NovelToon NovelToon
Dihamili Tuan Impoten

Dihamili Tuan Impoten

Status: sedang berlangsung
Genre:One Night Stand / Hamil di luar nikah / Menikah Karena Anak
Popularitas:29.9k
Nilai: 5
Nama Author: Alif Irma

Hani tidak punya pilihan lain selain menerima tawaran pekerjaan dari sahabatnya, yakni menjadi pelayan di sebuah Villa mewah. Namun nasib naas malah menimpanya di villa mewah itu.

"Katakan, siapa yang sudah menghamilimu?" seorang wanita paruh baya langsung melabraknya.

"Laki-laki yang burungnya mati suri" Hani mengatakannya dengan judesnya di depan semua orang.

Yuk simak kisahnya hanya di cerita Dihamili Tuan Impoten!

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Alif Irma, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 6

Ceklekk

Ketiga bodyguard Hans terkejut mendapati Hani, si pelayan cantik jelita berdiri di dekat pintu dengan pakaian yang sudah berbeda. Sedangkan Hani menatap mereka dengan tatapan kosong, lalu dia berjalan dengan santainya melewati ketiga bodyguard Hans tanpa kenal takut.

"Tunggu" ucap salah satu bodyguard Hans yang paling kuat. Sontak saja Hani langsung menoleh kearah pria itu dengan sorot mata tajam.

"Terima kasih sudah melayani tuan muda" ucapnya dengan wajah garangnya.

Hani tak menggubris ucapan bodyguard itu, kupingnya terasa panas mendengar ucapan pria itu, dia ingin sekali menghajar ketiga bodyguard Hans sampai babak belur, namun dia tidak sanggup lagi melakukannya. Sebaiknya dia meninggalkan tempat tersebut secepatnya daripada meladeni ketiga bodyguard sialan itu.

"Tuan muda!" teriak salah satu bodyguardnya yang tak sengaja melihat tuan muda nya tak berdaya di atas ranjang.

Ketiga bodyguard Hans berlarian masuk ke dalam kamar tuan muda nya. Mereka panik melihat tuan muda nya sudah babak belur dengan darah memenuhi wajahnya. Mereka segera melarikan tuan mudanya ke rumah sakit.

Sementara Hani sendiri langsung melajukan motornya pulang ke rumah dengan perasaan hancur. Air matanya terus berjatuhan sepanjang memasuki rumah. Hani berdiri di depan pintu kamar bibi nya dengan tatapan kosong.

"Bibi, Hani minta maaf" Hanya itu kalimat yang mampu diucapkan oleh Hani untuk wanita hebat yang sudah membesarkannya hingga tumbuh dewasa.

Air matanya terus membasahi pipinya dengan perasaan hancur, sedih, marah, takut dan semuanya tak bisa digambarkan dengan kata-kata. Dia sudah tidak tahu seperti apa lagi masa depan untuk wanita miskin seperti dirinya yang menjadi korban pemerkosaan. Masih adakah pria baik di luar sana yang mau menerimanya apa adanya.

Dengan tangan bergetar Hani membuka pintu kamarnya lalu bergegas masuk ke dalam kamarnya. Hani langsung terisak melihat bingkai foto kedua orang tuanya di atas nakas. Dimana dalam foto tersebut kedua orang tuanya tersenyum bahagia. Bingkai foto yang usang dengan foto jaman dulu menjadi pelengkap untuk mengalirkan perasaan rindu terhadap mendiang orang tuanya.

Tak ada yang bisa diucapkan Hani selain menangis dalam diam di dalam kamarnya. Setelah puas menangis, Hani berjalan gontai masuk ke dalam kamar mandi untuk membersihkan tubuh kotornya.

Hani melepaskan pakaian yang melekat di tubuhnya, lalu menginjak-injak pakaian itu dengan kesalnya. Setelah itu, dia akan merobeknya lalu membakarnya hingga menjadi abu.

Dadanya sangat sesak melihat bekas percintaan pria bajingan itu masih tertinggal di tubuhnya. Hani sangat marah, benci melihat jejak-jejak pria itu dan ingin berteriak keras melihat permukaan dadanya dipenuhi tanda merah keunguan. Pria itu benar-benar bajingan, hardiknya dalam hati.

Hani menggosok permukaan kulitnya dengan rasa sesak melihat bekas percintaan pria bajingan itu yang tak mau hilang dari permukaan kulitnya. Dia sudah mandi sebanyak tiga kali namun tetap saja bekas pria bajingan itu masih tertinggal di tubuhnya.

Dengan tubuh bergetar dan permukaan kulit sudah memucat, Hani melangkah keluar dari kamar mandi. Dia membuka lemari kayu nya untuk mengambil baju tidurnya lalu segera memakainya. Hani memilih untuk mengistirahatkan tubuhnya, semoga yang terjadi hari ini hanyalah mimpi buruk baginya.

*

*

*

Keesokan harinya....

Halimah sibuk menyapu di ruang tamu, namun ponakan gadisnya tak kunjung bangun padahal hari sudah siang. Wanita paruh baya itu sangat yakin ponakannya pulang larut malam. Dia segera menyelesaikan pekerjaannya lalu membangunkan ponakannya.

"Hani, bangun nak. Kamu tidak berangkat kerja?" ucap Halimah yang sedang berdiri di depan pintu kamar ponakannya.

Tak ada sahutan dari dalam kamar Hani, membuat wanita paruh baya itu tak tega membangunkan ponakannya, apalagi dia tidak tahu Hani pulang jam berapa. Sehingga Halimah membiarkan Hani tertidur pulas, biarlah ponakannya bangun sendiri tanpa harus dibangunkan seperti biasanya.

