Cinta Terakhir Hot Duda!!!!

"Papa Hadi, Ma? " tanya Hana.

Kartika mengangguk, kini hatinya diliputi ketakutan dan tentunya rasa marah kepada Hartawan. Kenapa sesudah bertahun-tahun pria kejam itu baru menghubunginya dan menanyakan keadaannya Hana. Jelas Kartika tidak mengharap Hartawan kembali datang ke kehidupannya. Bagi Kartika dirinya sudah tidak mengharapkan Hartawan lagi semenjak pria itu memutuskan hubungan ayah dan anak dengan Hana.

Kartika bisa memaklumi jika Hartawan sudah tak ingin lagi berhubungan dengan dirinya sebab fitnah keji yang terlihat nyata itu, jika Hartawan benci pada dirinya karena insiden itu Kartika bisa memaklumi namun untuk hal satu ini Kartika tidak akan mentolerir sebab Hana adalah darah daging Hartawan. Hartawan begitu tega memutuskan hubungan itu dengan Hana.

Theo membantu Kartika berdiri dan memapah wanita itu ke dalam rumah. Kartika di dudukan di sofa dengan keadaan masih menangis.

"Mau apa Papa menghubungi kita lagi? Semenjak bertahun-tahun tidak ada kabar seperti orang mati ditelan bumi kini sekarang Muncul lagi. Untuk apa tak ada gunanya bagi kita?" ucap Hana sungguh kesal.

"Hana ada satu hal yang harus kamu tahu jika papamu bukan Hadi Permana, dia memasukkan identitasnya sebab Ia tidak mau keluarga yang ada di Surabaya mengetahui keberadaannya" ungkap Kartika.

"Apa Ma, jadi nama Papa bukan Hadi Permana? Astagfirullah, aku saja anaknya tidak tahu nama sebenarnya. Ada apa dengan ini semua? " ucap Hana dengan bingung.

Theo yang berada diantara mereka diam saja Ia juga penasaran ingin mendengar cerita yang sebenarnya tentang keluarga Hana.

"Nama asli papa kamu adalah Hartawan Wijaya, pengusaha dari Surabaya pemilik rumah di Pondok Indah itu" ungkap Kartika membuat Theo dan Hana terlonjak.

"Hartawan Wijaya?? Apa ini orangnya? " Theo membuka ponselnya lalu memperlihatkan poto Hartawan pada Hana dan Kartika.

"Hikhikhik.. Iya Mas Theo! Itu Hartawan, mantan suami Ibu" jawab Kartika sembari terisak.

"Astaga...Sebelumnya rekan bisnis saya pengusaha orang Surabaya meminta kontak ibu untuk pemesanan kue, orang itu bernama Hartawan Wijaya orang yang sama" ucap Theo.

"Mas itu Papa, Mas! Berarti benar sewaktu aku bertemu dengan dia di kantor kamu, wajahnya sangat mirip. Mas waktu itu aku tempat bertanya sama kamu siapa nama orang itu, kamu bilang namanya Hartawan Wijaya, aku tidak menyangka kalau itu Papa sebab selama ini aku mengetahui kalau nama Papa adalah Hadi Permana" ujar Hana sembari menangis.

Hana merasa dunia ini sempit seperti daun kelor! Kenapa ia dipertemukan dengan sang Papa dengan keadaan yang seperti itu.

"Sayang kamu sabar ya, semua akan baik-baik saja" ucap Theo sembari mengusap-ngusap punggung Hana.

"Lantas untuk apa dia menghubungi kita Ma? " tanya Hana

"Mama tidak tahu" jawab Kartika lemas.

"Tolong Mas Theo jangan beritahukan dimana rumah kami. Selama ini kami sudah hidup tenang tanpa dia" pinta Kartika pada Theo sembari terisak.

"Saya tidak akan memberitahukan kediaman ibu dan Hana di sini. Kalian tenang saja, saya akan melindungi kalian jika Pak Hartawan Wijaya mengganggu kalian" balas Theo meyakinkan Kartika.

Tetapi yang jadi pertanyaan di hati Theo Kenapa Kartika bisa mengenal Hartawan Wijaya seorang konglomerat asal Surabaya, pengusaha terkenal dan Hana menjadi anaknya. Berarti selama ini Hartawan Wijaya memang tidak peduli kepada anaknya pergi begitu saja, nanti Theo akan tanyakan hal itu di waktu yang tepat.

Kartika masih terduduk di atas sofa kakinya lemas ingatan 12 tahun yang lalu Masih Membekas.

"Waktu Hartawan melihat Mama dengan pria itu, Hartawan menyiksa Mama sampai babak belur dan saat itu Mama sedang mengandung adikmu, dia menendang perut Mama hingga Mama akhirnya keguguran" Kartika menceritakan kembali kisah kelam masa lalunya.

