Ghea yang sudah menikah selama tiga tahun dengan suaminya, dia tidak pernah mendapatkan sentuhan lembut dari suaminya karena sang suami sibuk dengan kekasihnya, hingga akhirnya dia harus terlibat dengan seorang playboy yang tak lain adalah adik iparnya sendiri.
Gairah keplayboyan Gibran seketika menghilang setelah bertemu Ghea, membuat dia ingin menjadikan Ghea sebagai miliknya.
Padahal sebelum menikah dengan Romi, Ghea lebih dulu dijodohkan dengan Gibran. Tapi Gibran menolak perjodohan itu tanpa ingin tau dulu siapa yang dijodohkan dengannya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon DF_14, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Menjadi Ceo Yang Mengagumkan
"Kenapa kamu membiarkan Gibran menyetujuinya, Ghea?" Romi terlihat marah saat tau siapa yang akan dijadikan model iklan itu.
"A-aku rasa tidak ada salahnya kalau kita mencoba membujuk Renata kembali, siapa tau kali ini berhasil." Ghea tidak ingin menyalahkan Gibran. Padahal dia sendiri kecewa dengan sikap Gibran yang dengan entengnya menyetujuinya Renata jadi model iklan padahal susah sekali untuk mengajak kerjasama dengan Renata.
Romi tampak pusing mendengar kabar itu, "Kita bakal kehilangan klien kalau nanti dia tau Renata tidak ingin jadi model iklan itu, harusnya dari awal jangan menyetujui Renata jadi modelnya."
Ghea hanya terdiam, dia juga bingung kalau sampai ayah mertuanya tau ternyata dia tidak bisa melatih Gibran dengan baik.
Tok! Tok! Tok!
Asistennya Romi mengetuk pintu.
"Masuk!" tanya Romi dengan nada sedikit kesal.
Sang asisten pun masuk ke dalam ruangan, "Maaf Pak, Direktur menyuruh bapak Romi dan Ibu Ghea untuk berkumpul di ruang meeting."
" Meeting? Siapa yang mengadakan meeting dadakan seperti ini?" Romi tampak terkejut mendengarnya, begitu juga Ghea.
"Direktur baru kita, Pak Gibran."
****************
Gibran menunjukkan surat kontrak yang sudah ditandatangani oleh Renata, membuat semua yang hadir di ruang meeting terpukau, lalu ada sebagian yang bertepuk bertepuk tangan .
Prok! Prok! Prok!
"Jadi Renata bersedia jadi model iklan di perusahaan kita?" tanya salah satu staf yang ikut meeting disana.
"Ya, makanya dia menandatangani surat ini. Sekarang giliran kita untuk membuat proses syuting itu berlangsung dengan sangat baik agar tidak mengecewakan model dan klien kita,"
Seharusnya Romi merasa lega mendengar kabar ini tapi entah mengapa Romi malah merasa kecewa mungkin peluang dia untuk jadi Ceo disana sudah tidak ada harapan lagi, Gibran bisa sukses membuat para karyawan mengaguminya padahal hari ini adalah hari pertamanya bekerja.
Sementara itu, Ghea terperangah melihat Gibran yang sedang memperlihatkan surat kontrak itu, dia tak menyangka Gibran akan membuatnya terkejut seperti ini, seharusnya dia merasa tenang karena dia tidak akan kena masalah dengan ayah mertuanya, tapi dia malah ada rasa tidak tenang saat melihat Gibran serasa ada desiran aliran darah yang mengalir begitu cepat merajai sukmanya.
Ghea jadi salah tingkah saat Gibran tersenyum dan mengedipkan matanya pada Ghea, beruntung Romi tidak melihatnya.
Setelah dua jam mengadakan meeting , akhirnya meeting itu bubar dengan membuat kesepakatan yang memuaskan, kini hanya ada Ghea dan Gibran di ruang meeting itu. Mereka sedang berdiri di dekat whiteboard digital.
"Kapan kamu menemui Renata?" Rupanya Ghea tidak tau Gibran menemui Renata.
"Tadi saat jam istirahat," jawab Gibran dengan santai.
"Seharusnya kamu memberitahu aku dan mengapa tidak mengajak aku?"
"Yang penting Renata sudah menyetujuinya, bukan?"
Ghea menghela nafas, "Bukan begitu, aku hanya penasaran bagaimana cara kamu mendapatkan persetujuan Renata begitu cepat,"
"Kau yakin penasraan?" Gibran melangkah mendekatkan jaraknya ke Ghea membuat Ghea kelalabakan dan salah tingkah dan mundur mengenai whiteboard digital.
"Kau mau apa?"
Kedua tangan Gibran menyentuh whiteboard digital itu membuat kepala Ghea berada di antara kedua lengannya, "Dengan cara menggodanya," bisik Gibran.
Ghea tidak tahan dengan perlakuan Gibran, dia mencubit lengan Gibran.
"A-a-a-arrggghhh.. kenapa malah mencubitku?"
Ghea segera menjauhkan jaraknya Gibran, "Aku tidak suka dengan perlakuanmu seperti ini lagi kepadaku, aku ini kakak ipar kamu, jangan menggodaku lagi."
Gibran malah cengengesan, "Aku tidak menggodamu, aku hanya ingin bercanda dengan kakak iparku yang manis ini."
"Tapi cara bercanda kamu itu tidak lucu!"
"Aku suka sekali melihat kamu salah tingkah seperti itu, membuatku ingin selalu menggodamu."
Ghea berusaha mengalihkan pembicaraan mereka "Jadi kamu menggoda Renata? Karena itu Renata cepat menyetujuinya jadi model iklan di perusahaan kita?"
"Ya benar," dengan entengnya Gibran mengatakan soal itu.
"Memangnya tidak ada cara yang lebih efektif gitu selain dengan rayuan kamu itu?"
"Hanya itu yang aku bisa lakukan sekarang ini, sebenarnya aku bisa saja masa bodo dengan masalah ini, tapi aku tidak membiarkannya karena aku tidak ingin kamu merasa tidak tenang, yang paling kamu takutkan itu ayahku, bukan?"
Deg! Hampir saja Ghea terlena dengan ucapan Gibran, untuk dia masih berada di alam bawah dasarnya, "Aku rasa cukup! Aku pergi dulu"
Ghea memilih untuk segera pergi meninggalkan adik iparnya itu.
"Hei, aku berbicara sungguh-sungguh!"
Ghea menggeleng, dia menarik nafas dalam-dalam dan menghembus pelan, dia harus sadar jangan sampai terperdaya oleh rayuan adik iparnya itu.
...****************...
...Jangan lupa like, komen, vote dan beri hadiah yah kawan 🙏 😁...
...Dan terimakasih banyak buat yang sudah memberi itu semua, semakin membuat saya semangat! ...
...Mohon maaf belum bisa balas komen satu persatu, tapi saya selalu baca komen dari kalinya. ...
...Jangan lupa simak terus ke bab-bab berikutnya! ...