"Hey, Dad !!"
Tidak ada angin maupun hujan tiba-tiba Kaizar di panggil ayah oleh dua bocah kembar yang kebetulan ia temui di sebuah mall.
"Jangan panggil aku Daddy, aku belum menikah." Tolak pria itu dengan tegas.
Namun sejak saat itu hidup Kaizar selalu di ganggu oleh ke dua bocah nakal itu.
Siapa sebenarnya mereka dan ada hubungan apa mereka dengan Elle sekretaris sekaligus partner ranjangnya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Qinan, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab~30
"Apa kamu bilang? Saya cemburu? Ck, hubungan kita hanya sebuah kontrak kerja jika kamu lupa dan karena aku sudah membayarmu mahal maka aku tidak rela jika kamu juga bermain dengan pria lain." Tegas Kaizar tanpa perasaan.
Mendengar itu Elle langsung terdiam di kursinya, niat awalnya ingin mengejek pria itu namun nyatanya ia yang tertampar oleh kenyataan jika hubungan mereka hanya sebatas kontrak kerja dan akan berakhir kapanpun sesuai keinginan pria itu.
Akhirnya sepanjang perjalanan wanita itu tak lagi membuka suaranya dan hanya menjawab sekenanya jika di tanya.
"Semalam kenapa tiba-tiba mematikan ponselmu ?" Tanya Kaizar setelah lama mereka terdiam.
"Ponsel saya tiba-tiba mati sendiri, pak." Sahut Elle singkat.
"Bukan sengaja di matikan ?" Tuding pria itu.
Elle mencoba bersabar. "Akhir-akhir ini ponsel saya memang sering seperti itu." Balasnya lalu keduanya nampak kembali diam.
Namun Kaizar terlihat mencuri pandang ke arah wanita yang sedang duduk anteng di sebelahnya itu.
"Sejak kapan kenal dokter Rangga ?" Tanya pria itu kemudian.
"Beberapa bulan yang lalu." Terang wanita itu.
"Cukup dekat ?"
Elle mengangguk kecil. "Kami hanya berteman." Ucapnya menegaskan.
"Tapi kamu berdandan untuknya." Cibir Kaizar, karena tak biasanya wanita itu memoles wajahnya saat ke kantor tapi demi bertemu dengan pria itu sang asisten mati-matian merubah penampilannya.
"Saya hanya mencoba makeup yang anda belikan kemarin, tapi jika anda tak berkenan saya akan menghapusnya." Elle segera mengusap bibirnya namun pria itu langsung menahan tangannya lalu menepikan mobilnya.
Setelah mobil terparkir dengan benar Kaizar beralih menatap wanita di sebelahnya itu. "Tak perlu di hapus kamu terlihat cantik memakai itu, tapi jika kamu tetap ingin menghapusnya mungkin aku bisa membantumu." Ujarnya lantas menarik tengkuk wanita itu dan melu mat bibirnya.
Elle yang mendapatkan serangan tiba-tiba pun hanya bisa pasrah, kenapa perkara lipstik saja bosnya sampai bersikap seperti itu.
Kaizar terus melu mat bibir wanita itu sampai ia merasa puas, bahkan kini ciuman mereka semakin dalam dan intens hingga membuat Elle hampir kehabisan napas jika saja pria itu tak segera melepaskannya.
Akhirnya wanita itu bisa bernapas lega saat tautan bibir mereka terlepas, namun justru erangan tiba-tiba lolos dari bibirnya saat ciuman pria itu turun ke leher jenjangnya.
Pria itu nampak mengecupinya dan memberikan beberapa tanda kepemilikan di sana, lalu setelah merasa puas baru menjauhkan tubuhnya.
"Lain kali jangan membuatku marah, bermakeup lah jika hanya bersamaku saja. Karena aku tidak ingin pria-pria kurang ajar di luar sana menggodamu." Tukas Kaizar seraya mengusap puncak kepala wanita itu.
Elle hanya bisa diam, memang ia bisa apa karena harga diri dan kebebasannya sudah ia jual pada pria itu. Pria yang berlagak menjadi pelindungnya tapi bahkan lebih brengsek dari seorang penjahat.
Sesampainya di kantornya wanita itu kembali di sibukkan dengan pekerjaannya dan bosnya entah pergi kemana. Karena setelah mengantarnya ke kantor pria itu kembali pergi.
"El, kamu baik-baik saja? Apa ada urusan penting hingga membuatmu harus izin? Aku khawatir karena ponselmu tak bisa di hubungi." Tiba-tiba Dimas menghampiri meja wanita itu.
Elle nampak mengangkat wajahnya lantas sedikit mengulas senyumnya melihat kekhawatiran pria itu. "Hm, aku baik-baik saja pak Dimas." Sahutnya menegaskan.
