Umurnya baru saja sembilan belas tahun, tinggal satu semester lagi akan lulus dari kuliahnya, Stefanie di seret paksa dari asrama kampusnya.
Karena kakaknya melarikan diri, di hari pernikahannya, Stefanie terpaksa jadi pengantin pengganti, menggantikan kakaknya.
Stefanie mencoba berontak, tidak ingin menggantikan kakaknya, menikah dengan pria calon kakak ipar yang belum ia kenal.
Tapi, karena Ibunya mengatakan, hanya sebagai pengganti sementara saja, sebelum kakaknya kembali, Stefanie terpaksa setuju menikah dengan calon kakak Iparnya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon KGDan, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Part 35.
Karena suasana kantin sudah tidak nyaman lagi, Stefanie mempercepat makan siangnya, bergegas untuk pergi dari sana.
Dengan langkah tenang Stefanie meninggalkan kantin, dengan suasana kantin yang masih mencekam.
Ia ingin sekali berkenalan dengan siswi, yang sudah berani melawan senior mereka tersebut.
Mahasiswi itu hampir sama dengan dirinya, berani melawan senior mereka yang suka semena-mena dengan junior mereka.
"Adakah hal yang lucu, sehingga kau senyum-senyum sambil berjalan?"
Tiba-tiba seorang pria berbicara dari samping Stefanie, membuat ia hampir melompat karena terkejut.
Mata Stefanie terbelalak, melihat pria yang berdiri dekat di sampingnya, tersenyum ramah memandangnya.
"Nick... Nick Landers?" Stefanie tercengang melihat pria, yang pernah berkenalan dengannya, saat di malam pesta kolega Christopher.
Pria itu tampak tersenyum padanya, membuat Stefanie mendadak mundur, menjauh dari pria itu.
"Ke.. kenapa anda bisa ada di kampus saya?" tanya Stefanie masih dengan raut wajah terkejutnya.
"Saya Dosen di kampus ini!" jawab pria itu, masih dengan senyuman ramahnya.
"Hah?!" kembali Stefanie terkejut.
Ia merasa baru pertama kali ini, melihat Nick Landers di kampusnya, karena ia belum pernah melihat Nick sebelumya.
"Kenapa? apakah Nona Chloe, merasa... kalau saya terlalu muda menjadi seorang Dosen?"
"Bu.. bukan begitu, saya merasa belum pernah melihat anda selama ini mengajar di kampus ini!" ujar Stefanie masih dengan raut wajah terkejutnya.
Nick Landers mengulurkan tangannya, membuat Stefanie menatap tangan Nick yang terulur.
"Kenalkan, namaku Nick Landers, Dosen Psikologi!" ucap Nick, masih dengan mengulurkan tangannya untuk bersalaman dengan Stefanie.
Dengan setengah ragu, Stefanie mengulurkan tangannya, lalu menyalam Nick.
Nick dengan erat menggenggam tangan Stefanie, sembari tersenyum senang menatap wajah Stefanie.
"Senang berkenalan dengan Nona Chloe lagi, kita akan sering bertemu, saya baru satu minggu lalu menjadi Dosen di kampus ini!"
"Oh... pantas saja saya baru pertama ini, melihat anda di kampus Unika, ternyata anda Dosen baru!"
"Ya, saya menggantikan Dosen Emma, karena cuti melahirkan!"
"Oh... " akhirnya Stefanie mengerti kenapa Nick menjadi Dosen di kampusnya.
"Apakah anda hendak kembali ke kelas?" tanya Nick mengikuti langkah Stefanie, yang kembali melanjutkan langkahnya.
"Iya, saya masih ada satu mata kuliah lagi, yang harus saya ikuti!"
"Baiklah, mari jalan sama, jam istirahat sudah selesai, saya juga mau masuk kelas!"
"Bukankah... kelas Psikologi ke arah sana?" tanya Stefanie menunjuk jalan menuju kelas Nick.
"Saya ingin mengantar Nona Chloe terlebih dahulu, baru setelah itu saya akan ke kelas saya!"
Stefanie menghentikan langkahnya, begitu mendengar apa yang di katakan Nick, ia mendadak merasa tidak nyaman dengan keramahan Nick.
"Terimakasih Tuan Landers... saya tidak perlu di antar, saya bisa pergi sendiri!" ujar Stefanie menolak tawaran Nick mengantar dirinya.
"Saya merasa senang bisa mengobrol dengan Nona Chloe, jadi... saya hanya ingin mengobrol saja sembari mengantar anda ke kelas!"
Stefanie tetap berdiri di tempatnya, tidak ingin Nick mengikutinya kembali ke kelas.
"Baiklah, bagaimana kalau lain kali kita mengobrol lagi!" akhirnya Nick mengalah, melihat Stefanie menolak untuk di antar.
"Maaf.. Tuan Landers, saya rasa tidak nyaman kalau kita sering mengobrol, karena akan ada gosip yang tidak menyenangkan di kampus, jika saya sering mengobrol dengan anda!"
"Saya rasa... itu tidak masalah, kan? kita hanya mengobrol saja, tidak ada hal negatif yang kita lakukan!"
"Maaf, tapi saya merasa tidak nyaman, karena saya tidak ingin menjadi bahan perbincangan di kampus, dan saya... sudah menikah!" kata Stefanie dengan tegas.
Stefanie mengangkat tangannya, lalu memperlihatkan jemarinya yang memakai cincin pernikahannya.
Mata Nick terpaku menatap cincin pernikahan Stefanie, yang melingkar di jari manis gadis itu.
"Kapan anda menikah? saya rasa... saat terakhir sekali kita bertemu, anda belum menikah!" sahut Nick tidak percaya, dengan nada yang kecewa, melihat cincin pernikahan di jari manis Stefanie.
"Maaf!" jawab Stefanie tanpa menjelaskan, kalau saat itu, sebenarnya ia sudah menikah.
Nick tidak bicara lagi, setelah mendengar kata maaf Stefanie. Ia langsung mengerti, kalau Stefanie sebenarnya sudah menikah saat mereka berkenalan di bangku taman itu.
Melihat Nick tidak bicara lagi, Stefanie pun melanjutkan langkahnya meninggalkan Nick, yang masih mematung di tempatnya.
Bersambung.....