"Perkenalkan, dia yang akan menjadi suamimu dalam misi kali ini."
"Sebentar, aku tidak setuju!"
"Dan aku, tidak menerima penolakan!"
"Bersiaplah, Miss Catty. Aku tidak menoleransi kesalahan sekecil apapun."
Catherine Abellia, bergabung dengan organisasi Intel, Black Omega Agency, untuk mencari tau tentang kasus kematian ayahnya yang janggal. Berusaha mati-matian menjadi lulusan terbaik di angkatannya agar bisa bergabung dengan pasukan inti. Mencari selangkah demi selangkah. Ia mencintai pekerjaannya dan anggota timnya yang sangat gila.
Namun, ketika dia sudah lebih dekat dengan kebenaran tentang kasus Ayahnya, Catty harus bekerjasama dengan anggota Dewan Tinggi! Oh, really? Dia harus bekerjasama dengan orang yang gila kesempurnaan yang bahkan sudah lama tidak terjun lapangan? Wait, mereka bahkan harus terlibat dalam pernikahan? Ia harus menikahi pria yang memiliki kekasih? Tuhan, ini sangat buruk!
Oke, fine! Atasannya sudah gila!
Ayo, ramaikan lapak ini dengan Vote dan komen.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon seraphic, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
4. Tidur yang terganggu.
Suara iringan langkah kaki yang dibalut pantofel mahal mengisi kesunyian lorong menuju ruangan rapat. Keadaan ruangan rapat yang tadinya ribut diisi canda tawa para pembesar BOA, Black Omega Agency, seketika menjadi sunyi. Mereka terfokus dengan langkah kaki di luar sana.
"Sstt! Apakah para dewan tinggi akan menghadiri rapat hari ini?" tanya seorang pria yang masih nampak bugar di usia nya yang tak lagi muda.
"Sepertinya tidak semua. Jika mereka tidak sibuk dengan urusan masing-masing di luar sana, mereka pasti akan hadir," jawab orang di sebelahnya.
"Benar. Bagaimanapun mereka bukan orang sembarangan di negara kita," timpal seorang wanita yang ikut mendengarkan percakapan para pria tadi. Orang-orang yang yang mendengar ucapan wanita itu sontak menyetujui ucapannya.
Pembicaraan mereka seketika terhenti tatkala pintu ruang rapat dibuka dari luar. Orang-orang dalam ruangan serempak berdiri ketika seorang pria paruh baya dengan tubuh tegap memasuki ruangan dengan diikuti empat orang lainnya dan melangkahkan kaki mereka menuju bagian meja paling ujung.
"Hormat, Tuan William dan dewan tinggi!" seru para anggota yang ada dalam ruangan.
Tuan William mengangguk sekilas pada para bawahannya dan segera duduk di kursi kebesarannya. Ia memberi kode pada para dewan untuk segera duduk di kursi masing-masing.
"RAPAT ORGANISASI INTEL NEGARA KE 53 DIMULAI!" seru seorang pria tangan kanan Tuan William.
"Laporan dari depar—"
'BRAK'
Suara pintu yang dibuka dengan tak santai memotong jalan nya rapat. "Maaf, sepertinya aku terlambat!"
Seorang pria tampan dengan tubuh tinggi tegap nya mengalihkan atensi orang-orang dalam ruangan. Terutama para wanita, pekikan tertahan terdengar dari mereka. Tentu saja, hal itu tidak mengherankan.
Sean Abercio. Dewan Tinggi termuda dalam sejarah sejak berdiri nya Organisasi ini. Misi-misi besar kelas S+ dengan kesulitan tingkat tinggi diselesaikan nya dengan nilai plus. Bakat dan keterampilan yang diakui oleh para pembesar membuatnya dilantik menjadi dewan tinggi di usia nya yang masih terbilang sangat muda untuk pekerjaan mereka. Tentu saja latar belakang yang dimilikinya nya juga tidak sembarangan. Lihatlah, pakaian-pakaian yang membalut tubuhnya. Harga nya bisa ditebak tidaklah murah. Semua itu sudah cukup untuk membuat para wanita yang tidak memandang fisik akan meliriknya.
Namun, Tuhan yang sepertinya sedang bahagia saat menciptakan nya juga merupakan hal terbaik yang dia miliki. Lihatlah bagaimana tubuh tinggi yang tegap itu dengan otot-otot liat terbentuk sempurna. Bentuk mata yang tegas dengan tulang hidung yang tinggi. Bahkan, garis rahangnya saja mampu membolak-balik hati para wanita yang melihatnya.
Pernyataan kedatangannya mampu membekukan waktu sekejap, juga tidak berlebihan. Lihat saja, bagaimana orang-orang ini terdiam saat melihatnya berdiri di depan pintu sana.
Tuan William menatap nya datar. "Apa kau akan terus berdiri disitu?"
Sean hanya mengendikkan bahunya lalu melangkah kedalam ruangan dan duduk di kursi sebelah Pimpinan mereka itu.
"Bagaimana kabarmu, Tuan William yang terhormat?" tanya nya dengan nada menyebalkan.
"Ku pikir kau tidak mengingat lagi dimana markas Organisasi," sindir pria itu tanpa menatap sosok di sebelahnya.
"Oh ayolah, pria tua. Selama kau masih disini aku juga akan tetap bermain kesini." Sean benar-benar tidak memiliki rasa segan pada Tuan William, orang nomor satu di tempat ini. "Bagaimanapun aku tidak bisa mengabaikan guru ku," lanjutnya.
