Angga adalah mahasiswa akhir yang jatuh hati pada Kinara yang merupakan adik tingkatnya. Suatu ketika karena obsesinya pada Nara, pria berumur 23 tahun itu menodai Nara hanya karena cintanya di tolak.
Hubungan keduanya semakin rumit karena campur tangan ayah Angga yang tidak ingin puteranya menikahi gadis dari kalangan miskin. Juga wanita yang menjadi saingan cinta Nara.
Dalam keadaan hamil Nara pergi karena ancaman, dan 3 tahun berlalu mereka di pertemukan kembali dengan Angga yang masih begitu mencintai Nara yang ia anggap telah tiada.
Namun Nara datang hanya ingin menghancurkan dan menuntut balas atas penderitaannya, serta penyebab janinnya tak bisa dipertahankan.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Danira16, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Di Rumah Sakit
Disebuah rumah sakit berbaring seorang gadis yang tak berdaya dengan sejumlah luka disekujur tubuh nya, gadis yang kini berbaring di ranjang VIP rumah sakit itu kadang tak henti henti nya tidur dengan gelisah disertai mata nya mengeluarkan cairan bening di pelupuk mata nya dengan menggelengkan kepalanya kiri dan kanan, juga bibir yang tak berhenti berucap.
"Jangan....jangan"
"Jangan paman, jangan bibi"
"Lepaskan Nara, Nara takut di sini."
Itulah kata kata yang sering kali terucap dari bibir tipis aura Kinara putri dengan tak sadar nya di ucapkan di bawah alam sadarnya. Hati siapa yang tak sedih melihat kondisi kekasihnya seperti ini, angga hanya merasa menyesal tidak bisa menjaga Nara dengan baik.
Angga meraih tangan Nara dan menggenggam nya erat, mengecup punggung tangan itu yang memiliki kemari yang lentik, tak terasa air mata Angga keluar melihat kondisi Nara yang masih belum ada perubahan setelah dibawa dari rumah nya ke rumah sakit 3 jam yang lalu.
Yang bisa Angga lakukan diruangan itu hanya menunggu Nara sadar, Angga masih setia duduk disamping ranjang rumah sakit dengan sesekali melihat galery Poto kebersamaan mereka yang diambil Angga tanpa sepengetahuan Nara, juga ada Poto yang terpaksa dilakukan Angga karena yang bersangkutan ngotot minta foto bareng Nara, yang akhirnya gadis itu menuruti Angga yang dasarnya memiliki sifat pemaksa.
Melihat Poto Poto kebersamaan mereka yang terlihat mesra namun di paksakan oleh Angga membuat sudut bibir Angga mengembang mengingat hal lucu tersebut. Lamunan Angga terhenti ketika pintu ruangan kamar diketuk dari luar.
Tok tok tok
"Masuklah" ucap Angga dari dalam kamar.
Seketika itu Bisma, vika dan fiki masuk ke dalam kamar ruang perawatan , dan mendekat ke arah ranjang pembaringan Nara untuk melihat kondisi gadis malang itu
"Bro " ucap Bisma melangkah ke arah Angga dan menepuk pundak Angga untuk sekedar menguatkan sobatnya yang sedang sedih.
"Makasih kalian udah datang" ucap Angga singkat dan masih setia duduk di samping ranjang.
"Tentu saja kita datang kak, karena Nara teman baik aku selama kita masuk kuliah" Vika pun mengatakan itu dengan sesenggukan karena tidak tega melihat kondisi sahabatnya yang lemah di tambah luka luka lebam Nara terlihat jelas betapa sakitnya tubuh Nara saat itu ketika mereka melakukan penganiayaan kepadanya.
"Bro gimana kata dokter??" Tanya Fiki.
"Nara mengalami luka lebam yang cukup parah sehingga dia belum bisa pulih secepat nya, Nara juga terkena hipotermia karena kelamaan tidur di lantai yang menyebabkan dia terkena hipotermia karena tidak kuat dingin, parahnya lagi dia akan mengalami sering shock dan kemungkinan akan di rujuk ke dokter psikolog jika nanti nya kondisi Nara semakin parah" ucap Angga panjang lebar menjelaskan kepada teman nya tentang bagaimana keadaan Nara.
"Separah itu kak??? Nara....." setelah mendengarkan penjelasan dari Angga, Vika berhambur memeluk tubuh sahabatnya yang tak berkutik diranjang saat Vika memeluk tubuhnya sangat erat.
"Bangun Nara, bangun......jangan buat aku khawatir" Vika berkali kali sedikit mengoyangkan tubuh Nara dengan pelan.
Bisma mendekat ke tubuh Vika pacarnya yang sedang memeluk sahabatnya, " sudahlah sayang jangan nangis terus, kira doakan saja kesembuhan Nara supaya segera sadar". Ucap Bisma sambil mengelus rambut panjang Vika.
