kita memang tak tau siapa yang tuhan takdir kan untuk kita,namun kita bisa melabuhkan hati kita pada siapa. namun bagaimana jadinya jika ternyata hati dan takdir tak sejalan. Begitulah yang di rasakan oleh Aidan Arsyad Rafardhan,dia mencintai seorang wanita dan berniat akan melamar nya,namun bagaimana jadinya malah dia menikah dengan adik dari sang pujaan hati?
"menikahi orang yang di cintai memang impian,tapi mencintai orang yang di nikahi adalah kewajiban."
Aidan Arsyad Rafardhan
yukkk simak cerita lengkapnya di sini 👇
tinggalkan like,komen dan follow setelah membaca yah ☺️😆
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon h.alwiah putri, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
bab 15. makanan yang tak asing
"kebo banget sih mbak dari tadi loh kita nungguin."ucap Athar saat melihat Maureen datang lengkap menggunakan mukena untuk sholat subuh bersama.
Berbeda dengan Aidan dan Athar yang sudah bangun saat jam dua dini pagi,lalu melaksanakan sholat tahajud. Maureen masih tertidur,Aidan pun tadi sudah membangunkan Maureen untuk sholat tahajud namun Maureen enggan bangun.
Akhirnya saat sholat subuh mereka akan melaksanakan nya dengan berjamaah,Aidan membangunkan Maureen namun ya begitulah Maureen susah sekali untuk bangun.
Sehingga Athar harus menunggu hampir setengah jam di ruang yang khusus untuk tempat sholat dan ngaji,yang berada di lantai bawah.
"Ya terserah gue lah cil,lagian kan sholat bisa nanti jam setengah enam."kesal Maureen.
"Astagfirullah mbak,sholat jangan di nanti nanti. Jam setengah enam udah akhir banget,harus di biasain sholat awal waktu."
"Sudah sudah jangan pada debat ayo kita sholat,kita udah telat."lerai Aidan.
Mereka pun melaksanakan sholat subuh berjamaah, setelah sholat berjamaah mereka pun bertadarus Al-Qur'an. Awalnya Maureen tak mau tapi di paksa oleh Aidan.
"Akhirnya kita mbak udah hafal tiga puluh juz ternyata juz tiga puluh aja belum bisa."cibir Athar.
"Yee terserah gue dong cil,Lo ngurusin hidup gue mkku perasaan. Emang Lo bisa lebih dari gue hah,gak usah songong Lo juga baru hafal juz 30 kan."
"Ehhh enak aja,Athar udah hafal sepuluh juz yah mbak."
"Hah?"Maureen merasa tak percaya dengan ucapan Athar.
"Iya,Athar memang udah hafal sepuluh juz bentar lagi sebelas."jelas Aidan,seolah berkata jika apa yang di ucapkan oleh adiknya adalah benar.
"Wih hebat juga Lo. Terus kalau bapak udah hafal berapa juz?"tanya Maureen.
Tak lupa dia juga memberikan apresiasi pada Athar yang sudah bisa menghafal sepuluh juz, Maureen jadi merasakan minder sendiri,Athar saja sudah hafal sepuluh juz di usia nya yang baru menginjak dua belas tahun lah ini dia udah sembilan belas mau dua puluh taun,baru hafal sembilan belas surah di juz tiga puluh.
"Abang udah hafal tiga puluh juz nya sejak usia lima belas tahun."bukan Aidan yang menjawab tapi Athar.
"Hah beneran?"Maureen merasa tak percaya dengan ucapan Athar.
"Alhamdulillah."balas Aidan.
"Wih hebat hebat yah kalian,jadi makin minder gue,yang gak paham agama iman aja minim banget bisa ada di tengah tengah keluarga yang paham agama. Serua bapak itu jangan terima perjodohan ini,kita beda dari segala segi pak."Maureen merasa minder sendiri dengan keluarga Aidan yang hebat hebat.
"Jodoh gak ada yang tau,saya gak liat masa lalu kamu atau siapapun kamu. Jika memang yang di takdirkan tuhan untuk saya adalah kamu bisa apa. Untuk memperbaiki agama dan keimanan itu sudah menjadi tanggung jawab saya sebagai suami kamu,kita bisa sama sama belajar. Insyaallah saya bisa membimbing kamu."balas Aidan lembut dengan menyiratkan ketulusan.
Maureen pun tersenyum,dia merasa terharu dengan ucapan Aidan. "Emmm kalian mau gak bantuin aku buat menghafal Alquran?"tanya Maureen dengan malu malu.
Aidan dan Athar pun tersenyum. "Pasti sayang,malahan saya seneng denger kamu pengen menghafal Alquran."Aidan mengelus pucuk kepala Maureen.
Mereka pun mengatur jadwal hafalan dan ngaji Maureen dan juga Athar. Setelah itu, ketiganya pun kembali pada aktivitas masing masing.
Athar bersiap untuk berangkat sekolah,Aidan mengecek pekerjaan sedangkan Maureen dia pergi ke dapur. Ya untuk apalagi jika bukan untuk masak.
