ONS lalu punya anak, itu sudah biasa.
Salah kamar, dan saling berbagi kehangatan, lalu akhirnya hamil, itu juga sudah biasa.
Menjadi istri, dikhianati lalu memilih pergi saat hamil, itu juga sudah sering terjadi.
Lalu, kisah ini bagaimana? Hampir mirip tapi banyak memiliki perbedaan. Ayesha, dia sama sekali tidak menyukai pria itu. Malah bisa dikatakan dia begitu membencinya.
Namun kejeniusan si pria membuatnya terobsesi sehingga menginginkan benihnya.
Ayesha berhasil mendapatkan yang dia mau. Bocah kecil nan pintar lahir dari perutnya.
Tapi ada satu hal yang membuatnya resah. Anak itu terlalu mirip dengan si pria. Bahkan si anak yang cerdas itu tahu bahwa ada pria dewasa yang mirip dengan dirinya.
" Mom, apa dia Daddy ku?"
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon IAS, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Apa Itu Ayahku? 06
" Maaf Tuan, kami sungguh minta maaf. Itu adalah calon karyawan baru kami, tapi kami tidak tahu mengapa dia begitu. Kami sungguh minta maaf sekali lagi."
Ryder bergeming, dia sebenarnya tidak peduli juga degan perusahaan ini. Karena dari awal dia hanya menunjukkan sopan santunnya saat setuju datang kemari.
" Tidak masalah Tuan, mungkin kita belum berjodoh untuk melakukan kerja sama. Tapi bolehkan saya meminta data diri dari wanita tadi."
Pemimpin perusahaan sedikit terkejut mendengar permintaan Ryder. Menurutnya ini sedikit aneh, tapi karena rasa malu dan bersalah yang besar akhirnya dia memberikan cv milik Ayesha.
Sebuah lengkungan senyum terbentuk di bibir Ryder. Dia mendapatkan semua informasi dari wanita itu. Awalnya dia sama sekali tidak peduli dengan Ayesha, tapi hati kecilnya berkata lain. Hati kecilnya merasa bahwa dia harus kembali menemui wanita itu.
" Sam, cari tahu dimana keberadaan wanita ini."
" Baik Tuan."
Disisi lain, saat ini Ayesha yang sudah sampai di apartemen langsung membereskan semua barang-barangnya. Memasukkan pakaian ke dalam koper dan mempacking barang yang dianggap penting. Tapi satu hal yang ia lupakan yakni Gael. Saking paniknya dia lupa menjemput Gael ditempat Grey.
" Astaga, aku beneran lupa sama anakku."
Ayesha menghentikan semua kegiatannya, lalu ia bergegas turun untuk menjemput Gael. Jarak apartemennya dengan tempat Grey tidaklah jauh. Jadi Ayesha memilih untuk berjalan kaki saja untuk menuju ke sana.
" Gael, ayo pulang. Aah Grey thank you ya udah jagain Gael."
" Sama-sama Ayesha, tapi kok kayaknya buru-buru gitu.
" Iya bener, nanti aku bakalan kasih tahu kamu via telepon. Sekarang aku harus cepet bawa Gael. See you Grey, sekali lagi makasih buat selama ini."
Grey mengerutkan alisnya, ucapan Ayesha seperti salam perpisahan. Tapi Grey tidak bisa bertanya lebih karena saat ini dirinya sedang sibuk melayani pelanggan. Pada akhirnya Grey hanya melambaikan tangannya ke arah ibu dan anak itu.
" Mom, what happen?"
" Kita akan pindah dari sini Gael."
" What?"
Gael amat sangat terkejut. Ia bahkan sampai menghentikan langkahnya. Bocah 6 tahun itu jelas merasa kaget atas ucapan sang ibu yang tiba-tiba mengajaknya untuk pindah.
" Why? kenapa kita harus pindah? Kita udah lama di sini kan. Jadi ngapain kita pindah. Ada apa Mom?"
" Nggak ada apa-apa sayang, Mommy di sini sulit mendapat pekerjaan. Jadi Mommy harus nyari pekerjaan di tempat lain. Dan kalau itu jauh maka Mommy juga harus bawa kamu ikut. Mommy nggak mau jauh dari Gael."
Gael terdiam, apa yang dikatakan oleh ibunya itu masuk akal. Sebenarnya tidak ada maslaah juga mereka meninggalkan kota atau negera ini. karena dirinya pun tidak memiliki teman dekat disini.
