NovelToon NovelToon
Dihamili Tuan Impoten

Dihamili Tuan Impoten

Status: sedang berlangsung
Genre:One Night Stand / Hamil di luar nikah / Menikah Karena Anak
Popularitas:204.1k
Nilai: 4.8
Nama Author: Alif Irma

(Tahap Revisi)

Hani tidak punya pilihan lain selain menerima tawaran pekerjaan dari sahabatnya, yakni menjadi pelayan di sebuah Villa mewah. Namun nasib naas malah menimpanya di villa mewah itu.

"Katakan, siapa yang sudah menghamilimu?" seorang wanita paruh baya langsung melabraknya.

"Laki-laki yang burungnya mati suri" Hani mengatakannya dengan judesnya di depan semua orang.

Yuk simak kisahnya hanya di cerita Dihamili Tuan Impoten!

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Alif Irma, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 6

Ceklekk

Ketiga bodyguard Hans terkejut mendapati Hani, si pelayan cantik jelita berdiri di dekat pintu dengan pakaian yang sudah berbeda. Sedangkan Hani menatap mereka dengan tatapan kosong, lalu dia berjalan dengan santainya melewati ketiga bodyguard Hans tanpa kenal takut.

"Tunggu" ucap salah satu bodyguard Hans yang paling kuat. Sontak saja Hani langsung menoleh kearah pria itu dengan sorot mata tajam.

"Terima kasih sudah melayani tuan muda" ucapnya dengan wajah garangnya.

Hani tak menggubris ucapan bodyguard itu, kupingnya terasa panas mendengar ucapan pria itu, dia ingin sekali menghajar ketiga bodyguard Hans sampai babak belur, namun dia tidak sanggup lagi melakukannya. Sebaiknya dia meninggalkan tempat tersebut secepatnya daripada meladeni ketiga bodyguard sialan itu.

"Tuan muda!" teriak salah satu bodyguardnya yang tak sengaja melihat tuan muda tergeletak di lantai di samping ranjang.

Ketiga bodyguard Hans berlarian masuk ke dalam kamar tuan muda nya. Mereka panik melihat tuan muda nya tak sadarkan diri dengan darah memenuhi wajahnya. Mereka segera melarikan tuan mudanya ke rumah sakit.

Sementara Hani sendiri langsung melajukan motornya pulang ke rumah dengan perasaan hancur. Air matanya terus berjatuhan sepanjang memasuki rumah. Hani berdiri di depan pintu kamar bibi nya dengan tatapan kosong.

"Bibi, Hani minta maaf" Hanya itu kalimat yang mampu diucapkan oleh Hani untuk wanita hebat yang sudah membesarkannya hingga tumbuh dewasa.

Air matanya terus membasahi pipinya dengan perasaan hancur, sedih, marah, takut dan semuanya tak bisa digambarkan dengan kata-kata. Dia sudah tidak tahu seperti apa lagi masa depan untuk wanita miskin seperti dirinya yang menjadi korban pemerkosaan. Masih adakah pria baik di luar sana yang mau menerimanya apa adanya.

Dengan tangan bergetar Hani membuka pintu kamarnya lalu bergegas masuk ke dalam kamarnya. Hani langsung terisak melihat bingkai foto kedua orang tuanya di atas nakas. Dimana dalam foto tersebut kedua orang tuanya tersenyum bahagia. Bingkai foto yang usang dengan foto jaman dulu menjadi pelengkap untuk mengalirkan perasaan rindu terhadap mendiang orang tuanya.

Tak ada yang bisa diucapkan Hani selain menangis dalam diam di dalam kamarnya. Setelah puas menangis, Hani berjalan gontai masuk ke dalam kamar mandi untuk membersihkan tubuh kotornya.

Hani melepaskan pakaian yang melekat di tubuhnya, lalu menginjak-injak pakaian itu dengan kesalnya. Setelah itu, dia akan merobeknya lalu membakarnya hingga menjadi abu.

Dadanya sangat sesak melihat bekas percintaan pria bajingan itu masih tertinggal di tubuhnya. Hani sangat marah, benci melihat jejak-jejak pria itu dan ingin berteriak keras melihat permukaan dadanya dipenuhi tanda merah keunguan. Pria itu benar-benar bajingan, hardiknya dalam hati.

Hani menggosok permukaan kulitnya dengan rasa sesak melihat bekas percintaan pria bajingan itu yang tak mau hilang dari permukaan kulitnya. Dia sudah mandi sebanyak tiga kali namun tetap saja bekas pria bajingan itu masih tertinggal di tubuhnya.

Dengan tubuh bergetar dan permukaan kulit sudah memucat, Hani melangkah keluar dari kamar mandi. Dia membuka lemari kayu nya untuk mengambil baju tidurnya lalu segera memakainya. Hani memilih untuk mengistirahatkan tubuhnya, semoga yang terjadi hari ini hanyalah mimpi buruk baginya.

*

*

*

Keesokan harinya....

Halimah sibuk menyapu di ruang tamu, namun ponakan gadisnya tak kunjung bangun padahal hari sudah siang. Wanita paruh baya itu sangat yakin ponakannya pulang larut malam. Dia segera menyelesaikan pekerjaannya lalu membangunkan ponakannya.

"Hani, bangun nak. Kamu tidak berangkat kerja?" ucap Halimah yang sedang berdiri di depan pintu kamar ponakannya.

Tak ada sahutan dari dalam kamar Hani, membuat wanita paruh baya itu tak tega membangunkan ponakannya, apalagi dia tidak tahu Hani pulang jam berapa. Sehingga Halimah membiarkan Hani tertidur pulas, biarlah ponakannya bangun sendiri tanpa harus dibangunkan seperti biasanya.

