Ivana sudah berlari sejauh mungkin untuk menghindari Aston Harold, namun dunia seperti begitu sempit untuk pria itu. Sampai di kehidupan Ivana yang paling terpuruk Aston tetap mampu menemukannya.
"Jadilah simpanan ku, ku pastikan hidupmu akan baik-baik saja," ucap Aston.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Lunoxs, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
SSP Bab 4 - Memberanikan Diri
"I-Ini terlalu cepat untukku, bisakah kamu memberiku waktu?" tanya Ivana dengan suaranya yang terdengar gagap. Tangan kanannya yang terulur untuk menerima botol obat itu pun sampai terlihat gemetar.
Aston juga bisa melihatnya dengan jelas.
Pria itu lantas memeluk Ivana dan mencium puncak kepalanya dengan lembut, "Jangan takut padaku Vana, aku akan melindungi mu mulai sekarang," ucap Aston.
Yang dimaksud pria ini adalah melindungi dari para penagih hutang, melindungi Ivana agar tak hidup dengan kemiskinan, yang dia katakan hanya tentang uang, yang dan uang.
Bukan hati, padahal sesungguhnya yang paling terluka adalah hati Ivana.
Namun pelukan Aston itu terasa hangat sekali, sampai membuat Ivana memejamkan mata karena merasakan kenyamanan. Ivana tak bisa berontak saat Aston tiba-tiba menggendongnya di depan dada, membawanya untuk menuju ranjang.
Lalu mendudukkan Ivana di tepi ranjang berukuran king size tersebut, duduk di sini membuat Ivana akhirnya mengamati kamar tersebut.
Kamar yang terlihat sangat maskulin, seolah ini benar-benar kamar Aston di dalam rumah ini. Bukan kamar tamu, ataupun kamar khusus untuk wanita simpanan.
Ivana sedikit tersentak saat Aston pun melepaskan sepatu heelsnya, pria itu seolah tak masalah selalu melayaninya seperti ini.
"Istirahatlah lebih dulu, kamu pasti lelah setelah perjalanan panjang kita," ucap Aston, selesai melepas heels Ivana, dia bangkit dan membantu sang wanita untuk berbaring.
"Tapi sebelum tidur, minumlah obat ini dulu, ya?" tanya Aston, suaranya yang lembut membuat Ivana menganggukkan kepalanya.
Ivana seperti tak bisa menolak, selain tak punya kuasa untuk melawan, dia pun selalu terlena dengan sikap lembut Aston.
"Apa aku boleh bertanya sesuatu?" tanya Ivana, dilihatnya Aston mulai menuangkan air putih untuknya. Air yang akan dia gunakan untuk meminum obat pencegah kehamilan.
"Apa?"
"Kenapa kamu membawa ku ke sini? tinggal di rumah yang sama dengan istrimu."
"Ini tak akan masalah bagi Gloria, karena aku hanya menganggapnya sebagai adik, dan pernikahan diantara kami adalah pernikahan bisnis. Kamu juga bisa menganggap Gloria seperti adikmu," terang Aston.
'Apa kamu mencintai aku? kenapa tidak menikahi aku?' batin Ivana, namun untuk pertanyaan ini tak mampu dia ajukan.
"Dan alasan yang paling utama kenapa aku membawamu ke sini adalah aku tidak ingin kamu kabur lagi, aku tidak ingin memiliki dua rumah, karena saat aku mengunjungi salah satu aku takut kamu akan merasa kesepian. Karena semua alasan itulah aku membawamu ke sini," timpal Aston pula, makin menjelaskan situasi yang terjadi.
"Apa ini kamar mu?" tanya Ivana dan Aston mengangguk.
Pria itu lantas menyerahkan gelas berisi air dan sebutir obat, Ivana menerima dan meminumnya meski sedikit ragu.
"Ini adalah kamarku, aku tidak pernah membawa Gloria masuk ke dalam sini. Dia tidur di kamarnya sendiri."
'Benarkah?' batin Ivana, seperti ingin menuntut penjelasan yang lebih rinci, namun tidak berani.
Selesai Ivana meminum obatnya, Aston bahkan kembali mengambil gelas tersebut. Dia memperlakukan Ivana dengan penuh perhatian, meskipun hanya hal-hal kecil.
"Tidurlah, aku akan membangunkan mu saat sore," ucap Aston, saat ini hari masih siang. Matahari di atas sana masih nampak tinggi.
Dan setelah mengucapkan hal itu, Aston pun menundukkan kepalanya dan mencium bibir Ivana dengan mesra. Dia sedikit mendorong sampai Ivana benar-benar berbaring di atas ranjangnya tersebut.
Ciuman hangatt yang langsung mampu membuat Aston berdesirr. Rasa yang tak pernah bisa dia dapatkan pada wanita lain.
Hanya Ivana yang mampu membuatnya berdebar seperti ini, meskipun hanya dengan sebuah ciuman bibir.
Saat ciuman itu terlepas, Ivana sontak terengah dan Aston bisa melihat sedikit luka di bibir sang wanita.
Karena terlalu berhassrat dia sampai mencium dengan kuat. Sampai tak sadar jika melukai bibir Ivana. Sungguh, hanya Ivana lah candu bagi Aston. "Bibirmu terluka," ucap Aston.
"Benarkah? Aku tidak merasakannya," balas Ivana, dia ingin bangun dan memeriksa, namun Aston segera menahannya.
"Tidak perlu bangun, sekarang istirahat lah," cegah Aston, dia menarik selimut dan menutupi sebagian tubuh Ivana. Luka itu terlihat seperti sariawan di bibir sang wanita, namun bukanya terlihat aneh justru terlihat seksi di mata Aston.
