Vonis dokter tentang dirinya yang seorang penderita Azoospermia membuat Dean memutuskan untuk memiliki anak adopsi. Karena baginya, tak ada wanita yang ingin menikah dengan pria yang di anggap mandul sepertinya.
Namun, pertemuannya dengan Serra membuat perubahan baru dalam hidupnya. Serra, seorang wanita yang memilih Childfree dalam kehidupannya. Membuat kekasihnya memilih untuk menikah dengan wanita lain karena pilihannya itu.
Tak di sangka, Serra dan Dean justru jatuh hati pada seorang anak bernama Chio. Ia bocah berusia 3,5 tahun yang harus menetap di panti asuhan setelah mengalami kecelakaan bersama kedua orang tuanya. Naasnya, kedua orang tuanya tak dapat di selamatkan.
Satu tujuan dua masalah yang berbeda, sayangnya pilihan keduanya mengadopsi jatuh pada anak yang sama.
“Kita nikah aja deh, kamu childfree dan aku gak bisa ngasih kamu anak. Impas kan? Biar kita sama-sama dapat Chio.” ~Dean
“Ya sudah, ayo nikah!“ ~ Serra
Pernikahan yang saling menguntungkan? Yuk baca!
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon kenz....567, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Malam panjang
(Jomblooo, minggir sebentar bareng othornya yuk. Pa rt bahaya iniii🤓)
.
.
.
Ia mengambil salah satu lingerie itu dan melihatnya dengan seksama. "Pasti ini perbuatan mamaaaa! Kenapa Mama bawakan aku baju tarzan semua siih! Terus aku pake apa dong?" Gumam Serra. Ia masih mencari cari bajunya yang lain. Tapi, semua isi dalam koper itu lingerie semuanya.
Serra pasrah, ia mencari pakaian yang lebih tertutup dari yang lainnya. Ia pun memutuskan untuk mengambil gaun tidur berwarna merah dan bergegas masuk ke kamar mandi untuk memakainya. Sebelum keluar dari kamar mandi, Serra lebih dulu menatap cermin.
"Terlalu terbuka gak si? Ih, lagian sih mama kenapa semuanya baju giniaaan siih!" Gerutu Serra.
Serra memutuskan untuk keluar dari kamar mandi, ia mengendap-ngendap seperti pencuuri. Matanya menatap keberadaan Dean, di lihatnya suaminya itu masih duduk membelakanginya di sofa tak berpindah tempat juga. Serra menghela nafas lega melihatnya, bergegas ia berlari ke ranjang.
Saat Serra akan menaiki ranjang, ia menangkap keanehan dari Dean. Pria itu terlihat tak seperti biasanya, seperti menahan sakit. Rasa penasaran Serra menggebu, perlahan ia berjalan mendekati Dean dan berdiri di belakang pria itu.
"Dean, kamu gak papa?" Tanya Serra.
"Enggak tahu, badanku tiba-tiba gak enak. Panas rasanya, tolong ... turunkan suhu AC nya." Titah Dean.
"Panas?" Serra merasa suhu sudah sangat dingin, kenapa Dean tetap merasa panas. Kamar hotel ini memang lumayan besar, sampai sofa pun ada dua saling berhadapan. Mungkin kah, suhu AC nya kurang dingin menurut Dean?
"DIngin banget loh ini Dean! Kata mama kan kamu gak bisa terlalu dingin, ini sudah sangat dingin!" Protes Serra.
Dean menghela nafas kasar, dia sedang kesakitan seperti ini Serra masih melawannya. Pria itu pun beranjak berdiri dan berniat akan memarahi Serra. "Bisa nu ...."
Dean syok melihat apa yang Serra kenakan saat ini. Dimana, gaun tidur merah sangat kontras dengan warna kulit Serra yang putih. Rasa aneh di tubuh Dean semakin terasa saat melihat penampilan Serra saat itu. Dean beralih menatap gelas jamu yang baru saja dia minum.
"Itu bukan jamu masuk angin, tapi jamu lain! Astaga, kenapa mama melakukan ini padaku. Apa dia ingin anaknya tersiksa?"
