Tsania Zoun adalah anak yang terlahir dari rahim seorang wanita penghibur bernama Laura Zoun.
Lahir dengan status tidak memiliki sosok ayah, Tsania selalu tersisihkan, ia sering diberi julukan sebagai anak haram.
Ibunya, Laura Zoun juga selalu diterpa cercaan karena pekerjaannya yang menjadi wanita malam. Kehidupan sulit keduanya lalui hanya berdua hingga saat Tsania dewasa.
Tsania yang memiliki tekad untuk membahagiakan ibunnya memilih untuk menempuh pendidikan tinggi di kota. Akan tetapi di sana lah identitas aslinya mulai terkuak.
Penasaran bagaimana kisah hidup Tsania dan ibunya; Laura? Ayo! Langsung baca!
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Diana Putri Aritonang, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Tsania Laura 33.
"Ruangan dandelion, Pak. Di lantai atas VVIP. Anda bisa menggunakan lift."
Galang mengangguk, setelah itu ia segera beranjak menuju lift untuk bisa mencapai ruang perawatan Tsania, seperti yang sudah dikatakan oleh suster jaga.
Galang sempat tercengang saat mengetahui putrinya ternyata dirawat di ruangan VVIP. Ia sangat tahu bukan sedikit biaya yang dibutuhkan untuk bisa mendapatkan kamar rawat kelas terbaik itu.
Selama menyusuri koridor menuju ruang perawatan, terbesit dalam benak Galang untuk menanggung semua biaya pengobatan Tsania, karena menilai Laura pastilah akan kesulitan dengan hal itu.
Tanpa Galang ketahui, Laura lebih daripada mampu untuk membayar itu semua.
"Berhenti mengatakan Tsania adalah putrimu!"
Galang urung mengetuk pintu saat mendengar suara dari dalam ruang perawatan putrinya itu. Ia sangat mengenal siapa pemiliknya.
"Bukan putrimu! Tapi putri kita!"
Galang semakin menegang saat kembali mendengar suara lain yang berbeda. Suara seorang pria dengan sedikit tawa yang bisa Galang rasakan.
Netranya menembus kaca kecil yang bisa memperlihatkan keadaan di dalam ruangan. Tapi Galang hanya bisa memperhatikan wajah gadis cantik yang saat ini sedang terlelap, putrinya-Tsania sudah tidur.
Galang melirik jam yang melingkar pada pergelangan tangannya. Baru ia sadari jika saat ini hari sudah beranjak tengah malam. Ia yang tergesa-gesa bersiap saat mengetahui Laura ternyata ke rumah sakit tak lagi menyadari waktu.
"Tidurlah. Besok kita akan mengurus masalah Tsania."
Suara pria itu kembali terdengar. Pria yang Galang yakini adalah sosok yang sama dengan pria yang ia hajar di club malam, karena berani mencium Laura. Tangan Galang mengepal. Ternyata pria itu ada di dalam ruang perawatan Tsania dan sedang menemani Laura.
Rasanya Galang ingin menerobos masuk dan menyeret pria itu dan menyingkirkannya menjauh dari istri dan anaknya. Tapi malam ini, Galang bisa berpikir dengan tenang. Tatapannya yang melihat Tsania sedang terlelap cukup bisa membuat ia menahan diri agar tidak memancing keributan.
Hingga hari berganti pagi, Galang tetap berada di rumah sakit. Ia memilih menunggu dengan duduk tidak jauh dari ruang perawatan Tsania.
"Kamu," kata Galang saat melihat kedatangan Teo. Ia langsung berdiri dan mendekat. "Kenapa kamu di sini?"
Teo yang meskipun sedikit kaget karena kembali bertemu Galang tetap memberikan jawaban. "Aku ingin menjenguk kekasihku." Galang mengikuti pandangan Teo yang mengarah ke ruang perawatan putrinya. "Tuan kenapa di sini? Apa ada keluarga yang sakit?"
