Xu Yiran, seorang pemuda lumpuh di bumi yang hanya bisa bermimpi menjadi petarung MMA, mendapati hidupnya berakhir tragis dalam sebuah kecelakaan. Namun, takdir membawanya terlahir kembali di dunia brutal di mana kekuatan adalah segalanya. Ia terbangun di tubuh pemuda lain bernama Xu Yiran, satu-satunya yang tersisa dari pembantaian desanya oleh Sekte Seribu Bunga. Dipenuhi dendam dan tekad baja, Xu Yiran memanfaatkan pengetahuan seni bela diri modernnya untuk menciptakan gaya bertarung unik dalam kultivasi. Dengan setiap langkah, ia mendekati balas dendam dan memulai perjalanan menjadi penguasa dunia yang tak tertandingi.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon YanYan., isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Strategi dalam Keheningan
Xu Yiran duduk bersila di tengah kamar penginapan kecilnya. Udara di sekitarnya dipenuhi energi spiritual yang berputar perlahan, meresap ke dalam tubuhnya. Meski suasana tampak tenang dengan suara gemericik air dari pancuran kecil di luar jendela, pikirannya dipenuhi perhitungan. Dia memilih penginapan ini bukan tanpa alasan—letaknya sangat strategis, hanya berjarak beberapa blok dari kediaman keluarga Guan, lokasi utama yang kemungkinan besar menjadi target Sekte Seribu Bunga.
"Mereka pasti sudah mulai mengawasi. Pola mereka selalu sama, mengamati lalu menyerang secara mendadak saat kota berada di puncak kelemahan," pikir Xu Yiran. Dengan pengetahuannya tentang pergerakan sekte itu dari ingatan tubuh lamanya, dia tahu betul bahaya yang mengintai. Meski mereka dikenal berbahaya, kali ini Xu Yiran yakin mampu menghadapi mereka dengan kekuatan dan strategi yang dimilikinya sekarang.
Dia membuka kantong penyimpanan kecil yang diberikan kepala desa beberapa hari lalu. Meskipun itu sederhana, cukup untuk menyimpan beberapa inti roh yang berhasil dia kumpulkan selama perjalanannya. Xu Yiran mengeluarkan satu inti roh, memfokuskan energinya untuk menyerap kekuatan spiritual di dalamnya. Cahaya biru samar menyelimuti tubuhnya, membuatnya tampak tenang di luar meski pikirannya terus berputar.
Setelah selesai, Xu Yiran berdiri, melonggarkan otot-otot tubuhnya. Dengan tidak adanya senjata di tangannya—karena pedang pinjaman yang ia gunakan sebelumnya telah dikembalikan—Xu Yiran mengandalkan teknik bertarung jarak dekat yang telah ia kuasai sejak lama. Tinju dan tendangannya bukanlah serangan biasa; setiap gerakannya memiliki kekuatan eksplosif yang mampu meremukkan pertahanan musuh.
“Petarung tangan kosong melawan sekte penuh trik... Menarik,” gumamnya sambil melangkah ke jendela. Dari kejauhan, ia dapat melihat lampu-lampu besar yang menerangi kediaman keluarga Guan, seolah menjadi suar bagi para calon penyerang.
Angin malam menyelinap masuk melalui jendela yang sedikit terbuka, membawa suara samar percakapan dari luar kamar. Xu Yiran memusatkan pendengarannya, mendapati bahwa ada beberapa orang berbicara di lorong. Nada suara mereka pelan, namun aura salah satu dari mereka terasa mencurigakan. "Mungkin hanya tamu biasa," pikir Xu Yiran, meski hatinya tetap waspada.
Saat malam semakin larut, Xu Yiran kembali duduk di tepi ranjang, menatap keluar jendela dengan pandangan tajam. Matanya berkilat dingin saat pikirannya melayang ke kemungkinan yang akan terjadi.
"Mereka pasti akan menyerang saat tengah malam, ketika semua orang lengah. Penyusupan dan serangan mendadak adalah keahlian mereka. Tapi kali ini..." Sebuah senyum tipis muncul di wajahnya. "Aku akan menjadi duri dalam rencana kalian."
Xu Yiran mengepalkan tinjunya, merasakan energi yang mengalir di tubuhnya. Teknik bertarung tangan kosongnya adalah paduan antara kecepatan, kekuatan, dan ketepatan mematikan. Sekte Seribu Bunga mungkin akan menganggapnya lemah, tetapi mereka akan segera menyadari bahwa mereka telah salah perhitungan.
Menjelang tengah malam, Xu Yiran tetap terjaga. Dia sengaja menyembunyikan aura Raja Langitnya, menyamar sebagai kultivator Ahli Spiritual bintang 1 agar tidak menarik perhatian. Namun, setiap inderanya tetap terlatih, bersiap menghadapi apa pun yang akan datang.
“Malam ini akan menjadi panjang,” gumamnya pelan, matanya bersinar tajam menatap ke arah kediaman keluarga Guan, tempat pertempuran besar mungkin akan segera dimulai.