"Wajahmu merah, apa demam juga?" Serra yang khawatir mencoba menyentuh kening Dean. Namun, reflek Dean langsung menepis tangan Serra dan menjauh. Pria itu berusaha mengontrol gejolak aneh dalam tubuhnya. Tapi, sekuatnya ia bertahan, tubuhnya tetap merasakan sakit.
"Dean ...,"
"Jangan dekat-dekat Serra!" Sentak Dean.
"Kenapa? Kamu kenapa sih?"
"Pakaian mu, apa tidak ada yang lebih tertutup? Apa kamu sengaja menggodaku huh?" Desis Dean, ia masih sempat-sempatnya melirik Serra.
"Pakaian yang aku siapkan di ganti semua sama mama. Hanya ada lingerie semua! Kau tahu, hanya ini yang lebih tertutup dari yang lainnya!" Jelas Serra.
Dean semakin yakin jika ini adalah ulah kedua wanita paruh baya itu. Pastilah, keduanya merasa jika rencana mereka akan sukses.
"Mama ... mama memberiku jamu, tapi itu bukan jamu obat biasanya."
"Terus jamu apa?" Tanya Serra.
"Serra, tubuhku benar-benar sakit." Dean berj0ngkok, ia menutup wajahnya dan menahan kesakitannya. Serra yang melihat hal itu tentu panik, tak peduli dengan larangan Dean tadi. Serra menghampiri Dean dan menyentuh lengannya.
"Kamu kenapa? Bilang dong kenapa? Jangan buat aku paniik!"
Dean tetap diam mengontrol tubuhnya, dia tak ingin memaksa Serra dalan keadaan seperti ini. Dirinya tahu, Serra pasti belum mau di sentuh olehnya. Dia tak mau mengecewakan wanita itu dan memilih menahannya walau berakhir tubuhnya terasa sakit.
"Tunggu ...." Serra baru menyadari apa yang terjadi pada Dean. Dia segera meraih jamu yang baru saja Dean minum dan menc1um aromanya. Memang aromanya aneh, Serra sebelumnya belum pernah menciumnya.
"Ini sangat panas." Lirih Dean, ia berusaha membuka bajunya berharap hal itu dapat mengurangi rasa panasnya.
Melihat Dean yang seperti itu Serra tak tega, ia mencoba menyentuh lengan Dean tapi dengan cepat Dean menepisnya. "Jangan Serra!"
"Dean, aku ... siap."
Dean yang mendengar hal itu mencoba mencerna, apakah telinganya salah mendengar ataukah tidak. Menyadari Dean yang bingung, Serra mencoba meraih wajah Dean dan mendekat wajahnya. Ia meng3cup bibir pria itu lebih dulu agar meyakinkannya dia sudah siap memberikan hak pada suaminya itu.
"Jika kamu membutuhkanku, aku siap Dean ...." Lirih Serra sembari mengelus wajah Dean lembut.
"Serra, aku tidak seperti biasanya, aku ....,"
"AKu tahu, lakukanlah." Melihat Serra yang mengizinkannya, Dean pun memulai aksinya. Ia meraih Serra dalam gendongannya dan membawanya ke tempat tidur. Gaun tidur mini Serra membuat gaiirah Dean melambung tinggi. Akalnya seolah terbang kemana, ia hanya ingin menuntaskan keinginannya saat ini yang sedari tadi ia tahan.
Malam ini, Serra melepaskan sesuatu yang sudah sangat lama ia jaga untuk seseorang yang kini telah menjadi suaminya. Tak di sangka, malam itu adalah malam panjang yang penuh gaiirah.
.
.
.
Eric membanting ponselnya ke lantai, raut wajahnya terlihat sangat marah. Dean telah berhasil membuatnya sangat emosi dengan perkataannya tadi. Sebelumnya ia menganggap Dean sebagai persaingannya mendapatkan kedudukan pewaris. Namun, kali ini karena Serra Eric jadi semakin membenci pria itu.
