NovelToon NovelToon
Adik Angkat Tersayang

Adik Angkat Tersayang

Status: sedang berlangsung
Genre:Cintapertama / Cinta Terlarang / Teen Angst / Diam-Diam Cinta / EXO / Trauma masa lalu
Popularitas:1.5k
Nilai: 5
Nama Author: Chinchillasaurus27

Tentang kisah seorang gadis belia yang tiba-tiba hadir di keluarga Chandra. Gadis yang terluka pada masa kecilnya, hingga membuatnya trauma berkepanjangan. Sebagai seorang kakak Chaandra selalu berusaha untuk melindungi adiknya. Selalu siap sedia mendekap tubuh ringkih adiknya yang setiap kali dihantui kelamnya masa lalu .

Benih-benih cinta mulai muncul tanpa disengaja.

Akankah Chandra kelak menikahi adiknya itu?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Chinchillasaurus27, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Datang Lagi

Gue terbangun tatkala ada sesuatu yang nusuk lubang hidung gue.

"Anjengggg! Kaki siapa nihhh!"

Bangsat, Sean tidurnya gak ada akhlak. Gue bangkit lalu menyingkirkan kakinya dari muka gue. Sumpah ya bau banget jempol kakinya.

"Bangun lo goblok!" gue tendang pantat dia.

Sean cuma menggeliat.

Eh ngapain nih anak tidur disini? Aihhh mulut dia bau alkohol lagi njir.

Gue mencoba mengingat-ingat apa yang terjadi semalem. Apa jangan-jangan semalem kita minum ya?

Gue menangkupkan kedua telapak tangan ke depan wajah, gue mau coba menghirup bau mulut gue sendiri.

"Hahhh..."

Sama kayak Sean, gue juga bau alkohol. Jadi bener gue semalem itu mabok.

"Woy keluar lo dari sini." Gue seret kaki Sean. Gue paksa dia buat turun dari ranjang gue.

Gila ya, jadi semalem gue tidur sama dia???? Kalo semalem gue diapa-apain sama dia gimana??????

Glubuk..

"Aduhh sakit bang!" Pantat Sean mendarat ke lantai.

"Bodo! Cepet lo keluar njir! Kerja sana!!!"

"Emang lo sendiri gak kerja ya bang?"

"Gue resign."

"Bang..." lirih Sean, jangan bilang kalo dia mau nangis. Banci banget sih.

Buru-buru gue tarik tangan Sean, gue paksa dia keluar. Dia berontak, dia gak mau. Gue gak kalah dong, secara tenaga gue lebih gede dari cecunguk ini.

"Bang, bang, banggg tunggu dulu. Gue mau nemenin lo. Gue bolos kerja aja hari ini." ucap Sean sambil nahan pintu kamar gue.

Sumpah ya pengen gue banting aja pintu kamar gue, tapi gue gak mau bikin jari dia diamputasi karena kejepit.

"Singkirin jari lo goblok!" teriak gue.

"Enggak!" pekik Sean.

Ceklek

Ceklekk

Ceklekkk

Sontak aktifitas gue sama Sean terjeda, kita teralihkan ke arah pintu kamar yang berada di hadapan kita yang kenopnya muter-muter sendiri.

Gue sama Sean lalu lihat-lihatan karena heran.

CEKLEK

Dan pintu akhirnya terbuka. Sosok Gaby tiba-tiba keluar dari balik pintu itu.

Lahh gue pikir dia udah berangkat sekolah. Tapi kok...

"Lo gak sekolah By?" tanya Sean.

"Sekolahnya libur." jawab dia.

Sean menoleh kearah gue, "Emang hari ini hari apa bang kok sekolah pada libur?"

"Tauk." ucap gue lalu pergi meninggalkan mereka.

Gue menuruni tangga, menuju dapur. Gue mau ngambil air, tenggorokan gue rasanya sangat kering.

"Lo lagi marahan ya bang sama adek lo?" Lagi-lagi Sean masih ngikutin gue.

Gue gak peduliin pertanyaan si Sean itu. Gue cuma buka kulkas buat cari air dingin.

"Kenapa marahan sih bang?"

Bangsat! Nih anak cerewet banget sih.

"Mending lo keluar cok!"

"Aihh santai dong bang."

"Lo punya rumah kan, sana lo pulang! Jangan ganggu gue!"