Hana mendengarnya menjadi sedih sekaligus marah kepada Hartawan.

"Kenapa Mama bisa bersama pria lain? "tanya Hana.

"Mama merasa ada yang sengaja memfitnah Mama dengan seseorang yang mengaku teman Papamu. Dia masuk ke dalam rumah terus dia melecehkan Mama, ketika Mama ingin berlari ke kamar untuk bersembunyi pria itu terlebih dahulu sudah masuk ke dalam kamar dan menindih tubuh Mama. Tak di sangka tiba-tiba Papamu datang dan mengira Mama sedang berselingkuh dengan laki-laki itu padahal mama tidak mengenal sama sekali" ungkap Kartika memaparkan.

Hana langsung memeluk Kartika lalu menangis bersama.

Theo yang melihat itu pun menjadi sangat iba! Bagaimana seorang Hartawan bisa memperlakukan pasangan hidupnya seperti itu dia tidak meminta penjelasan dari sisi Kartika apa yang saat itu terjadi. Hartawan malah langsung meninggalkan mereka berdua.

Di sisi lain Hartawan merasa sangat terkejut kala Kartika memaki dirinya dan langsung memutuskan panggilan telepon secara sepihak.

"Kartika sangat marah kepadaku! Aku bisa mengerti keadaannya karena apa yang aku lakukan memang sangat keterlaluan saat itu dan aku tidak berpikir jernih kenapa aku bisa memutuskan hubungan dengan Hana padahal Hana tidak bersalah atas hal itu" Hartawan sangat meradang, Hartawan menyesal namun penyesalan itu apakah masih berguna di kala Hana sudah menjadi wanita dewasa.

Tiba-tiba ponselnya berdering di sana tertulis orang kepercayaannya yaitu Leo.

"Halo! " sapa Hartawan.

"Halo Bos, saya sudah menemukan alamat keberadaan orang yang anda cari" ucap Leo.

"Kirimkan sekarang lokasinya Leo" perintah Hartawan.

Leo langsung mengirimkan lokasi kediaman Kartika tanpa menunggu lama Hartawan pergi ke tempat itu...

...****************...

"Sayang sebaiknya Mama suruh tidur saja Istirahat di dalam kamar supaya sedikit tenang" ucap Theo.

Hana mengangguk, ia pun membawa Kartika masuk ke dalam kamarnya.

Hana diam di samping Theo tidak berbicara apapun. Hana hanya menyandarkan kepalanya pada punggung Theo. Theo yang merasa tidak tega melihat hal itu langsung meraih tubuh Hana dan menundukkan nya di atas pahanya.

"Masih kepikiran soal Pak Hartawan? " tanya Theo.

Hana mengangguk!

"Sakit sekali Mas, mungkin aku satu-satunya anak yang tidak tahu nama ayah kandungnya!" jawab Hana dengan sedih.

"Terus gimana langkah selanjutnya kalau Pak Hartawan menemui kamu dan Mama? " tanya Theo.

"Aku rasa untuk apa dia menemui kami, Mas? Dia yang sudah pergi, ya aku anggap sudah mati lagipula dia sudah memutus hubungan ayah dan anak padaku, lantas apalagi yang mesti di harapkan? " ujar Hana.

Ia merasa butuh sekali pelukan hangat dari sang kekasih! Hana pun melingkarkan tangannya di punggung Theo, merasakan debaran jantung pria itu yang menurut Hana sangat menenangkan.

"Mas, tubuhmu sangat nyaman di peluk, rasanya hangat sekali" ungkap Hana.

"Peluk saja sesuka hatimu, sayang! Mas senang kok kalau kamu mulai senang menyentuh Mas! Dulu Mas paling tidak suka wanita yang memeluk Mas, tapi entah kenapa di peluk kamu rasanya sangat nyaman sekali" balas Theo.

"Gak suka di peluk tapi suka ngamar, gimana sih" ucap Hana sembari mencebik kesal dengan kelakuan Theo dulu.

"Itukan dulu sayang, sekarang udah tobat" balas Theo.

Ketika mereka berdua sedang berciuman, tiba-tiba pintu depan di ketuk membuat ciuman itu terlepas.

"Mas nafsu banget sih! Tangannya awas Mas" Hana protes kala Theo mulai meraba-raba miliknya.

"Namanya juga candu, gimana dong salah sendiri kenapa seksi" balas Theo.

"Ada orang di luar, aku buka pintu ya" ucap Hana.

"Ayo kita berdua yang buka" ajak Theo.

Keduanya berjalan ke arah pintu lalu membukanya. Setelah pintu terbuka, nampak lah seseorang yang sangat ingin Hana hindar.

"Hana, apa kabar Nak? Papa rindu sekali. Apakah kamu masih ingat Papa" orang yang datang itu adalah Hartawan Wijaya.