Devina Putri Ananta berusaha menata hati dan hidupnya setelah bercerai dari suaminya, Arthur Ravasya Barnett. Perceraian yang terjadi lima tahun yang lalu, masih menyisakan trauma mendalam untuknya. Bukan hanya hati yang sakit, namun juga fisiknya. Terlebih ia diceraikan dalam keadaan hamil.
Devina dituduh berselingkuh dengan adik iparnya sendiri. Akibat kejadian malam itu, saudari kembar Devina yakni Disya Putri Ananta harus meninggal dunia.
"Menikahlah dengan suamiku, Kak. Jika bersama Kak Arthur, kakak enggak bahagia dan terus terluka. Maafkan aku yang tak tahu jika dulu Kak Reno dan kakak saling mencintai," ucap Disya sebelum berpulang pada Sang Pencipta.
Bayang-bayang mantan suami kini kembali hadir di kehidupan Devina setelah lima tahun berlalu. Arthur masih sangat mencintai Devina dan berharap rujuk dengan mantan istrinya itu.
Rujuk atau Turun Ranjang ?
Simak kisah mereka yang penuh intrik dan air mata 💋
Merupakan bagian dari novel : Sebatas Istri Bayangan🍁
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Safira, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 24 - Mantan Pasien Rumah Sakit Jiwa
Arthur membuka matanya. Devina masih dalam kondisi mata terpejam dan terbaring di atas ranjangnya.
"Jika sejak saat itu aku tahu kalau dia pernah jadi mantan kekasihmu walau kalian pacaran tak begitu lama hanya hitungan bulan, kupastikan kita akan hidup sangat berjauhan darinya." Arthur bergumam lirih.
Lalu ia bangkit dari duduknya dan menyalakan ponselnya. Seketika begitu banyak pesan maupun panggilan tak terjawab yang masuk ke dalam ponsel miliknya. Dominan dari Lisa.
Arthur tak menggubris pesan dari Lisa. Sebab, ia sudah menyuruh salah satu sopir pribadinya untuk menjemput Lisa di hotel dan mengantarkan wanita itu pulang. Lisa tentu saja terkejut melihat sopir Arthur yang menjemputnya.
"Mas Arthur ke mana, Pak?"
"Saya kurang tahu, Non. Tadi Pak Arthur cuma telepon saya buat jemput Non Lisa di sini. Mungkin Pak Arthur mendadak ada urusan penting," jawab sang sopir.
"Urusan penting apa?"
"Waduh saya enggak tahu, Non."
"Huft !!" keluh Lisa.
Akhirnya dengan hati dongkol, Lisa pun terpaksa pulang diantar sopir pribadi Arthur tanpa kejelasan di mana keberadaan tunangannya tersebut.
☘️☘️
Arthur membidik satu jepretan foto Devina dalam posisi sekarang ini. Lalu ia mengirim pesan singkat pada Reno sekaligus foto Devina tersebut.
Arthur
📩 ["Kamu pasti tahu di mana unit apartemen pribadiku ini karena dulu aku pernah tinggal bersama istriku. Devina sedang ada bersamaku,"]
Tring...
Di hotel tempat pesta berlangsung, ponsel Reno berbunyi menandakan ada pesan yang masuk. Ia segera membukanya. Pupil matanya seketika melebar usai membaca pesan dari Arthur sekaligus melihat foto Devina yang tengah berbaring di atas sebuah ranjang.
"Brengsek !! Rupanya dia yang culik Devina!" desis Reno.
Tentu saja Reno meradang. Ia tak menyangka Arthur berbuat nekat seperti ini sampai menculik Devina dan membawa wanita itu ke apartemen pribadi. Reno tentu saja mengetahui lokasi tersebut karena dahulu ia dan Disya pernah bertamu ke sana.
Apartemen pribadi Arthur kategori mewah dan privat. Tidak sembarangan orang luar dapat masuk dengan leluasa di sana. Arthur sudah menghubungi pihak apartemen yang berjaga di bagian lobi serta area parkir untuk mempersilahkan tamu atas nama Reno langsung diberi akses untuk naik ke unitnya yang berada di penthouse.
Sepanjang perjalanan, Reno terus memaki Arthur dan dirinya sendiri yang teledor menjaga Devina. Jarak dari hotel ke apartemen Arthur tak begitu jauh. Dalam tempo dua puluh menit, Reno sudah tiba di sana. Ia langsung naik ke unit Arthur setelah mendapat kartu aksesnya.
Ting...
Tong...
Bel apartemen Arthur berbunyi terus-menerus. Tanda bahwa tamu yang berdiri di depan pintunya saat ini, sudah tak sabar. Tentu Arthur tahu siapa yang datang berkunjung malam ini ke apartemennya.
Ceklek...
Pintu apartemen dibuka oleh Arthur sendiri. Seketika...
BUGH !!
Sebuah b0geman mentah tanpa diduga langsung mendarat di wajah Arthur hingga tubuh lelaki itu terhuyung ke belakang.
"Dasar brengsek!! Beraninya sama wanita. Mana Devina?!" cecar Reno seraya memaki Arthur.
"Rileks. Aku mengundangmu ke sini secara baik-baik bukan jadi jagoan yang main pukul orang sembarangan," ujar Arthur seraya menyeka sedikit darah yang keluar dari ujung bibirnya akibat pukulan Reno barusan.