"Gak mau, kan gue belom main PS sama lo bang."

"BACOT!" Gue dorong tubuh Sean. Gue mau jorokkin nih bocah keluar.

Gue udah sampek depan dengan Sean yang masih bergerak ingin melepaskan diri. Gue buka pintu rumah gue.

Ceklek...

"KELU--"

Hah???

Gue auto mematung. Dahi gue berkerut, genggaman gue pada kaos Sean auto melonggar. Gue kaget dengan sosok yang ada di hadapan gue.

Bimo?

Dan dia tidak sendiri...

.

.

.

.

.

Gaby's POV

Udah 2 hari Chandra marah. Dia belum mau mengajakku mengobrol. Tadi malah kak Sean lah yang menyapaku, Chandra hanya melengos pergi begitu saja.

Aku cuma bisa mengelus dada. Rasanya sungguh sakit.

Aku sebenarnya gak kuat diginiin terus. Aku pengen baikan sama dia. Tapi gimana, untuk melihatku saja dia nya gak mau.

"Mama cepet pulang, pliss..."

Kondisiku masih sama kayak kemarin, gak ada perubahan. Malah hari ini wajahku rasanya panas, aku takut kalo demam. Aku mau minta tolong ke Chandra buat beliin obat yang sirup, tapi aku gak berani.

Aku berjalan keluar dari kamar, aku mau bikin sarapan. Walaupun gak selera makan, tapi aku harus paksa perutku agar keisi. Biar cepat sembuh lalu bisa sekolah lagi.

Aku lihat dari atas tangga, dapur udah sepi, Chandra udah gak ada disana. Perlahan-lahan aku lantas turun.

"KENAPA LO BAWA SI BRENGSEK INI KESINI ANJENGGGG!!!"

Astaghfirullah.

Aku dengar Chandra teriak-teriak. Siapa yang dia umpati seperti gitu??

"BERANI - BERANINYA NGINJEKIN KAKI KOTOR LO KE RUMAH GUE HA???"

Kenapa sih dia marah-marah kayak gitu?

Aku penasaran, aku mau lihat sebenarnya apa yang terjadi. Aku pun berjalan menuju ke arah suara.

Keadaan berubah menjadi tegang. Aku gak berani lebih mendekat, aku cuma ngintip dari balik tembok ruang tv.

Chandra, kak Sean, kak Bimo dan ....

Apa....

Kak Ken??

Kenapa dia kesini? Harusnya dia gak kesini.

"Chan dengerin dia dulu." Kak Bimo mencoba memegang pundak Chandra. Tapi sama Chandra langsung ditepis.

"DENGERIN APALAGI SAT! SEMUANYA UDAH JELAS! MENDING LO BAWA PERGI ITU SAMPAH DARI HADAPAN GUE!" ucap Chandra sambil mengarahkan telunjuknya ke wajah kak Ken.

"Bang..."

"APA HA?? KENAPA PANGGIL-PANGGIL GUE HAAA? LO MAU CERAMAHIN GUE JUGA!" kini giliran kak Sean lah yang kena teriakannya.

Kak Sean menggeleng cepat, dia mencoba menenangkan Chandra. Tapi percuma.

Chandra melangkah ke arah kak Sean. Dia mendorong tubuh temannya itu hingga punggungnya membentur dinding. Chandra kini memelototinya, "GUE UDAH NYURUH LO BUAT PULANG DARI TADI, KENAPA LO MASIH DISINI? MAU GUE HAJAR DULU BARU LO MAU PULANG, IYAA??"

Kak Sean menggeleng.

"SEKARANG LO KELUAR ANJENGGG!!!"

Astaghfirullah Chandra suaranya lantang sekali. Aku takut kalo kedengeran sampai tetangga.

"Chan, Ken itu gak salah. Dia dijebak. Ini semua udah rencananya Silvy. Yang brengsek itu Silvy." ucap kak Bimo.

Chandra lantas tertawa. "Lo pikir gue goblok Bim? Lo pikir gue bisa lo boongin gitu aja demi nyelametin si bangsat ini? Gue liat dengan mata kepala gue sendiri malem itu cewek gue ditelanjangin! Tubuh dia dijamah sama si dakjal ini! Mereka berdua HS di depan mata gue! Dua-duanya sama-sama nikmatin! JEBAK APANYA KOCAKK!!!"