"Apa terjadi sesuatu pada kedua anakmu ?" Tanya pria itu kemudian.
Elle memang telah memberitahu pria itu perihal anak-anaknya, Dimas sosok pria cerdik yang tidak mungkin bisa di bohongi dan karena kemampuannya itu pria tersebut menjadi andalan di kantornya.
Tetapi sepertinya pria itu belum mengetahui hubungannya dan sang wakil CEOnya, karena memang harus ia rahasiakan sesuai isi kontrak perjanjian.
"Hari ini jadwal mereka kemoterapi." Terang Elle kemudian.
"Jika begitu kenapa tidak izin satu hari saja untuk menemani mereka hingga selesai ?" Dimas memberikan saran.
"Pak Kaizar pasti tidak akan mengizinkan." Elle nampak tersenyum sinis, ijin setengah hari saja sudah membuat pria itu uring-uringan tak jelas apalagi satu hari penuh.
"Kenapa kamu tak mengatakan yang sebenarnya saja, El ?" Dimas kembali memberikan saran.
"Dan nasibku akan sama seperti di perusahaanku yang lama? Di pecat hanya karena terlalu sering minta ijin mengurus anak-anakku." Lagipula Elle masih mengingat bagaimana isi kontrak kerjanya dengan Kaizar jika ia benar-benar seorang single dan itulah yang membuatnya belum ingin jujur pada sang atasan.
Lagipula ia juga belum ingin di pecat karena ketahuan memiliki anak, ia masih membutuhkan uang untuk pengobatan mereka sampai benar-benar sembuh.
"Ada aku di sini El, aku akan membantumu apapun yang terjadi." Dimas langsung menyemangatinya.
"Terima kasih pak Dimas." Elle nampak mengulas senyum tipisnya.
Ehmm
Tiba-tiba seseorang berdehem hingga membuat keduanya langsung menoleh.
"Waktunya bekerja bukan berselingkuh." Sinis Kaizar seraya masuk ke dalam ruangannya dan menutup pintunya sedikit keras.
Elle dan Dimas langsung berpandangan lalu keduanya saling menjauh. "Kamu sudah punya pacar El ?" Tanya pria itu memastikan.
Elle langsung menggeleng. "Tidak pak, saya belum ada waktu memikirkan hal itu karena bagi saya kesembuhan anak-anak yang utama. Bapak sendiri apa sudah punya kekasih ?" Tukasnya mengingat bagaimana perkataan sinis sang bos, ia takut jika di tuding menjadi orang ketiga dalam hubungan Dimas dan kekasihnya.
"Aku juga tidak ada waktu untuk itu El, pekerjaanku terlalu banyak." Terang Dimas, sejak mengabdi pada keluarga Adiguna waktunya hampir 24 jam untuk mereka hingga di usianya yang sudah hampir menginjak kepala tiga belum juga menemukan pendamping hidup.
"Lalu...." Elle menjeda ucapannya dan memikirkan perkataan bosnya tadi.
"Ku rasa pak Kaizar hanya bercanda, sudah jangan di pikirkan kembalilah bekerja !!" Perintah Dimas, setelah itu segera kembali ke dalam ruangannya namun sepanjang langkahnya ia juga sedang memikirkan sikap adik dari atasannya tersebut.
Apa pria itu sedang cemburu melihat kedekatannya dengan Elle?
Tak berapa lama nampak seorang wanita datang. "Nona Elle, aku membawakan barang milik bosmu yang ketinggalan di mobilku." Shela nampak meletakkan sebuah paper bag di atas meja Elle.
"Kenapa tidak nona Shela sendiri yang memberikannya pada pak Kaizar ?" Elle memberikan saran.
"Aku sedang terburu-buru, baiklah salam buatnya saja." Sahut Shela lalu segera pergi dari sana.
Elle nampak termangu melihat kepergian wanita itu, rupanya mereka tadi pergi bersama. Entah hubungan seperti apa yang mereka jalin, karena ia pikir tak ada persahabatan antara lelaki dan wanita karena salah satu pasti ada yang suka.
Wanita itu menghela napas sejenak, lalu segera beranjak dan membawa paper bag tersebut ke dalam ruangan sang bos.
"Nona Shela menitipkan ini buat bapak." Terangnya kemudian.
"Bawa sini, kenapa dia tidak memberikannya sendiri ?" Tanya pria itu.
"Katanya terburu-buru, beliau hanya titip salam buat anda." Sahut Elle seraya meletakkan barang tersebut di atas meja pria itu.
"Kalau begitu saya permisi." Imbuhnya lagi lalu segera melangkah pergi.
"Siapa yang mengizinkan mu pergi ?" Tegas Kaizar hingga membuat langkah wanita itu terhenti, entah apa yang di inginkan bosnya itu lagi.