Anastasia, wanita berhijab itu tampak kacau, wajahnya pucat pasi, air mata tak henti mengalir membasahi wajah cantiknya.
Di sudut rumah sakit itu, Ana terduduk tak berdaya, masih lekat diingatannya ketika dokter memvonis salah satu buah hatinya dengan penyakit yang mematikan, tumor otak.
Nyawanya terancam, tindakan operasi pun tak lagi dapat di cegah, namun apa daya, tak sepeser pun uang ia genggam, membuat wanita itu bingung, tak tahu apa yang harus di lakukan.
Hingga akhirnya ia teringat akan sosok laki-laki yang telah dengan tega merenggut kesuciannya, menghancurkan masa depannya, dan sosok ayah dari kedua anak kembarnya.
"Ku rasa itu sudah lebih dari cukup untuk wanita rendahan seperti mu... ."
Laki-laki kejam itu melempar segepok uang ke atas ranjang dengan kasar, memperlakukannya layaknya seorang wanita bayaran yang gemar menjajakan tubuhnya.
Haruskah Anastasia meminta bantuan pada laki-laki yang telah menghancurkan kehidupannya?
IG : @reinata_ramadani
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Reinata Ramadani, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
MAURIN!!!
°°°~Happy Reading~°°°
Sosok gadis kecil itu tampak mengendap-endap mendekati pintu kamar mandi rumahnya. Tangan mungilnya perlahan bergerak mendorong pintu itu hingga membuka sedikit celah.
Senyum smirk seketika menyungging di bibir piece nya, saat bola mata berwarna biru itu berhasil menatap pada sosok mungil dengan tubuh polosnya.
Khusuk menatap pada tubuh polos itu, tiba-tiba gadis kecil itu membeliak saat sang korban intipnya mulai membalik badannya.
Tatapan tajam seketika menghunus ke arahnya.
Maurin ketahuan.
"MAURIN!!! Apa yang kamu lakukan, huhhh..." Pekik bocah laki-laki yang kini tengah dalam keadaan polos tanpa busana.
Dengan gerakan cepat, bocah laki-laki itu segera menyambar handuk putih yang menggantung di tembok kamar mandi miliknya, melingkarkan nya pada tubuh polosnya, bocah laki-laki itu risih saat aset pribadi miliknya terekspos, meski pada saudara kembarnya.
Maurin gugup bukan kepalang. Perlahan gadis kecil itu mulai mundur teratur.
Sayang seribu sayang. Usaha pelariannya terpaksa terhenti saat tangan mungil itu berhasil mencekal pergelangan tangannya.
Maurin tertangkap.
"Apa yang kamu lakukan, Maurin!!!" gertak Mallfin. Wajahnya dingin. Tatapannya tajam mengintimidasi. Bocah laki-laki itu terlihat begitu murka pada tingkah jahil sang kembaran yang selalu seenaknya sendiri.
"Hehehe... Mollin endak ngapa-ngapain kok Apin. Mollin... Tuma mau kashih shabun mandi buat Apin, hihihi... " Gadis kecil itu menyengir menampilkan rentetan gigi kecilnya yang tertata rapi. Nyalinya semakin menciut saat menatap pada wajah nyalang seorang Mallfin.
"Mana sabun mandi nya?!" Tagih Mallfin, bocah laki-laki berumur 4 tahun yang sudah menjadi korban intip sang kembaran.
Maurin menurunkan pandangannya, menatap nanar pada tangan kecilnya yang terlihat tak membawa apapun untuk dijadikan alat tempur.
Habis kau, Maurin.
"Hehehe... Mollin lupa bawa shabun mandi na Apin. Eummm... Mollin talluh shabun na mana yah... Mollin koo lupa sihhh... Duh duh duh... Mollin lupa-lupa Apin..." Gadis kecil itu garuk-garuk kepala, pura-pura lupa.
"Eummm... Apin Apin. Ini tangan na Mollin leupashin dullu, biall Mollin bisa calli shabun mandi na. Tullus habish itu, Mollin mau bantu mommy mashak-mashak..." Pinta gadis kecil itu sembari memberontak kecil. Akan bahaya jika ia tak bisa lepas dari cengkraman Mallfin kali ini. Cicak mati bisa menjadi hadiah untuknya dari Mallfin.
"Kamu berbohong, Maurin. Cepat katakan, kamu mengintip Mallfin mandi kan?!"
"Endak Apin. Mollin endak shepeulti itu..." Timpalnya mengiba. Lihat saja, wajahnya bahkan sudah memberengut ketakutan.
"Kalau begitu kamu harus di hukum." gertak Mallfin tanpa basa-basi. Membuat gadis kecil itu sontak di buat semakin ketar-ketir.
"Endak Apin... Mollin endak mau di hukum. Mollin endak beullsallah. Mollin endak intip-intip Apin!"
Mallfin seolah tuli akan rintihan mengiba dari si kecil Maurin. Lihat saja, bahkan di bibirnya kini menyungging smirk devil. Membuat Maurin semakin bernyali kecil. Khawatir akan kembali menjadi korban keganasan seorang Mallfin.
"Mollin anak baik shuka menabung. Apin endak bolleh dahat-dahat sama Mollin. Nanti Mollin adu sama mommy, biall Apin tau lassa."
"Mommy tidak akan marah sama Mallfin, karena Mallfin tidak berbohong. Tidak seperti kamu!"
🍁🍁🍁
Annyeong Chingu
Selamat datang di cerita "Secret Baby Twins CEO"
Masih dalam dunia perbocilan
Coba di baca-baca dulu, siapa tau kalian suka sama si gemoy Maurin dan si dingin Mallfin
Happy Reading
Saranghaja💕💕💕