"Kak Angga, kenapa tubuh cinta dingin sekali kak" Vika tersadar ketika telah cukup lama memeluk tubuh Nara.
Angga pun bergegas mengecek suhu badan Nara yang memang tubuhnya dingin, Vika yang menyandari itu pun mulai melepaskan pelukan nya ke tubuh Nara.
"Kalian tolong pulanglah dulu, biarkan Nara beristirahat dan Vika kamu gak usah khawatir aku akan menjaga temanmu karena temanmu juga pacarku dan itu juga kewajibanku untuk melindungi dan menjaga nara" Angga berucap disertai tangan nya meraih remote AC dan mulai menaikkan suhu nya sehingga mengurangi Nara menggigil karena kedinginan.
"Baiklah bro kita pulang dulu" ucap Fiki yang kemudian menepuk pundak teman nya.
" gw juga cabut dulu bos" Bisma pun pamit dengan mengandeng tangan Vika yang masih saja berat meninggalkan ruangan.
Setelah kepergian mereka, Angga pun mulai menghangatkan tubuh Nara dengan menggosok gosokan tangan Nara supaya hangat kembali. Namun sudah 20 menit berlalu tetapi suhu tubuh Nara masih saja dingin.
Akhirnya Angga melepaskan pakaian kemeja nya dan menaruh nya di meja dekat ranjang tempat Nara berbaring, Angga lalu naik ke atas ranjang memposisikan tubuhnya berbaring di samping ranjang yang sempit bersebelahan dengan tubuh Nara dan mulai memeluk tubuh kecil itu.
Angga memberikan kehangatan tubuhnya supaya sang gadis tidak kedinginan dan menyalurkan hawa hangat tubuh Angga untuk menghangatkan tubuh sang kekasih. Tangan Angga mengusap usap bahu Nara dan saking lelahnya Angga tertidur di samping tubuh Nara dengan tangan yang setia memeluk erat tubuh ringkih Nara.
Kediaman Rumah Nara
Setelah semua ikatan mereka dilepaskan oleh Bisma dan fiki, mereka pun mulai panik karena ketika Lidya ingin membuang sampah di depan rumahnya, Lidya di kagetkan oleh beberapa laki laki berbadan tinggi besar di depan rumahnya.
Setelah melepaskan mereka Fiki memang menghubungi teman temannya yang berprofesi sebagai preman dan membayar atas perintah dari Angga untuk mengawasi rumah Nara supaya mereka tidak kabur.
Tidak tanggung-tanggung angga membayar mereka dengan bayaran tinggi dan bekerja shift secara bergiliran. Untuk menentukan nanti nya akan dibawa ke ranah hukum, angga mengantisipasi supaya paman, bibi, dan Lidya anak mereka tidak sampai melarikan diri.
Lidya langsung bergegas masuk rumah kembali setelah melihat preman preman yang berwajah seram berpatroli di depan rumahnya.
" mah pah liat tuh di depan". Sambil tangan nya menunjuk ke arah luar jendela.
Paman dan nenek lampir pun melihat ke arah tujuan yang tadi di tunjukkan oleh anak nya. " pah siapa mereka ??" Tanya istri paman Nara yang kaget melihat di depan rumah mereka sudah banyak orang orang yang berpatroli.
"Papa juga tidak tau mah" ucap suami nya yang juga bertanya tanya.
" seperti nya yang di bilang teman angga itu benar, berarti orang orang tadi yang di suruh mengawasi rumah kita" ucap sang anak.
Mendengar penuturan anak nya paman dan bibi Nara malah semakin ketakutan sebab ancaman yang dikatakan kedua teman angga itu terbukti.
"Gimana ini pa rumah kita sudah di awasi oleh orang suruhan pacar nya Nara" bibi Nara tampak khawatir dan bingung.
"Sudah mama tenang dulu jangan khawatir" suami nya menenangkan istri nya yang sudah panik.
"Tenang... tenang gimana mau tenang pah kalau mau keluar saja diawasi". Lidya pun mulai ikut ikutan panik.
"Ya ini salah kamu juga sih suka nya provokator mama papa biar kita marah sama Nara." Geram om nya Nara pun menyalahkan anak nya.
"Lho koq kamu malah menyalahkan Lidya sih pah, kamu juga salah menampar Nara berulang kali." Istri nya berkomentar tak terima anak kesayangannya di salahkan dan malah menyalahkan balik suaminya.
"Memang nya kamu juga tidak merasa salah apa?? Kamu juga ikut ikutan menampar Nara bukan??" Ucap paman nya yang juga menyalahkan istri nya dan tak mau cuma dia yang hanya disalahkan.
Mereka pun saling mengalahkan satu sama lainnya yang membuat Lidya merasa telah salah karena telah menyiksa Nara sepupu nya yang notabene pacar nya ternyata orang penting selain kaya raya.