Lusiana harus mengorbankan dirinya sendiri, gadis 19 tahun itu harus menjadi penebus hutang bagi kakaknya yang terlilit investasi bodong. Virgo Domanik, seorang CEO yang terobsesi dengan wajah Lusiana yang mirip dengan almarhum istrinya.
Obsesi yang berlebihan, membuat Virgo menciptakan neraka bagi gadis bernama Lusiana. Apa itu benar-benar cinta atau hanya sekedar obsesi gila sang CEO?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Sept, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Malam Pengantin
Ucapan Virgo terasa ambigu. Kenapa Lusi tidak boleh ganti baju? Kenapa malah diminta pakai jubah mandi saja? Sama seperti apa yang dipakai Virgo saat ini.
Virgo memang agak lain, kemarin dia merasa tak senang melihat Lusi. Dia cap sebagai garis kampung yang miskin, kasta bawah dan bau. Kini, setelah mereka berdua di hotel, dengan anak mereka yang masih terlelap. Dan dengan statusnya yang baru, mata Virgo mulai main-main.
Namanya pria, apalagi saat di ruangan tertutup hanya berdua. Sang bayi tak dihitung, karena Tirta sudah tidur lelap. Ada dorongan kuat, pelan-pelan mengusap pikiran dan alam bawah sadar Virgo.
Apalagi melihat Lusi selsai mandi, aroma sabuk menyeruak membuatnya kelihatan tambah segar. Pikiran-pikiran kotor pun langsung terbayang di kepala Virgo. Laki-laki itu mulai melirik Lusi.
"Saya pakai baju saja," kata Lusi kemudian mundur karena takut.
"Duduk sini!" seru Virgo. Lelaki itu malah menepuk permukaan sofa di sebelahnya. Minta agar Lusi segera mendekat padanya.
"Sebentar, saya gantiin pakaian." Lusi menolak.
"Aku bilang kau tidak usai memakainya! Itu percuma, duduk kataku! Bukankah aku sudah memberikan banyak uang pada pasutri itu? Seharusnya kau tahu balas budi!" celetuk Virgo membahas uang yang diberikan pada keluarga pak Hadi. Rupanya itu permintaan Lusi. Mungkin sebagai balas jasa dan rasa terima kasih.
Lusi menatap tak percaya, suami barunya itu ternyata suka perhitungan. Dia pun meletakkan tasnya kembali, lalu duduk di sofa, duduk dengan mengambil jarak.
"Kau sekarang istriku, kau paham?"
Lusi mengangguk.
"Jadi kau pasti tahu kan, tugasmu apa?"
"Pak Virgo ingin sesuatu? Kopi?" tanya Lusi.
"Aku tahu kau mengerti, kau tak bdoh! Jangan pura-pura bdoh. Apa kau ingin aku mengemis padamu begitu?" celetuk Virgo dengan tatapan dingin. Dia yang ingin, tapi dia tak mau meminta secara baik-baik.
"Saya ... Sa-ya tidak mengerti maksud Bapak," jawab Lusi pelan.
"Aku menikahimu, supaya kau melayaniku. Paham? Satu lagi, aku tidak mencintaimu ... Hubungan kita tidak seperti itu. Anggap saja, aku mencukupi kebutuhan mu, sebagai imbalan, kau melayaniku, paham?"
Lusi tak mau menatap wajah laki-laki itu, karena ucapan Virgo membuat hatinya sakit. Namun, lelaki itu tanpa ijin langsung menarik lengannya sampai dia bergeser dekat bersebelahan dengan Virgo.
"Sekarang, lakukan tugasmu. Tugas pertama sebagai istriku," ucap Virgo sambil memegang lengan Lusi.
Tanpa basa-basi lagi, Virgo langsung mengendurkan tali jubah mandi yang Lusi kenapa. Mungkin kaget, dengan spontan Lusi menahannya. Membuat tangan mereka bertumpuk di perut Lusi.
"Kau kelihatan grogi sekali, selain denganku ... Siapa saja yang sudah melihat tubuhmu?" Virgo bertanya sambil melepaskan tali tersebut. Perlahan, ia turunkan bagian lengan, hingga terlihat bola api yang menyembul dan langsung ditutup pakai tangan.
Lusi dengan cepat memeluk dirinya sendiri. Dia mungkin takut dengan predator bernama Virgo tersebut. Sorot matanya seperti ingin memangsa Lusi hidup-hidup.
Virgo sendiri sampai jakunnya naik turun, tidak se membara ini. Hubungan dengan Reva memang sudah renggang, hubungan di ranjang pun tidak berselera. Namun, begitu melihat Lusi sekilas saja tanpa jubah barusan, wajah Virgo langsung hangat.
Virgo kemudian menyentuh kulit halus pundak Lusi yang masih terekspos, kemudian jarinya menjalar ke leher. Matanya sibuk menatap inci demi inci, dan mulai fokus pada bibir ranum yang tipis tersebut.
Dorongan kuat kembali muncul dalam diri laki-laki tersebut, sampai akhirnya dia pegang tengkuk belakang Lusi, langsung ia tempelkan bibirnya dan bersambung.
terimakasih juga kak sept 😇