Di hari pertunangan, Emily mendapatkan kenyataan yang pahit di mana Adik Tirinya yang bernama Bertha mengatakan kalau tunangannya yang bernama Louis lebih mencintai Bertha dari pada Emily.
Untuk membuktikannya Bertha dengan sengaja mendorong Emily ke kolam renang kemudian Bertha ikut menyemburkan diri ke kolam renang.
Ternyata tunangannya lebih memilih menolong Bertha dari pada memilih Emily. Di saat krisis seorang pria tampan menolong dirinya dan membawanya ke rumah sakit.
Di saat itu pula Emily memutuskan pertunangannya dan ingin membalaskan dendam ke keluarganya serta mantan tunangannya. Di mana Emily menikah dengan pria penolongnya.
Apakah balas dendam Emily berhasil? Bagaimana dengan pernikahan Emily dengan pria penolongnya, apakah bahagia atau berakhir dengan perceraian? Ada rahasia tersembunyi di antara mereka, apakah rahasia itu? Silahkan ikuti novelku.
Tolong jangan boom like / lompat baca / nabung bab. Diusahakan baca setiap kali update
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Mama Kasandra, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Siapa kamu?
"Nona Muda Arimbi, mengapa Nona Muda Arimbi bisa mengatakan yang sebenarnya?" Tanya Emily.
"Kalian menghadapi Bertha seperti ini, terlalu berlebihan." Ucap Louis dengan nada dingin.
"Bertha, ayo kita pergi dari sini. Nanti kita akan menemukan Stylist yang lebih baik dari Nona Muda Arimbi." Sambung Louis sambil menatap tajam ke arah Nona Muda Arimbi.
"Sampai jumpa." Ucap Nona Muda Arimbi sambil melambaikan tangannya.
Louis hanya mendengus kemudian menarik tangan Bertha agar pergi meninggalkan mereka. Namun baru beberapa langkah dirinya di panggil membuat Louis dan Bertha menghentikan langkahnya untuk mendengarkan kalimat selanjutnya.
"Tuan Muda Louis." Panggil Nona Muda Arimbi.
"Ijinkan Aku mengatakan yang sejujur-jujurnya. Setelah bertahun-tahun Aku berkecimpung di dunia industri hiburan. Kemampuanku dalam menganalisa seseorang sangat baik. Karena Aku bisa mengetahui apakah wanita itu sangat baik dan manis atau jahat dan licik." Ucap Nona Muda Arimbi.
"Jika Tuan Muda Louis sangat suka wanita jahat dan licik maka anggap saja Aku tidak bilang. Tapi jika Tuan Muda Louis tidak suka dengan wanita jahat dan licik itu maka Aku menyarankan agar Tuan Muda Louis untuk meninggalkan wanita ini sesegera mungkin." Sambung Nona Muda Arimbi.
Louis dan Bertha saling menatap di mana terlihat jelas kalau Bertha sedang menahan amarah atas perkataan Nona Muda Arimbi.
Emily langsung menarik tangan Louis untuk secepatnya pergi dari tempat tersebut sambil menahan amarah terhadap Emily karena sudah menggagalkan rencana jahatnya.
"Nona Muda Arimbi, terima kasih sudah berbicara denganku." Ucap Emily dengan tulus.
"Sama-sama. Kalau bisa tolong katakan ke Tuan Muda Richardo kalau Aku sudah membantumu. Lalu katakan padanya bisakah menaikkan lagi gajiku beberapa kali lipat. Karena suamimu mengundangku kali ini memakan biaya yang sangat mahal." Ucap Nona Muda Arimbi.
"Bukan hanya mengeluarkan tiga kali lipat tapi juga mengirimkan pesawat pribadi untuk mengantarku. Oh iya selain itu suamimu memberikan jam tangan yang sudah lama Aku sukai." Sambung Nona Muda Arimbi sambil memperlihatkan jam tangan yang dikenakannya.
"Nyonya Muda Richardo, menikah dengan suami ini membuat Nyonya Muda Richardo sangat bahagia, bukan?" Tanya Nona Muda Arimbi sambil menyenderkan tangannya ke bahu Emily.
"Ternyata suamiku sangat boros menghabiskan uang yang tidak perlu. Lihat saja bagaimana Aku akan menegurnya." Ucap Emily tanpa menjawab pertanyaan Nona Muda Arimbi.
"Sepertinya seru." Ucap Richardo yang tiba-tiba datang dan berjalan ke arah mereka.
"Suamiku, akhirnya suamiku datang tepat waktu." Ucap Emily sambil berdiri saling berhadapan dengan Richardo.
"Aku ingin bertanya berapa biaya untuk gaun dan make up yang dikeluarkan untukku?" Tanya Emily penasaran.
Richardo menatap ke arah Nona Muda Arimbi dengan tatapan tajam membuat Nona Muda Arimbi langsung berdiri sambil tersenyum.
"Aku ... Aku tidak pernah mengatakan apa-apa. Aku pergi dulu." Ucap Nona Muda Arimbi kemudian pergi untuk menyelamatkan diri.
Sambil berjalan Nona Muda Arimbi memberikan kode ke arah pegawainya untuk meninggalkan Emily dan Richardo. Mereka dengan patuh langsung mengikuti Nona Muda Arimbi keluar dari ruangan tersebut.
