Kihana Betaria Lutfi terpaksa menerima perjodohannya dengan pria yang sangat ia benci.
Ayahnya mengatakan jika keluarga nya memiliki hutang pada keluarga Dude yang tidak bisa di lunasi dan keluarga Dude menginginkan Hana menjadi istri dari anak pertama mereka bernama Reynan Dude yang juga merupakan guru di tempat Hana sekolah.
Pernikahan mereka di rahasiakan dari seluruh guru dan pihak sekolah karena Hana tidak ingin di keluarkan dari sekolah.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Desy kirana, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 31
Rey menemukan Hana di perpustakaan. Ia menghela nafas lega karena akhirnya pencariannya membuahkan hasil. Rey langsung masuk setelah mengangguk sopan pada penjaga perpustakaan.
Ia lalu mendekati Hana yang sedang menelungkupkan kepalanya diatas meja. Rey mengusap punggung Hana pelan.
Hana yang merasa punggungnya di usap mendongakkan kepalanya. Setelah melihat sang suami yang melakukannya ia kembali merebahkan kepalanya diatas meja.
"Bapak mau ngapain? Kepala saya pusing. Kalo mau marah-marah nanti aja di rumah. Saya mau istirahat." kata Hana ketus.
Rey kembali menghembuskan nafasnya pelan. "Maafin Abang ya, Abang salah!"
"Emangnya bapak salah apa?"
"Sayang, sudah dong marahnya. Istirahat di ruangan Abang aja yuk!"
"Nggak mau!"
"Ayok!"
"Nggak!"
"Sayang ayolah!"
"Sekali nggak ya nggak!"
"Oke kalo gitu Abang gendong ya." Rey langsung memegang pundak Hana hendak membopong Hana. Namun dengan cepat Hana menepisnya.
"Ish, dasar pemaksa! Nyebelin!" ucap Hana ketus lalu berdiri dan meninggalkan Rey ke luar perpustakaan.
Rey mengulum senyumnya dan cepat-cepat mengikuti istri kecilnya dari belakang menuju ruangannya.
Sesampainya di sana mereka bertemu dengan Papi Dude. "Loh, kalian dari mana?"
"Hana pusing Pi, jadi Rey suruh istirahat di ruangan aja."
Mendengar penjelasan Rey Dude mengelus kepala Hana dengan sayang. "Pulang saja kalau memang merasa pusing dan lemas. Istirahat beberapa hari di rumah tidak usah sekolah dulu." usul Dude.
"Nggak papa kok Pi, Hana sebentar lagi ada try out. Akan ketinggalan banyak pelajaran kalo istirahat lama di rumah." Jawab Hana dengan tersenyum manis.
"Ya sudah, tapi jangan terlalu di paksa. Papi sama sekali tidak masalah kalaupun kamu berhenti sekolah. Nanti kamu bisa ikut ujian paket untuk mendapatkan ijazah."
"Tanggung Pi, tinggal beberapa bulan lagi aja kok." jawab Hana lagi. Ia akan berusaha menahan rasa tidak nyaman sampai ujian kelulusan yang hanya hitungan bulan.
"Ya sudah, terserahmu saja. Sekarang istirahatlah." Balas Dude. Ia kembali membelai kepala Hana sebelum pergi meninggalkan anak dan menantunya.
Hana dan Rey sudah masuk ke dalam ruangan. Hana belum bisa menghilangkan rasa kesalnya pada Rey. Hana langsung merebahkan tubuhnya di sofa, Ia masih mengabaikan Rey yang sejak tadi mengajaknya berbicara dengan berpura-pura tidur.
Dengan mata terpejam Hana melepaskan 3 kancing teratas dari seragamnya karena ingin melepaskan bra nya. Semenjak hamil Hana tidak nyaman memakai bra. Bahkan jika di rumah Hana tidak pernah memakai bra.
🌸
🌸
🌸
Waktu bergulir bulan pun berganti.
