Ricard Dirgantara, pelayan bar yang terpaksa menjadi suami pengganti seorang putri konglomerat, Evelyn Narendra.
Hinaan, cacian dan cemooh terus terlontar untuk Richard, termasuk dari istrinya sendiri. Gara-gara Richard, rencana pernikahan Velyn dengan kekasihnya harus kandas.
Tetapi siapa sangka, menantu yang dihina dan terus diremehkan itu ternyata seorang milyader yang juga memiliki kemampuan khusus. Hingga keadaan berbalik, semua bertekuk lutut di kakinya termasuk mertua yang selalu mencacinya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Sensen_se., isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
BAB 24 : TO THE POINT
Meski dipenuhi berbagai pertanyaan, satpam yang mengikutinya tadi bergegas membawa koper Velyn dan berlari membukakan pintu untuk tuannya.
Richard keberatan jika harus menaiki lantai dua sembari menggendong Velyn yang pingsan. Karena biasanya, beban orang pingsan bertambah berkali-kali lipat.
“Paman, tolong letakkan kopernya di kamarku! Jangan membuat keributan takut kakek bangun. Satu lagi, tolong ambilkan HPku,” perintah Richard mulai melepas sepatu Velyn dan membuka blazer yang membalut gaun lengan pendeknya.
“Baik, Tuan.” Tanpa bertanya lagi, lelaki setengah baya itu segera menuruti perintah Richard.
Sedangkan Richard berlari ke dapur, meminta tolong pada pelayan untuk membuatkan teh hangat dan segera antar ke depan.
“Tuan, ini ponselnya,” ucap satpam rumah menyodorkan benda pipih milik tuannya.
“Terima kasih.” Kalimat-kalimat yang dulu sangat langka bahkan sama sekali tidak pernah terucap dari bibir Richard, sekarang menjadi begitu ringan terdengar. Para pekerja rumah itu, awalnya sangat terkejut sekaligus terharu atas perubahan Richard.
Richard langsung menghubungi dokter keluarga yang biasanya menangani sang kakek. Ia berusaha agar tidak panik dan mengundang perhatian seisi rumah. Saat salah satu ART mengantarkan teh hangat, sempat membeliak kaget. Bahkan langkahnya terhenti ketika melihat sosok perempuan terbaring di sofa.
Richard meletakkan jari telunjuknya di bibir, memberi isyarat agar wanita itu tidak bersuara. Mengerti maksud tuannya, wanita itu kembali melangkah dan meletakkan teh hangat di meja.
“Halo, tolong datang ke rumah sekarang juga! Darurat!” perintah Richard saat sambungan teleponnya terhubung.
“Jam berapa ini gila!” umpat dokter muda yang masih bergelung di bawah selimutnya.
“Hei! Dokter itu harus profesional! Atau aku hentikan jasamu dan putus semua transferan tiap bulan nih!” ancam Richard pada dokter sekaligus sahabatnya.
“Oi, janganlah! Oke lima belas menit sampai!” sahut sang dokter mematikan sambungan suara secara sepihak.
Richard berjongkok, memberikan rangsangan minyak angin pada hidung istrinya. Ia menyeka keringat yang menyembul dari kening wanita itu. Kantung matanya tampak begitu jelas, mempertegas bahwa wanita itu jarang tidur akhir-akhir ini. Wajahnya pucat pasi, membuat Richard tidak tega.
Sesuai janji sang dokter, tepat lima belas menit, lelaki itu sudah sampai di kediaman Richard. Segera turun dari mobil, berlari masuk sembari menenteng tas kerjanya. “Apa yang terjadi pada Kakek, Cad?” tanya Daniel saat melihat sahabatnya duduk di sofa ruang tamu.
“Bukan Kakek,” sahut Richard menoleh pada wanitanya. “Tapi dia,” sambung Richard mengedikkan dagu.
Daniel membelalak lebar, mulutnya pun menganga. “Njirr! Siapa dia? Pulang-pulang bawa bidadari!” pekiknya yang segera dibekap oleh tangan Richard.
“Jangan berisik! Nanti Kakek bangun! Diam dan lakukan saja tugasmu! Periksa dia!” tegas Richard melayangkan tatapan tajamnya. Daniel mengangguk, meski masih terkejut luar biasa.
Ia segera mengeluarkan stetoskop, mengecek detak jantung, beralih pada denyut nadi, mengukur tensi dan membuka kelopak mata Velyn.
“Kau tahu, Catty selalu menanyakan kamu setiap hari selama lima tahun terakhir. Aku sampai mau muntah menjawabnya saking bosannya. Dan sekarang kamu tiba-tiba pulang dengan membawa wanita lain. Ckckck! Dasar kadal!” cerocos Daniel tiada jeda.
Sebuah tampolan langsung mendarat di tengkuk Daniel. Wajah Richard kesal bukan main, “Bukannya fokus dengan pasien malah sibuk berceramah. Bilang saja kamu nggak tahu, beres ‘kan! Atau kamu kawinin saja sana!” tandas Richard mendengkus kesal.
“Hei, tidak semudah itu ferguso! Catty sudah cinta mati sama kamu. Lagian, dia terlalu sexy dan agresif. Aku tidak suka. Mampus kau, bakal dikejar-kejar sama manusia satu itu! Ah sepertinya wanita ini lebih cocok denganku!” gurau Daniel memperhatikan Velyn lamat-lamat.
“Mau mati kau?” geram Richard mencengkeram kemeja pendek Daniel. “Dia istriku, sialan!” sambungnya menghempas tubuh Daniel dengan kesal. Deru napasnya berembus dengan kasar.
“Serius?” Daniel membelalak tak percaya.
“Tutup mulut atau kujahit nanti!” seru Richard dengan geraman tertahan.
Tanpa mereka sadari, beberapa ART rela menghentikan tugasnya demi bisa mendengar perbincangan serius tuan mudanya. Mereka pun sama terkejutnya seperti Daniel. Saling menatap tak percaya.
“Apa dia hamil?” tanya Richard to the point dan tidak sabar setelah menghela napas panjang demi mengurai kesabarannya. Menunggu jawaban dari sang dokter yang telah selesai dengan pemeriksaannya.
Bersambung`
semoga sehat selalu 🤗🤗🤗
ck.. ck.. ck..
Malunya gak akan abis tujuh turunan..
Sulit buat Velyn.. makin cinta dech.. /Heart//Heart/
aq kasih bunga sama Vote
Mana panas pula lihat Stevy dah masuk mobil Delon