***
Malam semakin larut, namun di bawah sinar bulan yang redup, bayangan-bayangan bergerak cepat di antara pepohonan yang melingkupi Kota Guang. Kelompok kecil Sekte Seribu Bunga, dipimpin oleh Yu Meihua, bergerak dengan kecepatan dan presisi. Mengenakan jubah hitam yang menyamarkan tubuh mereka, para wanita itu berbaris tanpa suara menuju kediaman keluarga Guan.
Yu Meihua melayang di udara, matanya dingin menatap kota di kejauhan. Dengan kultivasi Raja Langit bintang 2, dia mampu menilai kekuatan pertahanan kota ini hanya dengan satu pandangan. "Lemah," gumamnya pelan. "Guan Wei mungkin Raja Langit bintang 3, tapi dia terlalu percaya diri. Pertahanan ini tidak lebih dari tipuan murahan."
Di bawah komandonya, tiga puluh anggota inti sekte, semuanya berada di puncak Ahli Spiritual, telah tersebar di sekitar kediaman keluarga Guan. Mereka tidak langsung menyerang. Itu bukan gaya Sekte Seribu Bunga. Mereka adalah ahli manipulasi, serangan psikologis, dan penyesatan.
Yu Meihua mengangkat tangannya, memberi isyarat pada dua bawahannya untuk bergerak maju. "Gunakan formasi kabut malam. Ganggu penjaga dan pastikan mereka tidak tidur malam ini. Kita akan menyerang saat mereka berada di puncak kelelahan."
Dua wanita itu mengangguk dan bergerak cepat. Mereka mengeluarkan kantong kecil berisi bubuk hitam yang mereka tebarkan di sekitar kediaman. Bubuk itu menguap menjadi kabut tipis, menyelinap ke dalam paru-paru para penjaga. Tak lama, terdengar batuk-batuk dari beberapa penjaga yang berdiri di atas menara pengawas. Efek racun yang ringan, namun cukup membuat mereka gelisah dan tidak bisa beristirahat.
Di sisi lain, di dalam kediaman keluarga Guan, Guan Wei mempersiapkan pasukannya. Dia berdiri di aula utama, diapit oleh kapten penjaga pribadinya, seorang Ahli Spiritual puncak bernama Zhang Fei.
“Mereka pasti akan menyerang malam ini,” ujar Guan Wei dengan nada rendah. "Para penjaga melaporkan gerakan mencurigakan di luar tembok kota. Sekte Seribu Bunga dikenal ahli dalam serangan mendadak, tapi kita tidak akan membiarkan mereka mengambil putriku."
Zhang Fei mengangguk. “Semua pasukan sudah dalam posisi. Kami telah memperkuat penghalang pelindung di sekitar kediaman. Jika mereka berani masuk, mereka akan menghadapi perlawanan yang tidak mereka duga.”
Namun, di luar tembok, Yu Meihua tersenyum dingin. "Penghalang pelindung? Guan Wei terlalu percaya diri pada pertahanan statisnya." Dia mengangkat tangannya lagi, kali ini memanggil empat bawahannya.
"Kalian, fokus pada penghalang itu. Gunakan teknik pembalik formasi yang sudah kita pelajari. Hancurkan perlahan tanpa menimbulkan kecurigaan," perintahnya. Keempat wanita itu mengangguk, bergerak menuju titik lemah dalam penghalang.
Dalam waktu singkat, keempatnya mulai menyalurkan energi mereka ke titik-titik tertentu di penghalang. Aliran energi mereka lembut namun mematikan, seperti ular yang menyelinap ke celah sempit.
Namun, di tengah persiapan kedua belah pihak, ada variabel yang tidak mereka ketahui: Xu Yiran.
Dari dalam kamar penginapannya, Xu Yiran mengamati dengan tenang. Dia merasakan energi yang bergolak di sekitar kediaman keluarga Guan. “Seperti yang kuduga,” gumamnya pelan.
Xu Yiran menyadari pertempuran ini bukan hanya soal kekuatan, tapi juga strategi. Kedua belah pihak saling berhadapan dengan taktik masing-masing, tanpa menyadari bahwa dirinya berada di tengah-tengah.
"Sekte Seribu Bunga terlalu percaya diri dengan formasi mereka, sementara Guan Wei terlalu mengandalkan penghalang. Keduanya lengah," pikir Xu Yiran.
Dia menghela napas. "Tapi aku tidak bisa bergerak sekarang. Jika aku campur tangan terlalu dini, aku akan menarik perhatian yang tidak diinginkan. Aku harus menunggu saat yang tepat."
Di kediaman keluarga Guan, suasana semakin tegang. Zhang Fei tiba-tiba menyadari ada sesuatu yang aneh. “Tuan, ada perubahan kecil pada energi penghalang. Mereka sedang mencoba memanipulasinya.”
Guan Wei mengetatkan rahangnya. “Segera perkuat formasi. Jangan biarkan mereka menembusnya!”
Namun, di saat yang sama, Yu Meihua tersenyum puas. "Mereka akhirnya menyadari. Tapi sudah terlambat."
Pertempuran tak terlihat ini terus berlanjut, masing-masing pihak mencoba mengungguli yang lain. Xu Yiran tetap diam di kamarnya, memantau setiap pergerakan dengan cermat. Dia tahu, malam ini akan menjadi titik awalnya untuk mencari tahu dimana keberadaan kekasihnya yang telah diculik oleh sekte sesat itu.