Hanya Grey yang baik kepada mereka, jadi pergi pun juga tidak akan ada yang sedih atau kehilangan.
" Baiklah, ayo lakuin itu."
Ayesha tersenyum, ia tidak menyangka Gael akan begitu mudah untuk menerima kepindahan kali ini. Dan Ayesha bersukur akan hal tersebut.
Sampai di apartemen, Gael pun segera membereskan semua barangnya. Tidak banyak barang yang mereka packing sebenarnya karena tidak ada barang berharga selama tinggal di tempat ini.
" Gael, apakah udah semua?"
" Yes Mom, tapi bukankah kita harus pamitan sama Uncle Grey."
" Ya kamu bener."
Ayesha dan Gael membawa barang-barang mereka kebawah lalu memasukkan ke dalam mobil. Beruntung semuanya barang yang mereka packing bisa masuk. Setelah selesai, baik Ayesha dan Gael menuju ke tempat Grey untuk berpamitan.
" Apa, kalian mau pindah."
" Sorry Grey," ucap Ayesha penuh dengan rasa menyesal karena pergi dengan tiba-tiba seperti ini. Dia tidak bisa menjelaskan alasan mengapa harus pergi.
" Baiklah kalau begitu, tunggu sebentar."
Grey kembali ke belakang, sebuah paper bag disiapkan dan diisi dengan beberapa kota makanan. " Nah bawalah ini, makanlah di jalan. Ah iya jangan lupa mengabari ku dimana kalian tinggal nanti, oke?"
" Thanks Grey."
Ayesha dan Gael memeluk Gael bergantian. Rasanya sedikit sedih juga harus meninggalkan orang yang selama ini sudah baik kepada mereka.
Tapi Ayesha tidak akan bisa terus tinggal di sana. Entahlah apakah ini hanya perasaan Ayesha atau sekedar kekhawatirannya, tapi ia sangat yakin bahwa Ryder akan mencarinya. Tatapan pria itu sungguh masih sama seperti beberapa tahun silam.
" Meskipun aku mikirnya gitu, tapi aku mohon kamu jangan nyari aku."
Klik
Bruuuummmm
Ayesha menyalakan mobilnya dan segera pergi meninggalkan tempat itu. Sepintas ia kembali melihat gedung apartemen yang sudah ia tinggali cukup lama itu. Rasanya sedikit sedih memang, tapi ia harus melakukan ini.
Dan untuk sekolah Gael, dia bisa mengurusnya melalui telepon. Terlebih kemari juga baru saja ada kejadian dimana membuatnya juga ingin segera memindahkan Gael dari sekolahan itu.
" Sayang, untuk sekolahmu."
" Nggak Mom, nggak usah buru-buru. Dan kayaknya aku harus masuk TK lagi deh. Kita berhenti aja dulu, dan baru masuk saat pendaftaran SD."
" Apa nggak masalah begitu?"
Gael mengangguk, ini merupakan salah satu kesempatan bagi Gael juga yang sudah lama bosan dengan kegiatan sekolah taman kanak-kanaknya. Baginya sekolah di TK hanya membuang waktu.
Semua itu karena kapasitas otak Gael yang sudah melebihi usianya. Jadi ia menganggap bahwa sekolah di taman kanak-kanak hanya akan membuatnya bosan.
Ayesha paham dengan ucapan Gael. Putranya itu sudah tidak merasa nyaman bersekolah di tempat itu. Dan mungkin ini juga kesempatan untuk meninggalkan sekolah.
" Lalu Mom, mau kemana kita."
" Ke tempat saat kamu dulu lahir Gael. Tempatnya agak jauh tapi, jadi tidurlah dulu. Nanti kalau udah sampai Mommy akan bangunkan."
Ayesha bukannya tidak punya tujuan, ada sebuah tempat yang akan ia tuju sebagai tempat tinggalnya nanti. Mungkin akan jauh berbeda dengan yang sekarang tapi sungguh sebenarnya lebih nyaman tempat itu.
Berbeda dengan kondisi kota besar yang penuh dengan hiruk pikuknya, tempat yang akan di datangi oleh Ayesha adalah sebuah kota kecil dan mirip dengan pedesaan. Dimana dulu dia pertama kali datang ke sana saat dinyatakan hamil. Dan dia juga melahirkan di sana hingga usia Gael satu tahun.
" Akhirnya aku datang kembali ke sana. Ya, di sana lebih nyaman dan jadi petani juga bukan sesuatu yang buruk kan."
TBC