"Thar sini sarapan dulu."ucap Maureen saat melihat adik iparnya sudah rapih dengan baju sekolahnya.
Walaupun sebenarnya Maureen kesal dengan Athar tapi ya sebagai Kaka ipar yang baik Maureen memasak untuk Athar dan tak lupa dia juga menyiapkan bekal untuk Athar.
"Ini mbak sendiri yang masak?"tanya Athar tak percaya melihat beberapa menu di atas meja.
"Heem tuh yang kotak bekel warna putih buat Lo kesekolah,kalau yang abu but pak Aidan. Makan abisin,gini gini juga gue pinter masak."
"Heem." Athar pun duduk di kursi lalu mengambil beberapa lauk pauk.
"Ini bukan pesen dari restoran kan mbak?"Athar tampak tak percaya dengan rasa masakan Maureen yang persis seperti salah satu masakan restoran.
"Ya enggaklah,tuh kalau gak percaya bahan bahan masakan sama wadah wadahnya di sana."
"Siapa yang masak?"tanya Aidan yang sudah parih dengan pakaian kerja nya khas seperti seorang dosen.
"Mbak Maureen."jawab Athar sembari terus memakan masakan Maureen.
Aidan pun memandang ke arah Maureen dengan tatapan kurang percaya.
"Kenapa gak percaya?"tanya Maureen yang sudah mengerti dengan tatapan Aidan.
"Percaya kok, ternyata kamu pinter masak juga yah."Aidan mulai mendudukkan tubuhnya di kursi.
"Mau sama apa?"tanya Maureen dengan cekatan mengambil piring Aidan.
Aidan yang melihat nya pun tersenyum. "Apa aja saya suka kok, apalagi masakan kamu."ucap Aidan.
Maureen pun mulai mengambilkan makanan pada piring Aidan, setelah itu menyerahkan nya pada Aidan. Setelah melihat suaminya makan Maureen pun mengambilkan makanan untuk dirinya sendiri.
Senakal nakalnya Maureen tapi dia tau adab pada suaminya dan bagaimana cara memperlakukan seorang suami,bukan dari mama nya ataupun ayah nya.
Namun Maureen mengetahui nya dari mendiang nenek dan kakeknya yang sudah mengajarkan hal hal dasar adab pada orang lain yang lebih tua, ataupun suami padanya sejak dini.
Aidan sedikit terpaku dengan makanan yang di buat oleh Maureen,tentu rasa ini sangatlah tidak asing di lidahnya.
"Apa mungkin Maureen beli makanan di restoran itu yah, rasanya sangat mirip."ucap Aidan dalam hatinya.
"Ah mungkin saja,lagian bukannya Maureen tak bisa masak berarti dia tidak masak dan ini makanan dia beli. Maureen Maureen segitunya kamu pengen terlihat baik di hadapan saya, padahal saya tak mempermasalahkan jika kamu memang tak bisa masak."batin Aidan.
"Kamu bagian kuliah siang??"tanya Aidan.
"Iya,kenapa emang."
"Kalau mau berangkat ke kampus, telpon saya nanti saya jemput."
"Gak usah,gue bisa berangkat sendiri pake ojeg atau taksi."
"Gak pokoknya nanti kasih tau saya biar saya jemput."
"Gak usah bapak juga pasti lagi ada kelas kan."
"Nurut Maureen."tekan Aidan tak mau di bantah.
Maureen pun pasrah menganggukkan kepalanya."sampai jam berapa kira kira selesai kelasnya?"
"Gak lama cuman satu mapel doang."
"Nanti pulangnya juga kabarin saya."
"Gak usah nanti gue pulangnya mau mampir ke beberapa tempat dulu,paling pulang jam tujuh malam."ucap Maureen.
"Kok malam,emang mau kemana? Sama siapa?"
"Inget pesan mama Hana,kamu mau kemana mana harus atas izin saya dan saya harus tau kamu mau kemana aja."
"Iya bawel banget sih."ucap Maureen kesal.
"Kabarin terus saya,kalau ada apa apa telpon."
"Iyaaaa."
"Kalau udah makan nya tadi gue siapin bekel,tuh yang kotak warna abu buat bapak."
"Terimakasih."
"Heem."
Setelah mereka selesai sarapan,Aidan dan Athar pun pamit untuk pergi.
"Kamu gak perlu beresin rumah, nanti ada bibi yang setiap hari saya suruh untuk beres beres rumah."pesan Aidan.
Maureen pun mengangguk, padahal tadinya dia sudah menyiapkan tenaga untuk membereskan rumah. Namun ternyata Aidan ini salah satu suami pengertian,yang tak akan membiarkan istrinya kelelahan untuk membereskan rumah.
"Saya pamit yah."Aidan pun menyodorkan tangannya lalu Maureen mencium tangan Aidan di balas oleh Aidan dengan kecupan di kening.
"Assalamualaikum."
"Waalaikumusalam."
ada ruang,