NovelToon NovelToon
Sebatas Ibu Pengganti?

Sebatas Ibu Pengganti?

Status: tamat
Genre:Tamat / Selingkuh / Pengganti / Cerai / Penyesalan Suami
Popularitas:8.1M
Nilai: 4.8
Nama Author: D'wie

Hati siapa yang tak bahagia bila bisa menikah dengan laki-laki yang ia cintai? Begitulah yang Tatiana rasakan. Namun sayang, berbeda dengan Samudera. Dia menikahi Tatiana hanya karena perempuan itu begitu dekat dengan putri semata wayangnya. Ibarat kata, Tatiana adalah sosok ibu pengganti bagi sang putri yang memang telah ditinggal ibunya sejak lahir.

Awalnya Tatiana tetap bersabar. Ia pikir, cinta akan tumbuh seiring bergantinya waktu dan banyaknya kebersamaan. Namun, setelah pernikahannya menginjak tahun kedua, Tatiana mulai kehilangan kesabaran. Apalagi setiap menyentuhnya, Samudera selalu saja menyebutkan nama mendiang istrinya.

Hingga suatu hari, saudari kembar mendiang istri Samudera hadir di antara carut-marut hubungan mereka. Obsesi Samudera pada mendiang istrinya membuatnya mereka menjalin hubungan di belakang Tatiana.

"Aku bisa sabar bersaing dengan orang yang telah tiada, tapi tidak dengan perempuan yang jelas ada di hadapanku. Maaf, aku memilih menyerah!"

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon D'wie, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

35. Tiana, kau tidak apa-apa?

"Mau pesan minum atau makan?" tawar wanita paruh baya itu pada Tatiana setibanya di cafe.

Tatiana menggeleng, "tidak perlu, terima kasih. Langsung saja to the point, apa Anda mengenal ibu saya?" tanya Tatiana membuat wanita paruh baya itu tertegun sebab Tatiana bisa bersikap lebih tegas saat tidak sedang bekerja. Bibir wanita itu kelu, beruntung pelayan lebih dulu datang seraya menanyakan apa yang ingin mereka pesan. Wanita itu lantas memesan dua gelas lemon tea. Saat sedang hamil seperti itu, ia yakin minum lemon tea bisa lebih menyegarkan.

Tatiana diam, menunggu penjelasan wanita itu. Bahkan sampai pelayan itu kembali lagi membawakan pesanannya, wanita itu masih kesulitan untuk menjelaskan tujuannya menemui Tatiana.

"Waktu saya tidak seluang itu untuk menunggu Anda yang hanya berdiam diri seperti itu. Jadi Anda ingin berbicara atau diam saja? Jangan membuang-buang waktu seperti ini!" tegas Tatiana yang sudah mulai jengah menunggu wanita paruh baya itu berbicara.

"Maaf!" ujarnya sambil meremas tangan. "Mungkin kamu belum mengenal bibi sebab saat kita bertemu dulu, kamu masih sangat kecil. Nama bibi Gina. Bibi adalah ... adik kandung ayah kamu," ujarnya sedikit gugup. Apalagi saat matanya bersirobok dengan netra Tatiana yang membulat.

Tatiana tersenyum tipis, "untuk apa lagi Anda menemui saya? Bukankah kalian sudah sukses besar memisahkan ayah dan ibu saya. Seharusnya kalian bahagia, bukan? Bahkan ayah dan selingkuhan pilihan kalian itu mati bersama. Kesuksesan yang luar biasa," ujar Tatiana sarkastik.

Tatiana yang berhati lembut dan bertutur kata sopan, seketika berubah sinis. Kebencian yang lama terpendam akhirnya meluap ke permukaan. Ia sudah mengetahui mengenai alasan perpisahan ibu dan ayahnya. Yang membuatnya begitu sakit, perpisahan itu diakibatkan oleh perselingkuhan. Perselingkuhan yang memang dirancang dengan indah oleh keluarga sang ayah. Sang ayah yang kadar imannya setipis tisu, justru menyambut kedatangan wanita perusak rumah tangga itu. Bahkan ia dengan tega membuang anak dan istrinya demi perempuan itu. Tatiana takkan pernah melupakan apa yang sudah ayah dan keluarganya itu lakukan.

"Maaf, maafkan bibi, Nak. Bibi menyesal. Bibi ... bibi benar-benar menyesali apa yang sudah bibi lakukan di masa lalu. Maafkan bibi, Nak. Maaf," ujar wanita bernama Gina itu seraya terisak.

Tatiana tidak tersentuh sama sekali dengan tangisan wanita paruh baya itu. Tangisan ibunya saat dikhianati ayahnya jauh lebih menyedihkan. Demi perempuan itu, ayahnya bukan hanya meninggalkan dirinya dan ibunya, tapi juga menelantarkan. Apalagi setelah resmi bercerai, bahkan untuk nafkah sang anak saja, ayahnya benar-benar tidak memedulikan. Semuanya telah direbut. Oleh sebab itu, saat mendapatkan kabar kalau mantan suaminya meninggal karena kecelakaan, ibunya tidak berniat sedikitpun untuk melayat. Tatiana yang ditanya pun juga tidak mau.