Teo tetap bersikap sopan, meski masih menyimpan kesal terhadap pria dewasa di depannya ini yang tanpa alasan jelas pernah menghajar dan menuduh dirinya mencium Anggita.
"Aku juga ingin ke ruangan Tsania. Ayo!"
Teo lagi-lagi merasa heran dengan sikap pria dewasa yang ia ketahui sebagai ayah Anggita. Dan ia sempat melirik sekilas saat Galang benar mengikuti langkahnya. Sebelum masuk ke dalam ruang perawatan Tsania Teo mengetuk pintu lebih dulu. Ternyata di dalam ruang perawatan Tsania, kekasihnya itu sudah duduk, berkumpul bersama Laura serta Ardi Lim di sofa.
"Kamu datang terlalu pagi, Daka."
Teo hanya tersenyum tipis. Ia mendekat pada Tsania dan mendaratkan ciuman di pucuk kepala gadis itu, tanpa menyadari tatapan Laura serta Ardi Lim yang mengawasi tingkahnya.
"Maaf. Aku refleks melakukannya," ujar Teo dengan ekspresi cemas saat menyadari tatapan Laura serta Ardi Lim yang mengarah padanya.
Laura mengalihkan pandangan dan meraih gelas minuman hangatnya yang ada di atas meja, sedangkan Ardi Lim sudah langsung tertawa saat melihat ekspresi Teo.
"Sekali lagi kamu berani melakukannya," ancam Ardi Lim begitu serius pada Teo. "Aku akan langsung melemparmu dari lantai atas ini!" Setelahnya Ardi Lim kembali tertawa dan semakin bertambah saat Laura memicing ke arahnya.
Tsania dan Teo yang mendengar ancaman itu tersenyum kikuk. Entah bisa atau tidak hal itu disebut sebagai sebuah ancaman, karena Ardi Lim mengatakannya dengan ekspresi yang berubah-ubah. Sepertinya pria itu tengah mencoba untuk menggoda Laura.
Sedangkan dia yang saat ini berdiri tidak jauh dari pintu masuk dan bisa melihat semuanya itu hanya bisa bungkam. Tak ada yang menyadari kehadiran Galang, kecuali Laura yang sudah lebih dulu mengarahkan tatapan dingin padanya, sampai semua orang kini juga bisa menyadari kedatangan Galang di sana.
Tak ada yang memberikan sambutan dari kehadiran pria tak terduga itu. Semuanya kompak diam, lebih tepatnya merasa kaget. Dan Laura juga demikian, ia tidak mengatakan apapun, namun pandangannya terus mengarah pada Galang.
"Emmm...Tuan ini ingin menjengukmu," kata Teo. Pemuda itu berinisiatif sendiri untuk memecah keheningan yang ada. Ia memperhatikan semua orang satu persatu. Dan bisa Teo rasakan jika suhu ruang perawatan Tsania seketika berubah.
"Bagaimana keadaan mu? Sudah lebih baik?" tanya Galang langsung pada Tsania. Sebelumnya ia sempat membalas tatapan Laura. Dan sama sekali tidak memperdulikan meski Galang sebenarnya bisa menangkap peringatan yang diberikan wanita itu padanya.
Tsania mengerjap bingung. Ia melirik pada Laura sebelum akhirnya menjawab pertanyaan dari pria yang Tsania tahu adalah ayah dari Anggita.
Galang tersenyum saat mendapatkan anggukan dari Tsania. Wajah putrinya sudah terlihat segar, tidak pucat atau lesu seperti orang yang sedang sakit.
"Papa senang mendengarnya. Maaf kalau papa terlambat datang menjengukmu."
Deg!
Tsania terkejut bukan main mendengar perkataan itu. Terutama saat Galang yang menyebut dirinya sebagai papa. Tak hanya Tsania, Teo juga sama kagetnya. Pemuda itu bahkan menilai jika Galang selalu saja bisa mengeluarkan kata-kata yang tidak berdasar.
"Papa?"
***
Jangan lupa tinggalkan sesuatu untuk Galang ☺️😆