"Berapa biaya itu tidak penting karena yang terpenting adalah membuat istriku bahagia dan Aku akan selalu berusaha untuk membuatmu lebih bahagia." Ucap Richardo dengan tulus sambil membelai rambut Emily dengan lembut.
Emily yang mendengarkan ucapan suaminya sangat terharu dan semakin mencintai Richardo. Dirinya tidak salah memilih Richardo menjadi suaminya dan dirinya sangat bersyukur bisa mendapatkan suami sebaik Richardo.
"Oh ya, tadi Aku melihat Bertha dan Louis keluar dengan emosi. Pesta kali ini Aku sengaja mengundang mereka, kalau mereka tahu kamu menikah dengan salah satu anggota keluarga William. Kira-kira apa ekspresi mereka?" Tanya Richardo.
"Aku rasa mereka terkena serangan jantung karena selama ini mereka menganggap suamiku tidak berguna dan pria miskin." Jawab Emily.
Richardo hanya tersenyum kemudian mereka kembali mengobrol dan tidak berapa lama datang Nona Muda Arimbi untuk mengukur tubuh Emily untuk membuat gaun pesta.
Setelah selesai Emily dan Richardo pamit ke Nona Muda Arimbi kemudian mereka pulang menuju ke mansion milik Richardo.
xxxxxxxxxx
Di tempat yang berbeda di mana Louis dan Bertha berada di dalam mobil milik Louis di mana mereka berdua sangat kesal terhadap Emily terlebih Bertha.
"Aku tidak tahu mengapa Kakakku bisa mendapatkan stylist yang sangat terkenal bahkan keluargaku tidak bisa mendapatkannya. Apakah Kakakku mencari pria kaya agar bisa mendapatkan stylist yang sudah sangat terkenal di negara ini?" Tanya Bertha dengan wajah kesal.
"Nona Muda Arimbi tidak bisa di undang dengan uang. Jadi tidak mungkin Kakakmu mencari pria kaya." Jawab Louis sambil melirik sekilas ke arah Emily.
'Mungkin Aku benar-benar keliru dalam menilai suami Emily kalau suami Emily sepertinya adalah orang yang sangat penting. Tidak, Aku harus menghancurkannya.' Ucap Emily dalam hati.
"Apakah Kakakku mengambil jalan yang salah lagi? Bisa saja Kakakku merayu salah satu saudaranya Nona Muda Arimbi agar Kakakku bisa menggunakan jasa Nona Muda Arimbi tanpa perlu mengeluarkan uang." Ucap Bertha yang berusaha menjelek-jelekkan Emily di depan Louis.
"Aku bilang seperti ini karena sejak Kakakku menikah bersama pria itu, sekarang menjadi jahat dan menggunakan berbagai cara. Jadi kita berdua harus membantunya agar Kakakku menyadari akan kesalahannya." Sambung Bertha.
"Menurut pemahamanku tentang Kakakmu, Kakakmu setelah menentukan sesuatu tidak pernah mudah berubah. Jadi bagaimana caranya membantu Kakakmu?" Tanya Louis.
"Pastilah bisa. Kak Louis bisa berbicara dengan Kak Emily dengan tenang karena dulu Kak Emily sangat menyukaimu. Tapi sekarang tidak mungkin tiba-tiba menyukaimu lagi. Aku percaya semua yang Kakak lakukan adalah untuk mendapatkan perhatianmu jadi kita memintanya untuk keluar dan berbicara." Jawab Bertha.
"Tapi sekarang Dia mungkin tidak akan mendengarkan nasehatku." Ucap Louis.
"Kalau begitu kita perlu menggunakan cara lain." Ucap Bertha.
"Maksudnya?" Tanya Louis penasaran.
Bertha kemudian menceritakan rencananya sedangkan Louis hanya mendengarkan hingga Bertha selesai bercerita.
Louis setuju hingga tidak terasa mereka sudah sampai di mansion milik orang tua Bertha kemudian Louis melanjutkan kendaraannya menuju ke mansionnya.
xxxxxxxxxxxxx
Di tempat yang berbeda di mana Emily dan Richardo sudah sampai di mansion. Richardo yang sudah kecanduan dengan tubuh Emily meminta Emily untuk melakukan hubungan suami istri.
Hingga satu jam kemudian mereka sudah selesai melakukan hubungan suami istri dan juga sudah selesai membersihkan tubuhnya yang lengket.
Tubuhnya yang lelah membuat Richardo dan Emily cepat tidur di mana mereka berdua tidur sambil berpelukan dan memberikan kehangatan masing-masing.
Namun belum ada lima belas menit ponsel milik Emily berdering membuat Emily memaksakan membuka matanya.
Emily kemudian mengambil ponselnya yang diletakkan di atas meja sambil turun dari ranjang. Emily yang tidak ingin suaminya terbangun membuat Emily berjalan agak menjauh lalu menggeser tombol berwarna hijau.
'Hallo.' Panggil Emily.
'Kalau kamu ingin tahu penyebab kematian Ibumu. Maka datanglah sendiri malam ini ke Hotel William kamar 808.' Ucap seorang pria yang ada di sebrang telepon.
'Siapa kamu?' Tanya Emily dengan wajah terkejut.
Tanpa menjawab sambungan komunikasi langsung diputuskan secara sepihak membuat Emily menatap ke arah layar ponselnya dengan tatapan masih terkejut sekaligus penasaran.