Tatiana kecil selalu menunggu kedatangan ayahnya hingga jatuh sakit, tapi sang ayah tidak pernah datang. Sejak saat itu, Tatiana membencimu sang ayah. Tatiana tahu, ini salah. Apalagi ayahnya sudah meninggal bertahun-tahun yang lalu, namun luka hati itu masih terasa. Apalagi saat mengingat bagaimana ibunya banting tulang untuk mencukupi kebutuhannya. Tak jarang, ibunya mengaku kenyang agar ia bisa makan dengan lahap sebab nasi dan lauk yang terbatas. Mengingat itu, hati Tatiana bagai dicengkeram tangan-tangan tak kasat mata. Sakit, tapi tak berdarah.

"Apa dengan maaf bisa mengembalikan keadaan seperti semula? Karena keluarga kalian, aku dan ibuku harus tertatih-tatih bertahan hidup. Aku jadi bahan ejekan karena tidak memiliki ayah. Ibu harus banting tulang karena ayahku tak pernah memedulikan diriku pun memberikan nafkah yang padahal masih merupakan tanggung jawabnya. Pernahkan kalian berpikir dampak perbuatan kalian itu? Hanya karena ibuku yatim piatu yang miskin, kalian merancang skenario agar ayahku meninggalkannya. Dan akhirnya skenario kalian berhasil sempurna. Selamat. Kalian sudah berhasil membuat seorang istri menjadi janda dan seorang anak menjadi yatim dadakan. Sungguh luar biasa. Dengar ini, sampai kapanpun aku takkan pernah memaafkan kalian. Aku tidak semurah hati itu untuk memaafkan orang-orang yang sudah membuat aku dan terutama ibuku menderita. Aku harap ini merupakan pertemuan pertama dan terakhir kali kita. Selamat tinggal," ujar Tatiana seraya berdiri dan segera beranjak dari sana.

Wanita yang mengaku bibi dari Tatiana pun gelagapan. Ia segera mengejar Tatiana yang sedang berjalan menuju pintu keluar untuk mengambil motornya.

"Tatiana, tunggu, Nak! Jangan seperti ini! Bibi tahu, bibi dan keluarga bibi salah padamu. Tapi bibi mohon, maafkan bibi. Apalagi kejadian ini kan sudah terjadi bertahun-tahun yang lalu. Bukankah seharusnya kau memaafkan kami. Kenapa kau begitu egois?" Mendengar pertanyaan Sang bibi, sontak Tatiana membalikkan badannya kembali.

"Aku egois? Tau apa kamu bagaimana penderitaan kami selama ini? Tau apa kamu dengan sakit hati aku dan ibu selama ini? Karena kau dan keluargamu ibu kehilangan seorang suami dan karena kamu, aku kehilangan figur seorang ayah. Dan setelah apa yang terjadi pada kami, dimana kalian? Bahkan kalian pun tidak memedulikan kami. Saat aku menangis dan meraung karena menunggu-nunggu kedatangan ayahku hingga aku sakit dan hampir kehilangan nyawa, bukankah ibuku ke rumah kalian, memohon agar ayah mau melihat keadaanku. Lalu bagaimana dengan sikap kalian? Bukannya iba, kalian justru mencaci maki ibu. Mengatakan kalau ia sedang berpura-pura dan mencari simpati. Kalian bahkan melempar wajah ibuku dengan setumpuk uang seolah ibuku datang ke sana untuk mengemis uang. Di mana hati nurani kalian saat itu? Tidak ada. Kalian manusia-manusia tidak berhati. Kau tahu, menyesal aku menyadari ada darah kalian mengalir di tubuhku. Jadi sebelum mengatakan aku egois, sebaiknya berkaca dahulu bagaimana sikap kalian selama ini!"

Usai mengatakan itu, Tatiana pun langsung menaiki motornya dan pergi dari sana meninggalkan sang bibi yang tergugu hingga terduduk di tanah.

"Maaf, maafkan, bibi. Maafkan kami, kami menyesal!" ujarnya saat menyadari kalau kata-katanya tadi sudah sangat keterlaluan. Padahal ia sangat tahu bagaimana rasanya ditinggal suami sebab ia melihat sendiri bagaimana keadaan anaknya kini yang terganggu mentalnya semenjak sang suami pergi meninggalkannya dengan wanita lain. Cucunya pun sekarang sakit-sakitan karena melihat keadaan sang ibu yang tidak baik-baik saja dan merindukan sosok ayahnya. Memang penyesalan selalu berada di akhir. Saat keluarga mereka tampak baik-baik saja, mereka tidak menyadari kesalahannya. Barulah saat apa yang diperbuatnya di masa lalu berbalik pada anaknya, ia akhirnya menyadari setiap perbuatan pasti ada timbal baliknya. Hukum tabur tuai itu ada. Apa yang ia tabur, itu yang kini akhirnya dia tuai. Tapi bukan melalui dirinya, melainkan anaknya sendiri. Kejadian yang akhirnya membuatnya berkaca beginilah dampak perbuatannya di masa lalu. Beginilah yang Nurmala dan anaknya rasakan saat ia dan keluarganya dengan teganya memisahkan mereka dari kakaknya. Ia menyesal. Amat sangat menyesal.