Tuan William hanya mendengus sebagai jawaban omong kosong muridnya itu. Matanya menelusuri seisi ruangan yang manusianya terdiam. Dan binar kagum dari anggota wanita membuatnya geleng-geleng kepala. Muridnya ini, benar-benar bisa membius wanita dari kalangan manapun.
"Apa kita bubarkan saja rapatnya?!" tanya Tuan William dengan tegas menyadarkan kembali orang-orang tersebut. Membuat mereka kalang-kabut nemfokuskan kembali pikiran mereka yang sempat buyar.
******
Ting Nong Ting Nong
Suara bel Apartemen berbunyi nyaring mengusik tidur seorang gadis yang bergelung didalam selimut. Matahari yang sudah bersinar terang tidak mampu menembus gorden yang menutupi sisi ruangan yang tersambung dengan balkon.
Ting Nong Ting Nong
"SIALAN! Siapa yang memiliki banyak nyawa mengganggu tidurku yang berharga!" teriaknya kesal. Oh ayolah, dia akhirnya bisa tidur dengan nyaman setelah berkutat dengan berbagai misi selama dua bulan ini.
Kakinya menendang selimut dengan kesal. "Tekan bel sepuas hatimu, sialan! Aku tidak akan beranjak dari kasurku apapun yang terjadi hari ini!" bentaknya pada udara yang lalu lalang di kamarnya. Tangannya bergerak menutup kepalanya dengan bantal.
TOK TOK TOK!!
TOK TOK TOK!!
"CAT! CATTY! CATHERINE ABELLIA! APA KAU MASIH HIDUP?!" panggil seseorang di balik pintu. Tangannya masih mengetuk pintu bergantian menekan bel. Menunggu pemilik apartemen membuka pintu untuknya.
Sedangkan, pemilik nama yang diteriaki masih saja berkeras mencoba memejamkan matanya kembali.
Ddrrrrrtt Ddrrrrrtt Ddrrrrrtt
Catty menarik napas nya kasar. Dia benar-benar kesal sekarang. Apa tidak cukup menyerang nya dengan bel dan ketukan pintu? Apa harus ditambah dengan menelponnya?
'Sial! Sial! Sial!' Batin nya.
Tangannya menghempas selimutnya dengan marah dan segera beranjak keluar. Melangkah dengan kaki yang dihentakkan kasar menuju pintu. Ketika langkahnya terhenti di depan interkom Catty menekan tombol dan—
"Janessa! Apa kau gila?! Bagaimana bisa kau mengganggu ku di hari libur yang susah payah ku dapatkan?! Apa kau diciptakan tidak memiliki hati?!" teriaknya dengan terengah-engah. Catty benar-benar ingin menangis sekarang. Kenapa satu-satunya teman dekat yang dia punya tidak menghargai waktu tidurnya?
Janessa mengerjapkan matanya kaget. Astaga, ada apa dengan temannya?
"Cat? Apa kau sedang dalam periode mu?" tanyanya perhatian. Namun, dia segera menggeleng kepalanya. Bukan, bukan itu tujuannya kesini. "Bisa kau buka pintunya dulu?"
'Brak!'
Pintu dibuka dengan kasar menampilkan gadis dengan rambut acak-acakan sepaket dengan wajah marahnya. "Gosh! Sudah jam berapa ini dan kau baru saja bangun tidur?" umpatnya sambil mendorong pintu dan masuk bak tuan rumah.
Catty mendengus dan menggulirkan bola mata nya. Lalu, menutup pintu dan berjalan menuju ruang tamu mengikuti teman laknatnya itu.
"Cuci mukamu, sialan!" suruh Janessa dengan kernyitan di dahinya melihat tampilan bodoh Catty.
"Katakan dulu kenapa kau mengganggu hari berharga ku?" tanya Catty dendam.
Janessa menghela napas. "Woah, Catty. Apa kau sefrustasi itu?"
"Tentu saja! Kau tau bagaimana perjuangan ku sebelum mendapatkan hari libur ku ini."
"Baiklah, mari kita bicarakan setelah kau cuci muka. Cuci muka mu dan kita makan pizza yang ku bawa. Kau belum sarapan bukan?"
Catty mengernyitkan alisnya kesal menatap Janessa. "Jika itu tidak benar-benar penting, aku akan membunuhmu Janessa." Lalu segera pergi ke kamar mandi setelah mengatakan itu.
*****
"Sangat lama! Apa kau malah mandi?" tanya Janessa ketika Catty telah kembali ke ruang tamu. Catty hanya mengangguk dengan raut malas-malasan.
"Aku mendapatkan telepon dari Mr.Hanz tadi pagi," ujar Janessa membuka percakapan serius mereka.
Catty yang sudah segar dan sedang memakan pizza yang dibawa Janessa mengangguk mendengarkan. Alis nya menukik tinggi seolah-olah bertanya 'lalu apa?'
"Apa kau tau kasus narkoba bentuk permen yang beredar di pasaran anak sekolahan? Sehingga menyebabkan kematian dua orang anggota polisi detektif?"
Pertanyaan Janessa membuat Catty memelankan kunyahannya hingga berhenti sepenuhnya. Ia menatap pada gadis didepannya dengan seksama.
*****
Ngenggg~
Follow, vote n komen lapaknya Catty, teman-teman.
Kalian boleh memberikan kritik dan saran yang membangun juga. Agar aku bisa semakin berkembang.
BigLove
Seraphic<3
penataan bahasanya loh keren