Chandra membalik tubuhnya. Dia beranjak meninggalkan mereka. Tapi Kak Ken tiba-tiba menahan Chandra. Kak Ken pegangan erat di kedua kaki Chandra. Kak Ken memohon hingga bersujud-sujud di bawah kaki Chandra.

"Maafin gue. Maafin gue. Maafin gue..." Kak Ken kini menangis.

"LEPAS!

"Chan tolong maafin gue..."

"LEPAS GOBLOK! BELOM KAPOK YA GUE TENDANG KEMAREN!"

"Hajar gue lagi Chan. Bunuh gue aja kalo perlu. Gue gak pantes idup..."

Enggak. Kak Ken gak boleh ngomong kayak gitu. Mereka berdua itu temen baik, gak seharusnya jadi kayak gini. Ini bisa menghancurkan pertemanan mereka.

Aku gak bisa diem aja. Aku gak tega melihat ini semua.

Aku akhirnya keluar dari tempat persembunyian meski aku tak tahu apa yang bisa aku lakukan.

Chandra terlihat sangat terkejut dengan kehadiranku.

Aku memberanikan diri menatap mata Chandra. Lagi-lagi laki-laki itu membuang pandangannya ke arah lain.

"Kak... jangan kayak gini..."

"GAUSAH IKUT CAMPUR LO ANAK PUNGUT SIALAN!"

Deg.

Lantai tempatku berpijak rasanya seperti runtuh. Seketika kedua kakiku langsung melemas.

Aku hanya bisa menganga. Aku benar-benar tidak percaya dengan apa yang baru saja Chandra ucapkan. Bukan hanya aku, bahkan kak Ken, kak Sean, dan kak Bimo pun juga. Mereka terkejut.

Chandra menghempaskan kakinya hingga membuat kak Ken tersungkur. Chandra berjalan melewatiku yang masih terpaku di termpat. Dia lalu kembali lagi dengan sebuah kunci mobil di tangannya.

Dia mau pergi. Aku gak tahu dia mau kemana.

Kak Sean dan kak Bimo tak tinggal diam. Dia turut mengejar kepergian Chandra.

Aku masih terdiam menyaksikan kepergian mereka. Pikiranku masih melayang-layang. Aku benar-benar masih tidak habis pikir. Aku sungguh tidak menyangka kenapa kalimat itu tadi lolos dengan mudahnya dari bibir Chandra.

Hatiku rasanya tercabik-cabik tidak karuan.

Tiba-tiba ada yang memeluk tubuhku dari. Aku mendongakkan kepala dan lantas berbalik untuk membalas pelukannya.

"Kak Ken, plis kakak pulang dulu ya. Ntar kesini lagi."

Kak Ken menggeleng.

"By maafin gue ya. Lo pasti kecewa sama gue. Lo pasti jijik sama gue. Gue minta maaf sebesar-besarnya By." ucap kak Ken, dia menangis kembali.

Aku melepaskan pelukan dia. Aku raih wajahnya lalu mengarahkannya supaya dia melihatku dengan intens.

"Kak Ken, kakak gak salah. Aku tau banget kakak itu seperti apa. Gak mungkin kakak kayak gitu, ini semua pasti cuma kesalahpahaman."

Kak Ken tambah sesenggukan.

"Sssttt stt... udah jangan nangis. Sekarang kak Ken pulang ya. Sabar aja, Chandra pasti bakalan maafin kak Ken kok. Dia cuma butuh waktu." ucapku sembari menghapus air matanya yang berlinang.

Kak Ken kembali menarikku ke dalam pelukannya, "Makasih ya By." ucapnya.

Aku menganggukkan kepala.

"By badan lo anget..." lirih kak Ken yang masih memelukku.

.

.

.

.

.

Chandra's PPV

Brengsek!

Mobil gue terus dibuntutin sama mobilnya Bimo.

Ciiiiitttttt...

Gue sengaja ngerem mendadak. Mobil Bimo auto bablas jauh ke depan sana. Buru-buru gue puter balik. Gue tancap gas lagi. Gue masuk ke beberapa gang, melewati jalan yang berbelok-belok supaya Bimo gak nemuin gue.

Akhirnya tibalah gue di sebuah kafe sederhana. Gue memarkirkan mobil gue lalu masuk ke dalem kafe itu.