Tanpa basa-basi Reno yang tahu pintu kamar utama, seketika berjalan cepat untuk masuk ke sana. Ia yakin Devina ada di dalam kamar utama. Arthur berusaha mencegah Reno. Kebetulan pintu kamar utama memang tidak Arthur kunci. Ia khawatir Devina terbangun dan ingin keluar kamar.
"Mau apa kamu masuk kamarku? Apa orang tuamu tidak pernah mengajarkan sopan santun? Main nyel0nong masuk kamar orang," cegah Arthur seraya berusaha menahan lengan Reno.
"Lepas !!" Reno berusaha melepaskan diri dari Arthur. "Kamu yang gak punya sopan-santun. Mantan istri juga masih saja diculik dan diganggu hidupnya. Apa kamu mau bikin dia gila dan masuk rumah sakit jiwa lagi?" sindirnya.
Deg...
Sontak Arthur mendadak terdiam dan tubuhnya mematung. Ia berusaha mencerna ucapan Reno barusan. Tanpa permisi, Reno langsung membuka pintu kamar utama dan melihat Devina terbaring di atasnya.
Hatinya seketika lega karena melihat kondisi pakaian Devina masih utuh dan lengkap. Artinya, Devina dan Arthur tidak melakukan hal-hal negatif. Arthur yang tersadar jika Reno sudah masuk ke dalam kamar utama, ia langsung berjalan cepat memasuki tempat yang sama.
Reno mengambil tas milik Devina lalu membukanya. Tangan Reno mengambil obat anti depresan yang selalu dibawa oleh Devina lalu mengeluarkannya.
"Apa Devina tadi minum obatnya sebelum pingsan?" tanya Reno.
Otomatis Arthur menggelengkan kepalanya karena memang Devina pingsan sebelum membuka isi tasnya.
"Obat apa itu?" tanya Arthur yang dilanda penasaran.
"Kamu enggak perlu tahu ini obat apa. Yang pasti gara-gara kamu, Devina harus minum obat seperti ini. Dasar banci !!" maki Reno.
Arthur yang geram melihat tingkah Reno sekaligus rasa penasaran yang tengah overd0sis pada kondisi mantan istrinya, seketika menarik kerah baju rivalnya itu.
Srekk...
"Katakan padaku Devina sakit apa? Obat apa itu?!" desis Arthur seraya menatap tajam Reno. Ia butuh jawaban tersebut detik ini juga.
Reno pun melepas paksa cengkeraman tangan Arthur pada kerah bajunya.
"Semua karena ulahmu sendiri!" seru Reno menjawab pertanyaan Arthur. "Gara-gara kamu K D R T sama Devina. Bahkan katanya kamu berniat menggugurkan kandungannya hingga berujung perceraian, Devina mengalami depresi berat sampai pernah jadi pasien rumah sakit jiwa. Paham kamu!"
Seketika tubuh Arthur terpaku usai mendengar penuturan dari Reno. Tak lama tubuh itu perlahan mulai limbung dan terduduk di sofa kamar.
"Enggak mungkin. Kamu pasti bohong kan?"
"Terserah, kamu mau percaya atau tidak. Aku tak peduli. Yang pasti jangan pernah dekati Devina lagi. Kami berdua akan segera menikah. Toh kamu juga sudah bertunangan dengan sahabat Devina. Kita hidup masing-masing dan jangan saling mencampuri. Jika tidak, maka kejadian malam ini akan aku laporkan pada keluarga besar Devina. Kamu pasti tahu kan keluarga Devina sangat membencimu," ancam Reno.
Arthur terlihat begitu syok. Ia sedang berusaha menelaah kondisi yang ada. Dan ia baru menyadari apa yang dikatakan Reno ada benarnya. Sebab, Devina terlihat begitu ketakutan saat melihat dirinya. Terlebih sebelum pingsan, keduanya bertemu di tempat yang sepi dan hanya berdua saja.
"Dev, bangun Sayang." Reno menepuk lembut pipi Devina. Ia juga membuka botol kecil minyak kayu putih yang berasal dari dalam tas Devina. Lalu ia letakkan di depan hidung Devina agar wanita itu segera sadar.
Tak lama, Devina bereaksi. Perlahan matanya mulai terbuka. Ia mengedarkan pandangannya. Devina merasakan jika tempat ini tak asing baginya. Lalu ia melihat Reno duduk di hadapannya.
"Kamu enggak apa-apa, Sayang?" tanya Reno. Devina pun perlahan menganggukkan kepalanya.
"Aku baik-baik saja. Aku mau pulang, Ren. Aaron pasti sudah menungguku di rumah," gumam Devina lirih seraya memijat pelipisnya yang terasa pusing.
"Iya, kita pulang sekarang. Ayo, aku gendong."
Tubuh Devina masih terasa lemas. Pusing juga menderanya. Alhasil tanpa banyak membantah, ia menuruti Reno. Devina menyembunyikan wajahnya dalam c3ruk leher Reno saat tubuhnya digendong ala bridal style oleh mantan kekasihnya ini. Dikarenakan ekor matanya sempat melihat Arthur yang tengah duduk terdiam di sofa. Devina masih sangat takut melihat Arthur.
Tanpa berpamitan, Reno pun pergi membawa Devina keluar dari apartemen Arthur. Meninggalkan Arthur sendirian di sana yang terlihat frustasi dengan berjuta penyesalan.
Bersambung...
🍁🍁🍁
kamu harus mendaki gunung,menuruni lembah, menyebrangi samudera menjinakkan singa, menguasai jurus seribu kaki dan lain-lain sebagai nya dulu🤣🤣🤣🤣🤣