Halimah memilih ke dapur untuk mematikan kompornya, dia habis memasak nasi. Tinggal lauknya saja, ikan dan sayur yang habis di petik di belakang rumah yang harus di masak.

Ditengah kesibukannya memasak, Halimah mendengar suara sirine polisi semakin dekat di indera pendengarannya. Dia pun memilih mematikan kompornya lalu bergegas mengintip di balik jendela guna melihat situasi di luar, begitu halnya dengan tetangga sebelah yang mayoritas emak-emak kepo.

Halimah terkejut melihat sebuah mobil polisi parkir di depan rumahnya. Wanita paruh baya itu langsung merasakan perasaan tidak enak seolah pertanda buruk akan terjadi.

Para tetangga mulai bisik-bisik dan semakin penasaran dengan kedatangan polisi. Entah siapa orang yang akan dibekuk polisi.

Dari pengintaian nya, Halimah dapat melihat salah satu polisi menghampiri pak Harto, tetangga di depan rumahnya yang sedang memotong rumput. Terlihat keduanya berbincang-bincang lalu menunjuk kearah rumahnya. Mendadak Halimah menghentikan aksinya, dia merasa khawatir, pikirannya mulai tak tenang. Siapa sebenarnya orang yang sedang dicari polisi tersebut.

Sementara Hani baru saja bangun tidur, kepalanya terasa pening karena terlalu banyak menangis semalam. Dia pun melirik kearah jendela kamarnya dan matahari terlihat sudah meninggi. Rupanya dia bangun kesiangan.

Hani menghembuskan nafasnya dengan kasar, lagi-lagi kejadian semalam kembali terlintas di pikirannya layaknya sebuah rekaman video.

Apa yang harus dia lakukan sekarang? Hani hanya mampu mengusap wajahnya dengan kasar, dadanya kembali sesak. Seandainya dia memiliki kekuatan untuk menghapus segala kejadian yang sangat menyakitkan menimpa dirinya, maka dia akan melakukannya hari ini juga.

Dengan malas, Hani turun dari ranjang lalu melangkah masuk ke dalam kamar mandi untuk cuci muka.

"Hani, kamu sudah bangun nak" teriak Bu Halimah masuk ke dalam kamar ponakannya.

"Iya bibi" teriak Hani dari dalam kamar mandi. Setelah itu bergegas keluar dari kamar mandi untuk menemui bibi nya.

"Bibi kenapa?" tanya Hani sambil mengikat rambutnya secara asal.

"Bibi melihat ada polisi di luar" jawab Halimah dengan raut wajah khawatir. "Bibi harap kamu tidak membuat masalah, nak." ucap Halimah dengan raut wajah khawatir. Sedangkan Hani hanya mampu diam membisu.

Bagaimana tidak, Hani beberapa kali berurusan dengan polisi atas kasus perkelahian yang sering dilakukannya bersama teman-teman preman pasar. Namun masalahnya bisa diselesaikan dengan jalur kekeluargaan hingga berakhir damai.

Tok

Tok

Tok

Terdengar suara ketukan pintu dari luar rumah, membuat Hani dan Bu Halimah saling pandang. Kemudian Bu Halimah melangkah menuju pintu, dengan cepat Hani ikut menyusulnya.

"Bibi, apapun yang terjadi tolong percaya dengan ponakan mu ini" ucap Hani dengan mata berkaca-kaca.

"Iya nak, bibi akan terus percaya sama kamu" ucap Halimah tersenyum sambil mengelus puncak kepala ponakannya.

"Sana mandi, masa anak gadis masih muka bantal di jam begini. Kalau pak polisinya cari kamu, biar bibi yang hadapi dulu" tambahnya tersenyum.

"Baik bos ku" ucap Hani tersenyum, dia sebisa mungkin terlihat ceria di depan bibi nya padahal hatinya sangat hancur. Namun tetap saja Bibi nya mampu melihat kesedihan di balik matanya.

Dan anehnya Halimah tak sengaja melihat banyaknya tanda merah di leher jenjang Hani, dia ingin bertanya namun Hani keburu masuk ke dalam kamar.

Halimah sempat berdoa kepada sang pencipta sebelum membuka pintu rumah. Dia terkejut melihat polisi berdiri di teras rumah.

"Kami datang untuk melakukan penangkapan terhadap saudari Hani Handoko" ucap salah satu pak Polisi kepada Bu Halimah sambil menunjukkan surat penangkapan atas nama Hani Handoko.

Wanita paruh baya itu tidak bisa berkata-kata.

Bersambung...

1
Ade
up thor
Fatma
lanjut dong thor
tzyii
next
tzyii
jangan percaya dlu....harusnya feni kasi jera andre.. baru nerima nya
Kak olaa
ditunggu lanjutannya
Kak olaa
Feni sdh baikan tau
lala
pegang janjimu Andre
lala
baguslah sdh jujur
lala
kurang komunikasi jatuhnya kayak gini
lala
ckckck
Ita sweet
syukurlah feni andre baikan
Ita sweet
hooh
indahlee
lanjut
Mita
seru lanjut thor 😘
🌷💚SITI.R💚🌷
jangan khawatir han fani sdh baikn..
Yuliana Tunru
lha knp gitu ktx istri pajangan dan knp sekarang malah MP andrew tak jelas kasihan fani.
lala
dapat perawan nya tapi hobi selingkuh, kasian feni😒
lala
aneh sekali tingka andre
lala
feni udah tegas.. keren 👍
lala
loh si andre
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!