Saat ini usia kehamilan Hana sudah memasuki usia 4 bulan.
Waktunya untuk ujian kelulusan tinggal 3 bulan lagi. Hana sedang mempersiapkan diri untuk try out besok pagi.
"Abang, ini maksudnya gimana? Bisa kasih tau nggak?" Hana mendekati Rey yang sedang duduk bersandar di ranjang dengan memainkan ponselnya.
Rey meletakkan ponselnya dan melihat soal yang Hana tanyakan. "Astaga, ini cuma angka nya aja yg beda sayang. Rumusnya sama aja, masa kaya gini aja nggak paham." Rey merasa gemas dengan istri kecilnya. Ia benar-benar tak menyangka jika Hana bisa nekat masuk ke kelas IPA 1 padahal ia tidak mengerti apapun tentang pelajaran di kelas IPA.
"Memang nggak paham. Abang jangan marah-marah dong. Santai aja!" jawab Hana ketus. Ia merampas buku di tangan Rey dan kembali ke meja belajar. Ia melemparkan buku ke atas meja dengan kasar.
Brak!
Rey menghela nafas kasar dan meraup wajahnya kemudian turun dari ranjang untuk membantu Hana belajar.
Rey mengangkat kursi di depan meja rias dan duduk di sebelah Hana. "Maaf sayang, jangan marah. Sini Abang ajarin sampai bisa ya." Kata Rey sambil mengusap kepala sang istri.
Hana mendengus kesal tapi tidak menolak bantuan Rey karena ia memang membutuhkan bantuan sang suami. Hana menyadari Rey memiliki otak yang encer.
Meskipun Rey merupakan guru fisika. Rey juga bisa mengajarnya semua mata pelajaran. Hana tidak memerlukan les tambahan karena sang suami bisa melakukannya. Setiap hari Rey membantunya belajar sehingga nilai-nilai nya jauh lebih baik dari sebelumnya.
Setelah pukul 9 malam Rey menyudahi pembelajaran Hana. "Sudah malam, sekarang kamu istirahat ya." Rey merapihkan buku-buku belajar Hana dan menarik Hana keatas ranjang. Lalu ia berjalan hendak keluar kamar.
"Abang!"
"Hmm!" Rey membalikkan badannya.
"Mau kemana?"
"Ambil minum di dapur, tunggu sebentar ya."
Hana mengangguk dan tersenyum. 4 bulan menjadi istri seorang Reynan membuat Hana hapal dengan kebiasaan sang suami.
Jika Rey sudah mengatakan akan mengambil minum sebelum tidur, Hana tau jika malam ini Rey menginginkannya. Hana turun dari ranjang dan masuk ke dalam kamar mandi untuk mengosongkan kandung kemihnya yang sudah terasa penuh.
Rey kembali ke dalam kamar dengan membawa air dingin. Ia tersenyum melihat Hana yang sedang memakai skincare malam di depan meja rias nya dengan menggunakan gaun tidur yang cukup transparan.
"Sayang!" Rey mengusap bahu Hana yang terekspose.
Melihat penampilan Hana membuat adik bawahnya terbangun. Rey senang karena Hana selalu mengerti jika dirinya menginginkan Hana.
"Hmm! Bentar ya bang." jawab Hana singkat. Ia masih fokus mengusap wajahnya menggunakan krim malam.
Rey mengecup pucuk kepala Hana dan duduk di tepi ranjang. Ia tak mengalihkan pandangannya dari sang istri. Setelah beberapa menit Hana sudah selesai dengan aktivitasnya. Ia mendekati Rey dan duduk di pangkuan sang suami dan melingkarkan kedua lengannya di leher Reynan.
"Jangan lama-lama ya bang, besok Hana kan mau try out." kata Hana.
Reynan tersenyum dan mengangguk. "Ini masih jam 9, satu jam cukup kok." jawab Rey lalu mengikis jarak kemudian langsung mencium bibir ranum sang istri dengan pelan.