngerasa kak, beda kok perasaan Lona pada kak Rainer , nyaman banget kalau deket kakak. Please ya kak mau pacaran sama Lona.”. Ujar Lona manja sambil memeluk lenganku.
”Oke kita coba Na.. Tapi kakak minta kamu jaga kepercayaan kakak, jangan sia siakan itu dan kakak pun berjanji akan mencoba jadi yang terbaik buat Lona.” Entah kenapa hati ini setengah tidak rela jawaban itu keluar dari mulutku.
“Nih Cing, minuman lo. Bengong lagi kan lo. Ada apa sih? Lona?” Tanya Badai dengan memberikan cola kepadaku.
“Ntah lah Dai. Tapi santai aja Dai. Gue bisa ngatasin nya kok. Dan gue bakalan cerita pada waktunya kok. Tenang aja ya. Eh iya, sudah jam berapa?”
“Jam 5.”
“Haduuhh.. mampus gue.”
“Kenapa lo?”
“Gue janji sama bokap untuk nganterin doi ke dokter.”
“Dah, pergi sana.”
“Makasih ya Bro..”
“Iya santaaaiii.. kayak baru kenal aja.”
Setelah meminum lagi cola pemberian Badai, aku langsung menuju Jeep ku yang terparkir tak jauh dari tempat dudukku. Setelah bersalaman khas kami berlima dengan Badai, aku masuk ke mobilku dengan tujuan rumahku. Masalahku melupakan janjiku mengantarkan ayah berobat ke dokter. Dengan itu, aku langsung tancap gas Jeep ku. Sampai akhirnya aku keluar dari wilayah kekuasaan Badai tersebut.
CIIIIIITTTTT
Aku mengerem mendadak Jeep ku karena seseorang menyebrang tanpa melihat kiri kanan terlebih dahulu.
Untung saja aku berhasil mengendalikan si Jeep. Kalau tidak, masalah baru akan menimpaku di hari yang sama.
“Oiiii.. kalo nyebrang, hati hati dong..”
Seorang wanita terdiam karena kaget hampir saja tertubruk mobil. Dengan tergagap wanita itu berkata "Maaa.. Maaaff saya buru-buru.!!"
Rainer terpaku terdiam menatap gadis terpesona akan kecantikannya, sekilas Rainer mengingat seperti mengenal wajah gadis itu.
Gadis itu tanpa bicara lagi langsung berlari meninggalkan Rainer yang terlihat diam melamun.
"Heeyyy.. Jangan lari loe.."
Rainer tersadar bahwa gadis itu telah meninggalkan dia.
"Shiiit apes banget nih gue hari ini dah mah pacar selingkuh sampe ml segala.. Berkelahi.. Sampe mo nubruk segala.. Tapi gue perasaan kenal tuh cewek tapi dimana ya..??"
Drrttt...drrtttt...
📲Bimbim
"Halo bim.. Ada apa.."
"Akh ga da papa.."
"Beneran ?"
"Haha kangen aje gue pengen ngumpul-ngumpul lagi ama kalian.. Gimana ada waktu?"
"Oke nanti malam jam 7 gue tunggu di rumah"
Ternyata kabar Rainer berkelahi dah nyampe ke sohib lainnya, tapi karena Rainer bukan orang yg suka mengumbar masalah dia ga mau bercerita semua kejadian yg dia alami hari ini.
Rainer langsung melanjutkan perjalanannya ke arah pulang kerumahnya.
.. Bruuuk... Rainer menghempaskan tubuhnya ke sofa di ruang tengah, saat ini Rainer tinggal sendiri dirumahnya,
Ayah Rainer bernama Surya Prayogo, dia adalah seorang petinggi di institusi kepolisian yang sekarang sedang bertugas di luar kota, dan ibunya Rainer pergi entah kemana. Sebenernya Rainer mempunyai adik tapi tidak se ayah
(mungkin nanti kita bahas kehidupan keluarga Rainer)
Sambil beristirahat di sofa tanpa disadari Rainer memainkan kalung yg berliontin perak berbentuk kunci.. Kembali Rainer menerawang pikirannya ke 15 tahun lalu disaat Rainer menginjak bangku SD kelas 5..
...----------------...
15 tahun yang lalu...
Rainer kecil sedang memperhatikan teman sekelasnya yg sedang bermain sepak bola dia hanya menunggu giliran dia bermain..
Terdengar teriakan yel yel dari anak perempuan menyemangati teamnya masing-masing dipinggir lapangan. Di acara pekan olahraga antar sekolah.
"Hey kok kamu ga main sih?" Seseorang tiba tiba menyapa Rainer
Rainer melirik ketika seseorang menyapa dia, ternyata seorang gadis cilik berkacamata tersenyum manis padanya.
"Eh kamu mut. Ga tau tuh.. Nunggu disuruh aja sama pa ibnu."
Gadis cilik berkacamata bernama Renata.Dia dipanggil imut oleh Rainer karena postur tubuhnya yang kecil, manis dan menggemaskan, Renata sendiri teman Rainer semasa TK dan teman sepermainan karena rumahnya bersebelahan, Sekarang satu SD pula.
"Nih makan rotinya pasti kamu belum makan yah?"
Renata dari jaman TK sangat perhatian apalagi semenjak Rainer ditinggal pergi ibunya, Renata semakin memperhatikan makan, sampai-sampai baju pun yang akan Rainer pakai kadang dia persiapkan.
Surya Prayogo ayah Rainer pun mengetahuinya bahwa renata sangat dekat dengan Rainer.
"Makasih mut kamu kok selalu bikinin aku makan hampir 3x sehari kayak makan obat aja., Apa ga ngerepotin kamu?"
"Akh kamu kayak siapa aja kita kan temenan, dah yah aku mau ke sana dulu gabung sama yang lain buat kasih semangat, nanti aku nyemangatin kamu, maennya yang semangat yah.."
"Yah deh makasih rotinya.. Nanti kalo aku nge goolin selebrasinya buat kamu" Sambil bergaya selebrasi.
"Hihi.. Kok gitu gayanya kayak monyet ngeden"
"Yee.. Kan musti beda dong"
"Yuu akh.."
Baru sepuluh langkah sebuah bola meluncur ke arah Renata dan mengenai kepala Renata hingga terjatuh pingsan.
"Imuuutt.. "
Jerit Rainer sambil berlari kearah jatuhnya Renata. Rainer langsung memeluk dan menggoyang-goyangkan badannya agar renata segera pulih.
Matanya memerah sambil melihat ke arah dimana bola itu datang. Matanya tertuju pada satu orang yg diam terpaku.