"Serra hanya mencintaiku, dia tak mungkin mencintai Dean begitu saja! Pasti, Serra menikah dengan Dean hanya terpaksa untuk memanas-manasiku ... yah! Pasti karena itu!" Seru Eric.
Cklek!
Eric menoleh ke belakang, ia melihat Tara berjalan menghampirinya dengan gaun tidur yang sangat terbuka. Eric yang melihat nya tampak biasa, pria itu justru mengambil minuman kaleng miliknya dan meminumnya. Sengaja ia berada di ruang kerjanya malam ini, tapi Tara malah menghampiri nya.
"Sayang, apa kamu belum mengantuk?" Tara memeluk Eric dengan manja, berharap pria itu terpesona dengannya.
"Tara, aku sedang lelah. Bisa kamu tidak ganggu aku?"
Senyuman Tara luntur, ia menatap Eric dengan tatapan kesal. "Kamu kenapa lagi sih?! Mikirin Serra lagi? Udahlah Eric, Serra itu udah nikah dengan kakak kamu! Gak usah kamu pikirin lagi! Dia udah gak cinta sama kamu!"
"ENGGAAAK!" Sentak Eric sembari mencengkram leher Tara.
Tara syok, ia berusaha melepaskan cengkraman Eric dari lehernya. Tatapan pria itu terlihat merah, seperti menahan emosi. Eric yang tadi sedang marah bertambah marah saat Tara mengatakan hal yang tidak dirinya sukai.
"Serra masih mencintaiku, dia menikah dengan Dean hanya demi status. Jika kamu tidak datang ke apartemenku saat itu, aku dan Serra bisa bersatu!" Eric lalu menarik tangannya. Tara mengambil kesempatan itu untuk menarik nafas sebanyak-banyaknya.
"Eric! Kamu bisa memb*nuhku!" Sentak Tara.
Tersadar apa yang di lakukannya, Eric menjatuhkan tubuhnya ke kursi kerjanya. Ia menutup wajahnya dan mencoba untuk mengatur emosinya. Setelah tenang, ia mengangkat pandangannya dan menatap Tara yang masih menatap marah ke arahnya.
"Maaf, aku begitu emosi."
"Kamu masih mencintai Serra? Sampai kapan? Aku yang mengandung anakmu, bukan Serra! Aku yang rela mengandung keturunanku yang nantinya akan menjadi pewaris! Sedangkan Serra? Dia tidak mau mengandung anakmu! Dia tak mau memberimu penerus! Hanya aku, hanya aku yang rela Eric!" Teriak Tara. Ia memegangi perutnya, rasa tertekan membuat perutnya terasa keram dan sakit.
"Tara ...,"
"Arghh!"
"Taraaa!
___
Kok gitu doang ehem ehemnya? Kasihan yang jomblo, kayak othornya🤓. Gak usah aneh aneh yah kalian, othor kalian nih masih piyik piyik😌
Chio kenapa berpikir seperti itu, kemanapun pergi fam arkatama tetap jadi rumah untukmu pulang.
Gak ada yang berbeda walaupun Ortu angkatmu sudah memiliki anak kandung kasih sayangnya tidak akan pernah berubah sama sekali. kamu juga pasti merasakannya.
Walaupun mami Serra tumbuh tanpa seorang ayah, dan papi dean hidup ditengah keluarga Toxic. Tapi mereka berdua selalu berusaha memberikan yang terbaik untuk anak2nya.
Tapi kalau Chio mau banget jadi keluarga tanpa ada kata anak adopsi, nanti udah dewasa nikah aja sama Chiara🤭 kaya malva karena kalian juga gk sedarahh dan satu air susu🥰
Btw gimana kabar pak tua sekarang, Cecep juga gimana? apakah mereka rujuk. Cecep jangan nikah lagi lebih baik kembali bersama Tara, Kasih kesempatan lagi karena mereka juga masih muda. sangat disayangkan kalau seandainya harus ganti pasangan..
Chiara duplikat Chio saat masih kecil.....makan terus😂