Tatiana yang sedang melajukan motornya tak mampu menahan kesedihan dalam hatinya. Luka hati yang dulu sudah berhasil ia pendam, kini kembali bernanah. Menyisakan rasa sakit yang bahkan setelah sekian lama ternyata masih terasa amat sangat perih.

Di depan mata kepalanya, Tatiana melihat ayahnya menalak sang ibu sambil menggandeng istri barunya. Bahkan kini Tatiana mengigat, bagaimana senyum penuh kemenangan tercetak jelas di wajah-wajah keluarga sang ayah termasuk bibinya tadi. Tatiana kecil yang tak tahu apa-apa menangis ingin ikut dengan ayahnya, namun dengan tega mereka mendorong Tatiana hingga terjatuh dan kepalanya membentuk dinding. Tatiana akhirnya ingat kembali dengan segala kepahitan yang dulu pernah terlupakan.

Lantas kini, dengan entengnya mereka ingin meminta maaf? Seolah apa yang terjadi itu bukanlah apa-apa. Hello, Tatiana bukanlah malaikat yang bisa memaafkan semudah itu setelah apa yang mereka lakukan. Tatiana butuh waktu. Apalagi sekarang ia sedang tidak baik-baik saja.

Tatiana makin terisak. Apakah ia dan anaknya pun akan mengalami hal serupa dengan ibunya? Membesarkan anak seorang diri. Apa salah dan dosanya sehingga harus mengalami hal demikian.

Karena matanya yang mengabur akibat terus-terusan menangis, Tatiana hampir saja menabrak pagar rumahnya sendiri. Seseorang berteriak membuat Tatiana akhirnya sadar dan segera mengerem.

"Tiana," pekik seseorang yang segera berlari dan menahan tubuh Tatiana yang hampir saja jatuh karena mengerem mendadak.

Jantung Tatiana berdebar hebat. Hampir saja ia celaka karena terus-menerus menangis di sepanjang jalan.

Tatiana yang sudah merasa sedikit tenang pun ingin mengucapkan terima kasih pada seseorang yang menolongnya.

"Terima ka- ... " Tatiana menoleh ke samping. Matanya terbelalak. Kata-katanya seketika menggantung di udara saat melihat siapa yang baru saja menolongnya.

"Tiana, kau tidak apa-apa?"

...***...

...HAPPY READING ❤️❤️❤️...

1
Restie Manies
Luar biasa
Restie Manies
Lumayan
Juniarsih Hariany
Luar biasa
Anonymous
wkwkkwkw bmkg dibawa2
Anonymous
ok
marti 123
Kecewa
marti 123
Buruk
Nur Aini
Luar biasa
Novie Achadini
betizen Jarinya lebih tajam dari siket thor
Ara Dhani
Terlambat sam
Larasati
Luar biasa
Larasati
Lumayan
Marwati Laissa
karma mama WITA wanita suka mnghina wanita penghianat yahh gitu dehhh
Ari_nurin
bulshit 😏😏
Ari_nurin
iya .. mampus aja kamu .. mati aja .. suami laknat .. 😡😡😡
Ari_nurin
basi .. lagian jg ana jg ga sayang sayang jg dg bunda nya .. nyatanya bs dibujuk Tante nya buat bujuk ayah nya ke Waterboom tanpa mengajak bundanya .. aneh aja .. hrs nya klu dekat ya pergi dg mengajak bundanya .. jd ga suka dg ana jg .. apalagi Ama bapaknya yg pecundang ini. 2th hanya manfaatkan Tiana diranjang aja .. bodoh jg tiana nya .. nyesek jd emosi ..
julitachiat: dari tadi aku nangis terus
total 1 replies
Marwati Laissa
aiossss masa Iyya cmn 3 bulan dah mau d ketemukan SM Tatiana gak adil dong Thor bagus bertahun tahun gitu sperti sikap SM k Tatiana selama 2 tahun..Bru 3 bulan sam dah hancur hehehhehe
Marwati Laissa
raya sahabat sejati...coba klu gak meningggoi ibu Tatiana lanjut dahhh selingkuhin Tatiana🤣🤣
Marwati Laissa
woowww rupax hampir selingakuh...swnang2 sj dgn wanita lain tu sdah SM dgn selingkuh samudra apalgi emang punya niat selingkuh...trus istri berduka malah d tinggal waduhh lengkapppp wessss🤣🤣
Marwati Laissa
mampus samudra...itukan maumu biar sfiana pergi Krn gak d anggap emang enak d tinggalin mna anak sakit...wahhh selamat yah samudra dlm penyesalan
ksi lama2 yahh thir Tatiana pergi🤣🤣
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!