Ini kafe langganan gue. Tempat ini satu-satunya tempat pelarian gue kalo lagi ada masalah. Gue bisa sepuasnya berada disini tanpa ada yang ngenalin gue. Temen-temen gue gak ada yang kesini karena kafe ini posisinya tersembunyi, ketutupan dengan bangunan-bangunan lain.

"Kopi kayak biasanya ya." pesan gue pada baristanya.

"Siap mas."

Gue lalu mencari tempat duduk. Kafe ini tergolong sepi, hanya ada satu dua orang pelanggan aja yang lalu lalang disini. Suasananya bener-bener cocok buat ngelamun. Sekarang gue lagi pengen menyendiri, gue gak ingin satupun ada yang ganggu.

"Chandra..." Gue menoleh ke sumber suara. Gue terkejut mendapati sosok Joy tengah berdiri di sebelah gue.

"Joy? Kok lo ada disini?"

"Lo gak tau ya? Ini kafe mama gue."

Hah?

Sudah sekitar satu jam Joy nemenin gue ngobrol disini. Gue berbagi banyak cerita ke dia, begitupun sebaliknya. Gue juga curhat mengenai apa yang baru saja gue alami. Gue curhatin ke Joy semuanya. Dengan sabar dia dengerin setiap kata yang gue katakan.

"Chan..." panggil Joy.

"Hmm."

Joy tiba-tiba menggenggam tangan gue, "Lo balik lagi ke kantor ya... Please gue mohon batalin niat lo buat resign." ucap dia memohon.

Gue diem, gue bingung buat ngasih jawaban apa ke Joy. Gue sebenernya masih pengen kerja disana, tapi mau gimana lagi, gue gak bisa kerja berdampingan dengan orang yang gue benci.

"Joy, kok lo nangis sih. Kenapa?" Gue kaget karena Joy tiba-tiba menitihkan air mata.

"Jangan pergi. Jangan ninggalin gue. Jangan resign Chan please..."

Gue menarik tubuh Joy ke dalam pelukan gue. Gue coba tenangin dia. Lagi-lagi gue bikin anak orang nangis. Gue yakin, pasti banyak banget dosa gue sekarang.

"Cup cup cup... Joy jangan nangis."

"Bilang dulu ke gue kalo lo gak bakalan resign." ucap Joy.

Gimana ya, gue gak bisa. Keputusan gue udah bulat.

"Joy... Dengerin gue dulu..." ucap gue sambil mendongakkan wajahnya agar dia bisa melihatku.

"Maafin gue, tapi gue gak bisa ngelanjutin kerjaan gue disana. Gue pengen move on. Kalo gue tetep berada disana, gue gak bakalan bisa move one."

"Lo bisa... Lo pasti bisa."

Gue sangat terkejut mendengar ucapan barusan. Pasalnya itu bukan Joy yang berucap. Melainkan...

Gue mendongakkan kepala gue.

Samuel?

"Lo pasti bisa Chan. Kita bakalan bantuin lo." ucap Samuel lalu ada Bimo dan Sean yang keluar dari balik punggungnya.

.

.

.

.

.

.

.

Gaby's POV

Tubuhku lemes banget abis muntah-muntah. Baru aja tiga suap mie masuk, tapi perutku langsung menolak. Mual banget.

"Aku sebenernya sakit apa sih?"

Aku menghapus sisa-sisa air mata di pipi. Kak Ken dengan sabar memijit tengkukku, membantuku untuk mengeluarkan semua yang ingin aku keluarkan.

Setelah aku rasa sudah cukup muntahnya. Aku lalu minta tolong ke kak Ken buat dianterin ke kamar karena aku gak bisa jalan ke sana sendiri, gak ada kekuatan sama sekali.

"Kita ke dokter aja yuk By."

"Enggak kak, aku takut."

"Gue temenin."

Lagi-lagi aku menggeleng ke kak Ken.

Kak Ken sudah kusuruh pulang dari tadi, tapi dia gak mau. Dia ngotot buat tinggal. Aku khawatir kalo nanti Chandra pulang bakal marah lagi karena tau kak Ken masih ada disini.

"Kak Ken, aku boleh minta tolong lagi gak?"

"Boleh, minta tolong apa By?" tanyanya sembari membaringkan tubuhku ke ranjang.

"Tolong, beliin aku obat di apotik ya..."

Kak Ken pun mengangguk.

~to be continue...

1
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!