Halimah memilih ke dapur untuk mematikan kompornya, dia habis memasak nasi. Tinggal lauknya saja, ikan dan sayur yang habis di petik di belakang rumah yang harus di masak.

Ditengah kesibukannya memasak, Halimah mendengar suara sirine polisi semakin dekat di indera pendengarannya. Dia pun memilih mematikan kompornya lalu bergegas mengintip di balik jendela guna melihat situasi di luar, begitu halnya dengan tetangga sebelah yang mayoritas emak-emak kepo.

Halimah terkejut melihat mobil polisi berjejer di depan rumahnya, lebih terkejutnya lagi melihat satu kompi polisi turun dari mobil berkapasitas besar dan masing-masing mereka membawa pistol dengan seragam berwarna hitam persis di film-film yang sering Halimah lihat di televisi.

Tetangga sebelah dan warga kompleks Permadani begitu heboh melihat kedatangan satu kompi polisi di kompleksnya. Mereka mulai heboh bergosip ria dan banyak dari mereka mulai berspekulasi bahwa salah satu penghuni kompleks nya tersangka teroris, ada juga mulai menerka-nerka bahwa terdapat penjahat kelas kakap yang menghuni kompleks nya.

Dari pengintaian nya, Halimah dapat melihat salah satu polisi menghampiri pak Harto, tetangga di depan rumahnya yang sedang memotong rumput. Terlihat keduanya berbincang-bincang lalu menunjuk kearah rumahnya. Mendadak Halimah menghentikan aksinya, dia merasa khawatir, pikirannya mulai tak tenang. Siapa sebenarnya orang yang sedang dicari rombongan polisi tersebut.

Sementara Hani baru saja bangun tidur, kepalanya terasa pening karena terlalu banyak menangis semalam. Dia pun melirik kearah jendela kamarnya dan matahari terlihat sudah meninggi. Rupanya dia bangun kesiangan.

Hani menghembuskan nafasnya dengan kasar, lagi-lagi kejadian semalam kembali terlintas di pikirannya layaknya sebuah rekaman video.

Apa yang harus dia lakukan sekarang? Hani hanya mampu mengusap wajahnya dengan kasar, dadanya kembali sesak. Seandainya dia memiliki kekuatan untuk menghapus segala kejadian yang sangat menyakitkan menimpa dirinya, maka dia akan melakukannya hari ini juga.

Dor

Dor

Hani melompat turun dari ranjang saat mendengar suara tembakan dari luar rumah. Dia pun berlari kecil masuk ke dalam kamar mandi untuk cuci muka lalu bergegas keluar dari kamarnya.

"Hani, kamu sudah bangun nak" ucap Halimah dengan suara pelan dan terlihat sangat panik.

"Apa bibi mendengar suara......" Hani tidak melanjutkan ucapannya, matanya membulat sempurna melihat banyaknya polisi berkeliaran di depan rumahnya lewat kaca jendela.

Bersamaan pula pintunya di ketuk dari luar. Sontak saja Hani dan bibi nya saling pandang.

"Bibi harap kamu tidak membuat masalah, nak" ucap Halimah dengan raut wajah khawatir. Sedangkan Hani hanya diam membisu.

Wanita paruh baya itu pernah berurusan dengan polisi atas kasus perkelahian yang sering dilakukan ponakannya bersama preman pasar. Namun masalahnya bisa diselesaikan dengan jalur kekeluargaan hingga berakhir damai.

Tok

Tok

Tok

Bu Halimah melangkah menuju pintu, dengan cepat Hani menghentikan langkahnya.

"Bibi, apapun yang terjadi tolong percaya dengan ponakan mu ini" ucap Hani dengan mata berkaca-kaca.

"Iya nak, bibi akan terus percaya padamu" ucap Halimah tersenyum sambil mengelus puncak kepala ponakannya.

"Sana mandi, masa anak gadis masih muka bantal di jam begini. Biar bibi yang menghadapi pak polisi" tambahnya tersenyum.

"Baik bos ku" ucap Hani tersenyum, dia sebisa mungkin terlihat ceria di depan bibi nya padahal hatinya sangat hancur. Namun tetap saja Bibi nya mampu melihat kesedihan di balik matanya.

Dan anehnya Halimah tak sengaja melihat banyaknya tanda merah di leher jenjang Hani, dia ingin bertanya namun Hani keburu masuk ke dalam kamar.

Halimah sempat berdoa kepada sang pencipta sebelum membuka pintu rumah. Dia langsung dihadapkan rombongan polisi sudah berjaga-jaga di depan rumahnya.

"Kami datang untuk melakukan penangkapan terhadap saudari Hani Handoko" ucap salah satu pak Polisi kepada Halimah.

Wanita paruh baya itu tidak bisa berkata-kata.

Bersambung...

1
indahlee
ceritanya seru lanjut
Kak olaa
ditunggu kelanjutannya thor
Kak olaa
Hans dapat jatah jga
Nur Adam
lnjut
Tutiks
lanjut lagi up nya
Mita
lanjut thorrr 🤗
tzyii
up up up
tzyii
yah di gantung lgi bacaan ku
Nuryati Yati
kapan lanjut ny ini
Nur Adam
lnjut
Fatma
lanjut dong thorrr
Fatma
seru, lanjut dong thor 😍
Elen Gunarti
double up thor 👍
Hikari Puri
widih hans menang bnyk ini🤭🤭up lg thor😁
Ita sweet
double up thor
Ita sweet
akur tuh
indahlee
lnjjttt
Faulinsa
lanjut kak
Mita
lanjut thor 🤗
lala
suasana sgt mendukung gaskan hansss💃💃💃
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!