"Aku akan ke ruang kerja ku, tidurlah dengan nyenyak," ucap Aston lagi, kali ini dia mengecup kening Ivana sebelum akhirnya benar-benar keluar dari dalam kamar tersebut.
Untuk sesaat Ivana justru tak bisa tertidur, kedua matanya justru sibuk mengamati kamar ini, sementara hati dan pikirannya sibuk menebak apa yang akan terjadi di masa depan nanti.
Sementara sekarang saja rasanya Ivana sangat takut untuk bertemu dengan Gloria.
Aston mungkin sudah mengatakan semuanya, tentang bagaimana pria itu telah menganggap sang istri sebagai adik.
Tapi Ivana tak bisa menerima penjelasan itu dengan mudah, karena faktanya Gloria memanglah istri Aston.
Sementara statusnya di sini hanya Simpanan.
Lama berpikir membuat Ivana sangat mengantuk, sampai akhirnya tak sadar jika dia pun terlelap. Setelah sekian lama akhirnya merasakan tempat tidur yang begitu nyaman.
Di luar sana Aston mengumpulkan semua pelayan, Gloria yang tidak dipanggil pun ikut datang ke ruang tengah. Menyaksikan apalagi yang akan dilakukan oleh sang suami, pria yang mengaku sebagai kakaknya.
"Ivana adalah wanitaku, kalian harus menghormatinya seperti kalian menghormati aku dan Gloria. Jika aku melihat sedikit saja kesalahan kalian pada Ivana, aku tak akan segan untuk memecat kalian," ucap Aston, menyampaikan sebuah pengumuman.
Pengumuman yang membuat Gloria tersenyum miring, betapa sang suami mencintai wanita miskin itu.
Tetang Ivana Lourine sudah cukup banyak Gloria ketahui, keluarga toxic yang bangkrut karena memiliki banyak hutang.
Tapi sekarang sang suami datang sebagai dewa penolong, membayar semua hutang itu dan membawa Ivana datang ke rumah ini.
"Baik Tuan!" balas seluruh pelayan dengan patuh.
Aston lantas mengangkat tangan kanannya, memberi isyarat untuk semua orang agar bubar.
Kini tatapannya hanya tertuju pada Gloria yang duduk di sofa. "Malam ini pergilah, aku tidak ingin Ivana merasa terganggu. Dia butuh waktu untuk beradaptasi dengan rumah ini," ucap Aston.
"Ya ampun, istri sah diusir hanya karena wanita simpanan."
"Tidak usah membesar-besarkan, jangan membuatku semakin membencimu," balas Aston gamblang, meskipun dia telah menganggap Gloria sebagai adik, tapi mereka berdua sama-sama tahu, bahwa pernikahan ini terjadi karena Gloria menjebak Aston.
Perjodohan yang nyaris dibatalkan jadi langsung ada pernikahan karena ulah kekanak-kanakan Gloria.
Gadis itu membuat foto palsu seolah mereka telah menghabiskan waktu bersama.
Dan setelah mendengar ancaman tersebut, Gloria sontak berdiri dengan wajah yang nampak kesal. "Besok aku akan pulang lebih awal, jadi jangan berhubungan di luar kamar!" kesal Gloria, dia pun segera pergi meninggalkan ruang tengah tersebut.
Untuk saat ini pernikahan sebenarnya bukan yang Aston inginkan. Sebab dia belum menemukan wanita yang tepat. Bukan Gloria, bukan pula Ivana yang hanya dia inginkan tubuhnya.
Menjelang malam Aston kembali masuk ke dalam kamarnya, melihat Ivana yang masih tertidur dengan pulas.
"Ivana," panggil Aston, coba membangunkan sang wanita.
Ivana yang begitu sensitif langsung terbangun detik itu juga, jangankan sebuah panggilan, decitt ranjang pun mampu membangunkannya di kehidupan terdahulu.
"Aston," panggil Ivana, dia juga buru-buru bangun karena sadar disini hanya menumpang.
"Kenapa? Apa kamu mimpi buruk?" tanya Aston, dia juga heran karena Ivana cepat sekali bangunnya.
"Ti-tidak, aku baik-baik saja."
Aston lantas meminta Ivana untuk membersihkan diri, setelah menggunakan gaun yang indah Aston mengajak Ivana untuk keluar. Menelusuri rumah ini secara singkat sampai akhirnya mereka berhenti di meja makan.
Tapi sepanjang berkeliling Ivana hanya bertemu dengan para pelayan, sementara Gloria tidak ada. Bahkan di meja makan pun wanita itu tidak ada.
"Dimana istrimu?" tanya Ivana dengan suara yang kecil, bertanya saat Aston menarik kursi mempersilahkannya untuk duduk.
"Malam ini Gloria pergi, dia ingin membuat mu merasa nyaman."
Entah harus merasa bersalah atau senang saat mendengar hal tersebut, namun Ivana tak bisa bereaksi apa-apa.
Hidangan yang tersaji di atas meja membuat Ivana tersenyum, Aston seperti kembali membawa kehidupannya dulu yang pernah hilang.
Saat malam semakin larut, Ivana akhirnya benar-benar memberanikan diri untuk menyerahkan tubbuhnya pada Aston.
Pria itu duduk di ranjang dan menunggu, sementara Ivana baru saja keluar dari pintu ruang ganti dengan menggunakan lingerii.
"Kemarilah," titah Aston.
...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...
Assalamualaikum.
Terima kasih untuk semua pembaca yang sudah hadir, i love you banyak-banyak. Pengen cium satu-satu 🤣
Jangan lupa like dan komen sebanyak-banyaknya untuk mendukung Ivana dan Aston. Jangan nabung bab juga 🙏
Semoga kisah ini bisa menghibur ya, i love you semuanya ❤️